Jakarta, CNBC Indonesia -Asia kini tak lagi hanya menjadi pasar bagi industri pertahanan global, tetapi juga mulai muncul sebagai pusat produksi pesawat tempur canggih dunia.
Sejumlah negara di Asia berhasil mengembangkan kemampuan kedirgantaraan militernya hingga mampu memproduksi jet tempur sendiri. Mulai dari tahap perancangan, riset teknologi, hingga produksi massal.
Dari Jepang hingga India, lima negara Asia berikut telah membuktikan kemampuannya dalam menciptakan jet tempur modern berteknologi tinggi, sekaligus memperkuat kemandirian pertahanan nasional di tengah persaingan global yang semakin ketat.
Jepang
Jepang merupakan salah satu negara di Asia dengan industri kedirgantaraan paling maju, yang dikembangkan melalui perusahaan Mitsubishi Heavy Industries (MHI).
Perusahaan ini memiliki sejarah panjang dalam pengembangan dan produksi pesawat tempur, mulai dari era Perang Dunia II hingga program jet modern saat ini.
MHI menjadi kontraktor utama bagi proyek-proyek penting Angkatan Udara Bela Diri Jepang (JASDF), menegaskan kemampuan Jepang dalam merancang dan memproduksi pesawat tempur canggih secara mandiri.
Beberapa produk unggulan MHI antara lain Mitsubishi F-2, hasil kolaborasi dengan Lockheed Martin Amerika Serikat yang dikembangkan dari desain F-16 namun dimodifikasi secara signifikan dengan sayap lebih besar, material komposit, serta radar AESA generasi awal.
Selain itu, MHI juga mengembangkan X-2 Shinshin, prototipe jet siluman generasi kelima yang menjadi dasar penelitian untuk proyek masa depan Jepang, yakni F-X (F-3), jet tempur generasi keenam yang akan menggantikan F-2 pada 2030-an.
Tak hanya itu, MHI juga berperan dalam produksi lisensi pesawat asing seperti F-15J Eagle, F-4EJ Phantom II, dan F-35A Lightning II, memperkuat perannya sebagai pusat teknologi pertahanan udara yang menjadi tulang punggung kedirgantaraan Jepang modern.
Korea Selatan
Tak mau kalah dari Jepang, Korea Selatan juga menjadi salah satu negara di Asia yang memiliki kemampuan canggih dalam memproduksi pesawat tempur melalui perusahaan Korea Aerospace Industries (KAI).
Salah satu proyek unggulannya adalah KF-21 Boramae, jet tempur multirole generasi 4.5 hasil kolaborasi antara Korea Selatan dan Indonesia melalui program KF-X/IF-X.
Pesawat ini mengusung teknologi semi-stealth dan radar AESA buatan dalam negeri, serta ditargetkan mulai beroperasi di Angkatan Udara Korea Selatan pada 2026.
Selain itu, KAI juga telah lebih dulu mengembangkan T-50 Golden Eagle, pesawat tempur latih yang melahirkan berbagai varian seperti FA-50 Fighting Eagle dan TA-50. Menariknya, Indonesia juga menjadi salah satu pengguna T-50, yang dioperasikan oleh TNI Angkatan Udara untuk pelatihan pilot tempur dan misi taktis ringan.
Turki
Turki pun kini telah mampu menghasilkan kemajuan pesat dalam industri pertahanan udara melalui perusahaan Turkish Aerospace (Turkish Aerospace Industries).
Dengan fokus pada teknologi tinggi dan kemampuan produksi dalam negeri, Turkish Aerospace telah menempatkan Turki sebagai pemain baru yang disegani di industri pertahanan global.
Produk unggulan Turkish Aerospace saat ini adalah KAAN, jet tempur generasi kelima berteknologi siluman yang dikembangkan untuk menggantikan armada F-16 dan F-4 Phantom II milik Angkatan Udara Turki.
Prototipe KAAN telah sukses menjalani penerbangan perdananya pada Februari 2024, dan produksi awal direncanakan dimulai pada 2028.
Selain itu, perusahaan ini juga tengah mengembangkan HÜRJET, jet latih lanjut dan tempur ringan yang ditujukan untuk menggantikan T-38 dan F-5, serta membuka peluang ekspor ke berbagai negara.
Tak hanya itu, Turkish Aerospace juga menjadi kontraktor utama dalam program modernisasi F-16, termasuk integrasi radar AESA dan sistem avionik buatan lokal.
China
China menjadi salah satu kekuatan terbesar di dunia dalam industri kedirgantaraan dan pertahanan berkat peran strategis Aviation Industry Corporation of China (AVIC).
Perusahaan milik negara ini membawahi sejumlah anak perusahaan besar seperti Chengdu Aircraft Corporation (CAC) dan Shenyang Aircraft Corporation (SAC), yang bertanggung jawab atas hampir seluruh produksi jet tempur utama milik Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLAAF).
Dalam dua dekade terakhir, China berhasil mencapai lompatan teknologi yang signifikan. Dari sekadar memproduksi pesawat tempur hasil lisensi Uni Soviet, menjadi negara dengan kemampuan penuh mengembangkan jet tempur generasi kelima seperti Chengdu J-20 "Mighty Dragon" dan Shenyang J-35 "Gyrfalcon".
Kedua jet tersebut kini menjadi simbol kekuatan udara China dan pesaing utama jet tempur buatan Amerika Serikat seperti F-22 Raptor dan F-35 Lightning II.
Selain itu, AVIC juga mengoperasikan sejumlah pesawat generasi 4 dan 4.5 yang menjadi alutsista udara bagi PLAAF saat ini, seperti J-10 Vigorous Dragon, J-11 Flanker, J-16 Strike Flanker, dan JF-17 Thunder yang dikembangkan bersama Pakistan dan telah sukses di pasar ekspor.
India
India juga menjadi salah satu negara di Asia yang berhasil mengembangkan kemampuan industri kedirgantaraan militer secara mandiri melalui Hindustan Aeronautics Limited (HAL). Perusahaan milik negara ini berperan, merancang jet tempur buatan lokal sekaligus memproduksi pesawat tempur dari negara lain di bawah lisensi.
Produk unggulan HAL saat ini adalah HAL Tejas, jet tempur ringan multirole generasi 4.5 yang telah menggantikan peran MiG-21 di Angkatan Udara India. Selain itu, HAL juga tengah mengembangkan Tejas Mk 2 dan AMCA (Advanced Medium Combat Aircraft), jet siluman generasi kelima yang diharapkan menjadi simbol kemandirian pertahanan India.
Selain produksi lokal, HAL juga menjadi mitra utama dalam perakitan jet tempur asing seperti Sukhoi Su-30MKI, Jaguar, MiG-21, dan BAE Hawk, menjadikannya pusat kedirgantaraan militer terbesar di Asia Selatan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(evw/evw)