Cara Mengajarkan Anak Mengelola Uang Sesuai Usia

2 hours ago 2
Daftar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Edukasi finansial anak sering kali dianggap urusan nanti, padahal kebiasaan mengelola uang justru mulai terbentuk sejak usia sangat dini.

Cara orang tua memperkenalkan uang baik melalui permainan, belanja harian, hingga uang saku berpengaruh besar terhadap pola keuangan anak saat dewasa.

Mengajarkan anak soal uang tidak harus rumit dan bisa dilakukan lewat aktivitas sehari-hari di rumah.

Pendekatan Edukasi Keuangan Berdasarkan Usia

Anak tidak memahami uang dalam satu tahap sekaligus. Pemahaman mereka berkembang seiring usia, dari sekadar mengenali bentuk uang hingga mampu membuat anggaran dan menimbang risiko keuangan.

Karena itu, pendekatan yang tepat adalah menyesuaikan materi dengan tahap perkembangan anak, bukan memaksakan konsep finansial orang dewasa sejak awal.

Usia 2-3 Tahun: Mengenal Uang sebagai Benda

Pada usia ini, anak belum memahami nilai uang, tetapi sudah bisa diperkenalkan pada bentuk dan keberadaannya.

Orang tua dapat mengenalkan uang sebagai bagian dari permainan, misalnya dengan mengenali koin atau bermain peran sebagai penjual dan pembeli.

Aktivitas ini membantu anak memahami bahwa uang digunakan untuk menukar barang, tanpa harus menjelaskan konsep nilai secara detail.

Usia 4-5 Tahun: Belajar Menabung dan Berhemat

Memasuki usia prasekolah, anak mulai bisa diajak terlibat dalam aktivitas sederhana yang berkaitan dengan penghematan.

Misalnya, membantu orang tua menyiapkan kupon belanja atau bermain restoran di rumah dengan uang mainan.

Dari sini, anak mulai mengenal bahwa ada proses "membayar" dan konsep menyimpan uang untuk digunakan kemudian.

Usia 6-8 Tahun: Menyimpan dan Mengembangkan Uang

Di rentang usia ini, anak mulai memahami bahwa uang dapat disimpan dan bertambah seiring waktu. Orang tua bisa mengenalkan tabungan, baik dalam bentuk celengan maupun rekening anak.

Ini juga saat yang tepat untuk menjelaskan secara sederhana bahwa bank memberi imbalan bagi orang yang rajin menabung, sehingga uang tidak hanya habis dibelanjakan.

Usia 9-12 Tahun: Memahami Nilai dan Perbandingan Harga

Anak usia sekolah dasar akhir mulai mampu berpikir lebih logis. Mereka bisa diajak membandingkan harga barang, ukuran, dan kualitas saat berbelanja.

Kegiatan seperti menjual barang bekas di rumah atau mengelola bazar kecil membantu anak belajar menentukan harga, bernegosiasi, dan memahami bahwa nilai uang tidak selalu sama untuk setiap barang.

Usia 13-15 Tahun: Menyusun Anggaran dan Prioritas

Memasuki usia remaja awal, kebutuhan anak semakin banyak dan uang saku lebih cepat habis.

Di fase ini, orang tua perlu mulai mengenalkan konsep anggaran. Diskusi tentang perbedaan kebutuhan dan keinginan menjadi penting agar anak belajar memprioritaskan pengeluaran.

Melibatkan anak dalam pembahasan anggaran keluarga juga membantu mereka memahami bahwa setiap keputusan keuangan memiliki konsekuensi.

Pada usia ini pula, anak sudah bisa dikenalkan pada konsep investasi secara sederhana, misalnya dengan mengikuti pergerakan saham perusahaan yang mereka kenal, sebagai latihan memahami risiko dan fluktuasi nilai.

Mengajarkan Nilai Sosial Uang melalui Donasi

Literasi keuangan tidak hanya soal belanja dan menabung. Mengajak anak menyisihkan sebagian uang untuk kegiatan sosial membantu membentuk tanggung jawab sosial.

Usia 16 Tahun ke Atas: Praktik Nyata Keuangan Pribadi

Saat anak beranjak dewasa, pelajaran keuangan mulai masuk tahap praktik. Pekerjaan paruh waktu, pengelolaan uang hasil kerja sendiri, serta penggunaan alat pembayaran non-tunai dengan batas tertentu menjadi sarana belajar tanggung jawab finansial.

Orang tua berperan sebagai pendamping, bukan pengendali penuh, agar anak belajar membuat keputusan keuangan secara mandiri.

(dag/dag)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |