Jakarta, CNBC Indonesia- Daun sirih telah lama menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Indonesia. Selain dikenal sebagai simbol tradisi dalam berbagai upacara adat, daun sirih juga memiliki nilai ekonomi yang tak bisa diabaikan.
Tanaman merambat ini tidak hanya tumbuh subur di pekarangan rumah, tapi juga menjadi salah satu komoditas ekspor yang mencerminkan potensi besar dari sektor hasil tanaman obat dan rempah nusantara.
Secara botani, sirih (Piper betle L.) termasuk keluarga Piperaceae yang tumbuh merambat dengan batang berkayu dan daun berbentuk hati. Sirih dikenal karena kandungan antiseptik alaminya yang tinggi, menjadikannya bahan utama dalam produk kesehatan, kosmetik, hingga obat tradisional.
Dalam beberapa tahun terakhir, industri farmasi dan kecantikan global mulai melirik daun sirih sebagai bahan aktif alami untuk produk perawatan mulut, kulit, dan kesehatan wanita.
 Foto: Tradisi Nginang. (Dok. Detikcom/Grandyos Zafna)
Foto: Tradisi Nginang. (Dok. Detikcom/Grandyos Zafna)
Tradisi Nginang. (Dok. Detikcom/Grandyos Zafna)
Kegunaan sirih tak hanya terbatas pada pengobatan tradisional. Kandungan fenol dan eugenol di dalamnya terbukti mampu melawan bakteri dan jamur.
Dalam dunia modern, ekstrak daun sirih digunakan untuk antiseptik, mouthwash, hingga disinfektan alami. Bahkan di India dan China, sirih digunakan dalam industri parfum herbal karena aroma khasnya yang segar dan tajam. Dengan tren global menuju bahan alami, permintaan daun sirih dunia semakin meningkat.
Di Indonesia, tanaman sirih banyak dibudidayakan di daerah beriklim lembap dan tropis. Sentra utama penghasil daun sirih berada di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera Barat.
Daerah-daerah ini memiliki kelembapan dan tanah subur yang mendukung pertumbuhan optimal sirih. Selain itu, sirih juga mulai dikembangkan di daerah Kalimantan dan Sulawesi karena permintaan pasar yang terus bertambah, baik untuk kebutuhan lokal maupun ekspor.
 Foto: Tradisi Nginang. (Dok. Detikcom/Grandyos Zafna)
Foto: Tradisi Nginang. (Dok. Detikcom/Grandyos Zafna)
Tradisi Nginang. (Dok. Detikcom/Grandyos Zafna)
Cara menanam sirih relatif mudah, menjadikannya tanaman rakyat yang potensial. Bibit sirih biasanya diperbanyak dengan stek batang, kemudian ditanam di lahan dengan tiang panjat seperti bambu atau pohon lain. Tanaman ini membutuhkan penyiraman rutin dan tempat teduh dengan sinar matahari tidak langsung. Dalam waktu 6-8 bulan, sirih sudah mulai dapat dipanen, dan daunnya bisa dipetik setiap minggu selama masa produktif.
Dari sisi perdagangan, daun sirih Indonesia tercatat terus berkontribusi di pasar ekspor dengan kode HS 14049092.
Melansir satudata Kemendag periode Oktober 2024 hingga Oktober 2025, nilai ekspor daun sirih tercatat mencapai US$ 4,605 juta, meskipun turun dibandingkan periode sebelumnya sebesar US$ 11,81 juta. Secara tahunan, ekspor komoditas ini mengalami penurunan sekitar -60,99% (YoY), menandakan adanya tekanan permintaan dari beberapa negara tujuan utama.
India masih menjadi importir terbesar daun sirih asal Indonesia. Sepanjang periode tersebut, ekspor ke India mencapai US$ 1,95 juta, meski turun signifikan sebesar 71,76% dibandingkan tahun sebelumnya.
Di posisi kedua ada China dengan nilai ekspor US$ 0,97 juta, disusul Jepang sebesar US$ 0,64 juta dan Thailand US$ 0,32 juta. Negara-negara Eropa seperti Belanda dan Jerman juga tercatat sebagai pasar potensial, masing-masing dengan nilai ekspor US$ 0,18 juta dan US$ 0,16 juta.
Secara historis, ekspor daun sirih Indonesia menunjukkan fluktuasi yang cukup tajam. Berdasarkan data lima tahun terakhir, nilai ekspor tertinggi tercatat pada tahun 2021 sebesar US$ 12,9 juta, sementara tahun 2023 turun ke US$ 8,5 juta. Tahun 2024 menunjukkan perbaikan tipis ke US$ 10,43 juta, namun masih belum mampu menandingi performa sebelum pandemi.
Tren penurunan ekspor tahun ini sebagian besar disebabkan oleh melemahnya permintaan dari India dan China, dua negara yang selama ini menjadi pembeli utama sirih untuk kebutuhan farmasi dan upacara adat.
Faktor lain yang turut memengaruhi adalah peningkatan standar kualitas ekspor dan proses fumigasi yang diwajibkan di beberapa negara tujuan.
Meski menurun, peluang pasar daun sirih Indonesia tetap terbuka lebar. Permintaan dari negara-negara maju untuk bahan baku alami terus meningkat, terutama di sektor personal care dan herbal medicine. Produk turunan seperti minyak sirih, ekstrak cair, dan bubuk sirih berpotensi menjadi alternatif ekspor bernilai tambah tinggi.
CNBC Indonesia Research
(emb/emb)


















































