Banjir Duit Asing! IHSG Siap Kobarkan Merdeka di Puncak Tertinggi

1 month ago 7
  • IHSG kemarin terbang lebih dari 1%, nyaris menembus level 7900. Rekor tertinggi sepanjang masa tinggal selangkah lagi.
  • Wall Street kembali pesta pora dan mencetak rekor 
  • Data ekonomi yang dipantau hari ini akan lebih banyak dari AS mulai dari inflasi produsen sampai pasar tenaga kerja

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air bergerak moncer kemarin Rabu (13/8/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tinggal selangkah lagi menuju rekornya, rupiah juga menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah juga menguat tajam.

Pasar keuangan Indonesia diharapkan kembali kompak pada hari ini. Selengkpanya mengenai sentimen pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artiikel ini.

IHSG mengakhiri posisi kemarin di posisi 7892,11. Dalam sehari berhasil menguat 1,30%, menandai reli selama empat hari beruntun dan tinggal sedikit lagi menuju All Time High (ATH) yang pernah dicapai pada 19 September 2024 di posisi 7.905,39.

Nilai transaksi yang terjadi kemarin sangat ramai mencapai Rp21,07 triliun, melibatkan 36,83 miliar saham yang berputar 2,19 juta kali. Ada sebanyak 346 saham menguat, 280 saham melemah, sisanya 173 saham stagnan. Market cap IHSG bertengger di Rp14,23 kuadriliun.

Saham-saham blue chip dan emiten milik konglomerat menjadi motor utama pergerakan indeks kemarin.

Nyaris seluruh sektor perdagangan menguat, dengan penguatan terbesar dibukukan oleh sektor teknologi, kesehatan dan energi. Adapun sektor yang mengalami koreksi hari ini adalah sektor industri dan properti.

Saham PT DCI Indonesia (DCII) yang sempat menjadi beban IHSG usai suspensi dibuka dan masuk ke papan pemantauan khusus, kemarin kembali tercatat menjadi penggerak utama dengan sumbangsih 30 indeks poin usai saham milik kongsi Toto Sugiri dan Salim ini menyentuh batas auto rejection atas (ARA) atau naik 10% ke Rp306.075 per saham.

Kemudian ada emiten telekomunikasi pelat merah, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), yang naik 5,66% ke Rp 3.360 per saham dengan kontribusi 20,51 indeks poin.

Lalu disusul oleh sejumlah emiten blue chip dan perusahaan milik konglomerat yang ramai-ramai ikut menguat signifikan pada perdagangan kemarin. .

Saham emiten tambang Grup Sinar Mas, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) melesat 5,86% ke Rp 88.500 per saham dengan kontribusi 18,78 indeks poin. Saham PT Astra International Tbk (ASII) naik 3,71% ke Rp 5.175 per saham dengan kontribusi 8,21 indeks poin.

Kemudian ada dua emiten blue chip yang kembali menjadi penopang IHSG kemarin yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan kontribusi sekitar 5 indeks poin.

Melengkapi 10 besar emiten penggerak utama kinerja IHSG kemarin ada duo emiten Prajogo Pangestu, PT Chandra Astri Pacitif (TPIA) dan PT Chandra Daya Investasi (CDIA). Emiten asuransi Grup Sinar Mas (SMMA) dan emiten tambang tembaga-emas Grup Salim (AMMN).

Kenaikan IHSG sendiri tidak terlepas karena kembalinya asing masuk ke pasar. Pada kemarin, net buy asing mencapai Rp1,49 triliun di keseluruhan pasar. Nilai ini mengakumulasi akumulasi asing selama seminggu nyaris Rp2 triliun.

Seiring dengan dana asing yang kembali ke Tanah Air, rupiah turut mengapresiasi langkahnya terhadap dolar AS.

Merujuk data Refinitiv, pada kemarin mata uang garuda ditutup menguat 0,55% ke Rp16.190/US$, mencatatkan level terkuat sejak 4 Juli 2025.

Penguatan rupiah kemarin didorong oleh pelemahan indeks dolar AS (DXY) yang telah berlangsung tiga hari beruntun sejak awal pekan.

The greenback yang melemah dipicu rilis data inflasi AS periode Juli 2025 yang lebih baik dari perkiraan memperkuat ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga The Federal Reserve pada bulan depan.

Di dalam negeri, sentimen positif bagi rupiah juga datang dari hasil lelang Surat Berharga Negara (SBN) pada Selasa (12/8/2025). Total penawaran yang masuk mencapai rekor Rp162,3 triliun, jauh melampaui target Rp27 triliun, dengan penawaran yang dimenangkan senilai Rp32 triliun.

Kepemilikan SBN oleh investor asing pun tetap solid, tercatat sebesar Rp936,1 triliun atau 14,6% dari total beredar.

Hal tersebut kemudian tercermin pada imbal hasil obligasi acuan RI dengan tenor 10 tahun (ID10Y) yang stabil di 6,43%.

Perlu dicatat, obligasi acuan RI ini tetap menjadi buruan investor, lantaran sejak awal tahun imbal hasil terpantau koreksi lebih dari 8%. Yield yang turun ini berlawanan arah dengan harga, artinya harga mengalami kenaikan yang menunjukkan investor ramai membeli surat utang Tanah Air.

Pages

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |