Bitcoin di Ujung Tanduk: US$86.000 Jadi Batas Hidup dan Mati?

10 hours ago 3

Gelson Kurniawan,  CNBC Indonesia

18 December 2025 09:52

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar aset kripto masih diselimuti awan mendung yang pekat pada perdagangan Kamis (18/12/2025). Tekanan jual yang persisten menyeret valuasi aset-aset utama ke level terendah mingguannya, menciptakan suasana ketegangan yang memuncak di lantai perdagangan.

Para pelaku pasar, mulai dari investor institusi besar (whales) hingga pedagang ritel, tampak kompak melakukan aksi menahan napas secara massal.

Likuiditas pasar mendadak mengering karena mayoritas investor memilih mengamankan posisi dalam bentuk tunai (cash is king), menanti rilis data ekonomi paling krusial bulan ini yang akan menentukan arah kebijakan moneter global.

Bitcoin: Benteng Terakhir di US$86.000

Kecemasan pasar tercermin jelas pada grafik harga Bitcoin (BTC). Sang raja kripto sedang berjuang mati-matian mempertahankan level psikologis US$86.000, yang secara teknikal dianggap sebagai benteng pertahanan terakhir sebelum potensi penurunan lebih dalam ke area US$82.000.

Tercatat, BTC turun 1,63% dalam 24 jam terakhir ke posisi US$86.116,18. Meskipun demikian, data perdagangan satu jam terakhir menunjukkan adanya kenaikan tipis 0,28%, menandakan bahwa pembeli (bulls) masih mencoba melakukan perlawanan dan menjaga harga tetap mengapung sebelum data rilis.

Kelanjutan Jatuhnya Ethereum

Kondisi yang jauh lebih memprihatinkan secara spesifik dialami oleh Ethereum (ETH). Ketidakpastian makroekonomi memukul aset ini lebih keras dibandingkan Bitcoin.

Ethereum hari ini kembali jatuh menembus level US$2.900 dan terparkir di US$2.826,86. Penurunan harian sebesar 4,24% ini memperparah kinerja mingguan ETH yang sudah kehilangan valuasi sebesar 12,89%.

Hilangnya level support psikologis US$3.000 awal pekan ini telah memicu sentimen negatif yang berkepanjangan, membuat investor institusi cenderung mengurangi kepemilikan mereka pada ekosistem DeFi terbesar ini.

Anomali di Pasar Altcoin

Gelombang koreksi juga menghantam keras aset-aset alternatif lainnya di luar Ethereum. Cardano (ADA) dan Chainlink (LINK) menjadi aset dengan kinerja terburuk di papan atas, masing-masing mencatatkan penurunan mingguan sebesar 16,92% dan 11,21%.

Penurunan dua digit ini mengindikasikan bahwa investor sedang membuang portofolio berisiko tinggi (high beta) mereka. Namun, di tengah badai merah tersebut, TRON (TRX) muncul sebagai satu-satunya anomali yang mampu bertahan.

Meski turun tipis secara harian, kinerja mingguan TRX masih positif 0,10%, membuktikan statusnya sebagai aset defensif pilihan (safe haven) saat pasar sedang chaos.

Faktor Makro: Taruhan Besar pada Angka 3,0%

Pusat dari segala kegelisahan hari ini adalah rilis data Indeks Harga Konsumen (CPI) Amerika Serikat nanti malam. Berdasarkan konsensus, para ekonom memproyeksikan baik Inflasi Umum (Headline) maupun Inflasi Inti (Core) akan berada di angka keramat 3,0% secara tahunan (YoY).

Jika data aktual nanti malam dirilis di atas 3,0%, pasar akan merespons dengan panik karena hal ini memberi sinyal bahwa The Fed mungkin harus menunda pemangkasan suku bunga di tahun 2026.

Sebaliknya, jika inflasi mampu melandai di bawah 3,0%, ini akan menjadi sinyal dovish yang kuat bagi The Fed untuk melonggarkan likuiditas, yang bisa memicu rebound pasar.

Perspektif '4-Year Cycle'

Di tengah kepanikan jangka pendek ini, penting untuk menarik garis mundur dan melihat gambar yang lebih besar melalui kacamata Teori Siklus 4 Tahunan (4-Year Cycle Theory). Berdasarkan data historis pasca-halving, akhir tahun 2025 seharusnya masih berada dalam koridor bull market.

Koreksi tajam yang terjadi saat ini sering kali disalahartikan sebagai akhir tren, padahal sejarah menunjukkan bahwa fase mid-cycle correction atau shakeout sebesar 20-30% adalah hal yang lumrah untuk membersihkan pasar dari spekulan berlebih.

Jika teori siklus ini masih in-play, penurunan Bitcoin ke area US$86.000 saat ini bukanlah tanda kiamat, melainkan peluang akumulasi ulang (re-accumulation) sebelum pasar memasuki fase kenaikan terakhir.

Volatilitas ekstrem diprediksi akan meledak tepat pukul 20.30 WIB nanti malam, menjadi penentu apakah siklus ini akan berlanjut mulus atau tertunda.

(gls/gls)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |