AS Luncurkan Serangan Militer ke Sini, CIA Terlibat-Isu Kudeta Mencuat

3 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Militer Amerika Serikat (AS) pada Kamis (16/10/2025) melancarkan serangan baru terhadap kapal yang diduga membawa narkoba di Karibia. Dalam operasi ini, untuk pertama kalinya dilaporkan ada korban selamat di antara awak kapal.

Mengutip Reuters, peristiwa ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Washington dan pemerintahan Venezuela.

Serangan ini menyusul eskalasi militer AS yang signifikan di Karibia-termasuk pengerahan kapal perusak berpeluru kendali, jet tempur F-35, kapal selam nuklir, dan sekitar 6.500 tentara-seiring Presiden Donald Trump meningkatkan konfrontasi dengan Caracas.

Sehari sebelumnya, Trump telah mengungkapkan bahwa ia mengizinkan Badan Intelijen Pusat (CIA) untuk melakukan operasi rahasia di dalam Venezuela, memicu spekulasi bahwa AS berusaha menggulingkan Presiden Nicolas Maduro.

Administrasi Trump berargumen bahwa AS telah terlibat dalam perang dengan kelompok "narkoteroris" dari Venezuela, yang membuat serangan mematikan itu sah. Pejabat administrasi berdalih serangan mematikan diperlukan karena upaya tradisional untuk menangkap awak kapal dan menyita kargo selama ini gagal menghentikan aliran narkotika ke AS.

Serangan-serangan sebelumnya yang dilakukan militer AS terhadap kapal-kapal narkoba di lepas pantai Venezuela telah menewaskan sedikitnya 27 orang, memicu kekhawatiran di kalangan pakar hukum dan anggota parlemen Demokrat tentang apakah operasi tersebut mematuhi hukum perang.

Video-video serangan sebelumnya yang disajikan oleh pemerintahan Trump menunjukkan kapal-kapal hancur total dan tidak ada korban selamat. Kejadian korban selamat dalam serangan terakhir ini menimbulkan pertanyaan baru mengenai apakah militer AS memberikan bantuan kepada mereka dan status mereka sekarang berada dalam tahanan militer AS, yang kemungkinan diperlakukan sebagai tahanan perang.

Duta Besar Venezuela untuk PBB, Samuel Moncada, telah mengirim surat kepada 15 anggota Dewan Keamanan PBB, menuntut agar PBB menyatakan serangan AS di lepas pantai mereka sebagai ilegal dan mengeluarkan pernyataan yang mendukung kedaulatan Venezuela.


Jenderal AS Mundur

Sementara itu, insiden ini terjadi di tengah pengunduran diri Kepala Komando Selatan AS (U.S. Southern Command/SOUTHCOM), Admiral Alvin Halsey, yang dijadwalkan lengser pada akhir tahun ini. Ini dua tahun lebih cepat dari jadwal.

Pengunduran diri Admiral Halsey terjadi kurang dari seminggu setelah Pentagon mengumumkan bahwa operasi kontra-narkotika di wilayah tersebut tidak akan dipimpin oleh SOUTHCOM, melainkan oleh Satuan Tugas yang dibentuk oleh Pasukan Ekspedisi Marinir II (II Marine Expeditionary Force/MEF).

Senator Jack Reed, petinggi Partai Demokrat di Komite Angkatan Bersenjata Senat, menyebut pengunduran diri mendadak Admiral Halsey "mengganggu", mengingat meningkatnya kekhawatiran akan potensi konfrontasi AS dengan Venezuela.

"Pengunduran diri Admiral Halsey hanya memperdalam kekhawatiran saya bahwa administrasi ini mengabaikan pelajaran yang diperoleh dengan susah payah dari kampanye militer AS sebelumnya dan nasihat dari para prajurit kami yang paling berpengalaman," kata Reed dalam sebuah pernyataan.


(tps/luc)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Negara Ini Tuduh AS Cari-Cari Insiden, Komunikasi Diplomatik Terhenti

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |