Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Luar Negeri China menanggapi pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di platform Truth Social yang menuduh pemerintah Nigeria gagal melindungi umat Kristen dari kekerasan kelompok Islamis. Trump bahkan mengancam akan memotong bantuan dan "mengirim pasukan bersenjata" jika situasi tidak membaik.
"Sebagai mitra strategis komprehensif Nigeria, China dengan tegas mendukung pemerintah Nigeria dalam memimpin rakyatnya di jalur pembangunan yang sesuai dengan realitas nasional Nigeria," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, dalam konferensi pers di Beijing, Selasa (4/11/2025), seperti dikutip Newsweek.
"Kami menentang campur tangan negara mana pun dalam urusan internal negara lain dengan dalih agama dan hak asasi manusia. Kami menentang ancaman sanksi dan penggunaan kekuatan yang sembrono".
Pernyataan keras China muncul di tengah hubungan yang kian hangat dengan Nigeria, yang kini menjadi salah satu mitra ekonomi utama Beijing di Afrika. Nigeria juga masih menjalin kemitraan pertahanan dengan AS, meski hubungan kedua negara menurun dalam beberapa tahun terakhir.
Pemerintah Nigeria menolak tuduhan Trump bahwa umat Kristen menjadi sasaran khusus. Presiden Bola Ahmed Tinubu menegaskan, pemerintahnya berkomitmen memperkuat toleransi antarumat beragama.
"Kami bekerja sama dengan semua mitra, termasuk AS, untuk melindungi warga tanpa memandang agama," ujarnya dalam pernyataan di media sosial.
Menanggapi ancaman Trump, penasihat khusus Presiden Tinubu, Daniel Bwala, menyebut tuduhan "genosida Kristen" tidak berdasar. "Yang kami hadapi adalah serangan kriminal yang mempengaruhi semua orang, apapun agamanya," tulisnya di platform X.
Sementara itu, Trump berkeras pada posisinya. Dalam unggahan lanjutan, ia menulis: "Jika kita menyerang, serangan itu akan cepat, ganas, dan manis, seperti para teroris preman menyerang umat Kristen kita yang kita sayangi! PERINGATAN: Pemerintah Nigeria sebaiknya bergerak cepat!"
CNN melaporkan, kemarahan Trump dipicu oleh segmen Fox News tentang penganiayaan terhadap umat Kristen di Nigeria. Meski demikian, sejumlah pengamat menilai ancaman militer tersebut lebih sebagai strategi tekanan ala "Art of the Deal" ketimbang rencana nyata intervensi.
Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan bahwa Trump "memantau isu itu dengan saksama", namun tidak ada indikasi bahwa Pentagon benar-benar menyiapkan operasi militer.
Sementara itu, perwakilan AS dari Virginia Barat, Riley Moore, menanggapi kritik Beijing dengan tajam. "China tidak akan mendikte kebijakan luar negeri kami, dan kami tidak akan diceramahi oleh otokrasi Komunis," tulisnya di X.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Perang Dagang Usai, Trump Umumkan Kesepakatan Baru AS-China


















































