Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah konflik yang tak kunjung mereda dengan Palestina dan negara-negara di Timur Tengah, Israel tetap menunjukkan kekuatan ekonominya. Meski terus berperang dan menghadapi ketegangan geopolitik, Israel berhasil mempertahankan statusnya sebagai salah satu negara maju dengan ekonomi inovatif dan berdaya saing tinggi.
Banyak pihak mempertanyakan bagaimana ekonomi Israel mampu bertahan, bahkan berkembang di tengah kondisi yang seharusnya membuat negara lain terpuruk. Jawabannya terletak pada kombinasi riset teknologi tinggi, pertanian modern, dan dukungan finansial dari sekutu strategis.
Menurut data Trading Economics, Produk Domestik Bruto (PDB) Israel mencapai US$522,03 miliar pada 2022, atau sekitar Rp8.482 triliun (kurs Rp16.248/US$). Angka ini merepresentasikan 0,23% perekonomian dunia, menempatkan Israel sejajar dengan negara industri utama.
Mengapa Israel Bisa Kaya Raya?
Foto: Bandara Ben Gurion dekat Tel Aviv pada 9 Maret 2023. (AFP via Getty Images/AHMAD GHARABLI)
Sumber pemasukan Israel tak lepas dari posisinya dari segi ekonomi. Negeri Zionis itu masuk kategori negara maju dengan PDB mencapai US$ 522,03 miliar pada 2022.
PDB yang sebesar ini diciptakan dari kegiatan ekonomi yang beragam. Israel saat ini adalah negara industri dengan sebagian besar manufakturnya berdasarkan penelitian dan pengembangan yang intensif dan canggih serta disokong proses, peralatan, dan mesin berteknologi tinggi.
"Berbeda dengan kebanyakan negara maju, yang jumlah orang bekerja di industri tetap stabil atau berkurang pada awal tahun 1990an, jumlah orang bekerja di Israel terus bertambah, dengan lebih dari 25% tenaga kerja industri bekerja di bidang manufaktur berteknologi tinggi," tulis situs resmi Kedutaan Israel di Inggris.
Menurut para ahli PBB, kualitas penelitian dan pengembangan di Israel termasuk dalam peringkat 10 teratas di dunia. Kontribusi ini dihasilkan dari investasi besar dalam penelitian dan pengembangan yang menghabiskan 4,9% PDB Israel.
Dari segi mineral, Israel adalah pusat manufaktur dan perdagangan berlian terkemuka di dunia. Ini disebabkan kemajuan negara itu dalam sektor pengolahan berlian.
"Israel Diamond Exchange adalah lantai perdagangan berlian terbesar di dunia, yang menampung seluruh fungsi operasional dan kebutuhan setiap pembeli berlian dalam satu atap," kata mereka.
Di bidang agrikultur, Israel mencatat jumlah luas lahan pertanian yang saat ini merupakan 2,6 kali lipat dari kemerdekaan pada tahun 1948. Luas lahan yang beririgasi juga meningkat 8 kali lipat menjadi sekitar 0,6 juta hektar hingga pertengahan tahun 1980-an
"Rahasia keberhasilan pertanian Israel saat ini terletak pada interaksi erat antara petani dan peneliti yang disponsori pemerintah, yang bekerja sama dalam mengembangkan dan menerapkan metode canggih di semua cabang pertanian, serta kemajuan teknologi, teknik irigasi baru, dan peralatan agro-mekanikal yang inovatif," tambah keterangan Kedutaan Israel London.
Kemudian, Israel telah mendapatkan reputasi sebagai 'Negara Startup' dunia. Salah satu startup asal Israel yang terkenal di kancah global adalah Waze.
Waze merupakan layanan peta digital dengan data real time dari para penggunanya. Aplikasi itu akan memberikan rute terbaik dengan mengukur semua yang terjadi di jalan, seperti macet hingga kecelakaan.
Ada juga Firebolt, yang mengembangkan data cloud untuk pengguna bisa menyederhanakan akses ke wawasan dan kemampuan analisa mereka. Pengguna juga dapat analisis sub-second dan memanfaatkan teknologi komputasi serta penyimpanan yang dioptimalkan dalam aplikasi buatan Israel ini.
Perkembangan industri ini sendiri tidak lepas dari donor dan tenaga terampil. Israel mendapatkan 'durian runtuh' dari banyaknya tenaga ahli yang melakukan eksodus dari negara-negara Eropa selama pecah Perang Dunia II untuk menghindari persekusi. Industri-industri yang sudah berkembang pesat di Israel antara lain pupuk, pestisida, farmasi, bahan kimia, plastik, dan logam berat.
Negeri Yahudi tersebut terkenal dengan industri manufaktur yang paling maju sejak 1970-an. Israel tidak mengandalkan sumber uang dari minyak seperti negara Arab lainnya.
Kemudian pada 1990-an, para insinyur yang berpindah dari negara-negara bekas Uni Soviet ke Israel membuat negara itu semakin diberkati dengan kelimpahan sumber daya manusia terampil. Oleh karena itu tidak heran bila perusahaan-perusahaan baru di sektor teknologi semakin menjamur.
Pun dari segi donor, Israel juga mendapatkan sokongan dari sekutu dekatnya, Amerika Serikat. Melansir Al Jazeera, Israel adalah penerima bantuan luar negeri AS yang paling signifikan, di mana mereka menerima sekitar US$263 miliar atau setara Rp4.268,22 triliun sejak 1946 hingga 2023 dari Washington.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]

















































