Adu Kuat Senjata Langit: "Kubah Besi"" Iron Dome Israel vs Rudal Iran

15 hours ago 5

Jakarta, CNBC Indonesia - Iran melancarkan serangan udara balasan ke Israel pada Jumat malam (13/6/2025), dengan ledakan terdengar di Yerusalem dan Tel Aviv, dua kota terbesar di negara tersebut. Serangan tersebut mengenai Iron Dome, "kubah besi" yang diciptakan Israel untuk melindungi diri serangan rudal musuhnya.

Dikutip dari The Guardian, rudal terlihat melintas di langit Tel Aviv, dan militer mengatakan Iran telah menembakkan dua rentetan serangan.

Militer Israel menyebut Iran menembakkan kurang dari 100 rudal, dan sebagian besar berhasil dicegat atau jatuh sebelum mencapai sasaran. Militer Amerika Serikat membantu menembak jatuh rudal Iran yang menuju Israe..

Saluran TV Israel Channel 12 melaporkan dua orang terluka kritis, delapan luka sedang, dan 34 luka ringan akibat serpihan ledakan.

Beberapa bangunan terkena serangan, termasuk sebuah blok apartemen di kawasan permukiman Ramat Gan, dekat Tel Aviv. Satu bangunan lain di pusat Tel Aviv juga terkena, mengakibatkan kerusakan signifikan di beberapa lantai.

Sistem antirudal Iron Dome Israel mencegat roket setelah Iran menembakkan salvo rudal balistik, seperti yang terlihat dari Ashkelon, Israel, 1 Oktober 2024. (REUTERS/Amir Cohen)Foto: Sistem antirudal Iron Dome Israel mencegat roket setelah Iran menembakkan salvo rudal balistik, seperti yang terlihat dari Ashkelon, Israel, 1 Oktober 2024. (REUTERS/Amir Cohen)
Sistem antirudal Iron Dome Israel mencegat roket setelah Iran menembakkan salvo rudal balistik, seperti yang terlihat dari Ashkelon, Israel, 1 Oktober 2024. (REUTERS/Amir Cohen)

Serangan Israel ke Iran sepanjang hari dan balasan dari Iran memicu kekhawatiran akan konflik regional yang lebih luas, meskipun sekutu Iran, Hamas di Gaza dan Hizbullah di Lebanon, telah dilemahkan oleh Israel.

Kantor berita resmi Iran IRNA menyatakan Teheran menembakkan ratusan rudal balistik ke Israel setelah Israel menggempur fasilitas nuklir bawah tanah raksasa Natanz dan menewaskan komandan militer teratas Iran. Iran menyebut program nuklirnya hanya untuk tujuan damai.

Iron Dome Kembali Disorot

Iron Dome Israel mendeteksi dan melacak roket yang masuk menggunakan radar, lalu menghitung roket mana yang kemungkinan akan mencapai area berpenduduk. Sistem ini kemudian menembakkan rudal ke arah roket-roket tersebut, sementara roket lainnya dibiarkan jatuh di lahan terbuka.

IDF (Pasukan Pertahanan Israel) sebelumnya mengklaim bahwa Iron Dome berhasil menghancurkan 90% roket yang menjadi targetnya. Rudal "Tamir" yang digunakan sistem ini diperkirakan berharga sekitar US$ 50.000 per unit atau sekitar Rp 814,5 juta per unit (US$1=16.295).

Sistem Iron Dome ini dikembangkan setelah perang yang dikenal sebagai "Perang Musim Panas" pada 2006 antara Israel dan Hezbollah. Kelompok bersenjata yang berbasis di Lebanon tersebut menembakkan hampir 4.000 roket ke Israel, menyebabkan kerusakan besar.

Iron Dome telah mencegat lebih dari 1.500 target antara 2011 hingga April 2016.

Sistem pertahanan rudal Iron Dome, atau "Kippat Barzel" dalam bahasa Ibrani, secara luas dianggap sebagai salah satu alat terpenting dalam persenjataan pertahanan Israel.

Iron Dome atau kerap disebut "kubah besi" dirancang untuk melindungi warga Israel dari serangan udara dengan meluncurkan rudal berpemandu untuk mencegat roket yang masuk dan ancaman jarak pendek lainnya.

Sistem pertahanan bergerak yang dapat beroperasi dalam segala cuaca ini telah sepenuhnya beroperasi sejak Maret 2011.

Kementerian Pertahanan Israel menyatakan bahwa sistem ini telah mengalami beberapa kali peningkatan dan "berhasil mencegah tak terhitung jumlahnya roket agar tidak menghantam komunitas-komunitas Israel."

Iron Dome dikembangkan di Israel oleh perusahaan milik negara Rafael Advanced Defense Systems dengan dukungan dari Amerika Serikat - dan Washington terus memberikan pendanaan untuk sistem ini.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan bahwa Iron Dome merupakan gabungan dari beberapa komponen: teknologinya sendiri, mesin yang digunakan untuk mencegat roket yang masuk, para prajurit yang mengoperasikan sistem, serta komandan yang mengawasi jaringannya.

Bagaimana cara kerjanya?

Dalam praktiknya, Iron Dome menggunakan radar untuk melacak roket yang masuk dan menentukan apakah lintasan rudal tersebut mengancam area yang dilindungi, seperti lokasi strategis atau pusat populasi.

A Israeli soldier takes cover as an Iron Dome air defense system launches to intercept a rocket from the Gaza Strip, in Ashkelon, southern Israel, Tuesday, May 11, 2021. (AP Photo/Ariel Schalit)Foto: Seorang tentara Israel berlindung saat sistem pertahanan udara Iron Dome diluncurkan untuk mencegat roket dari Jalur Gaza, di Ashkelon, Israel selatan, Selasa, 11 Mei 2021. (AP Photo / Ariel Schalit)
A Israeli soldier takes cover as an Iron Dome air defense system launches to intercept a rocket from the Gaza Strip, in Ashkelon, southern Israel, Tuesday, May 11, 2021. (AP Photo/Ariel Schalit)

Jika roket tersebut memang menimbulkan ancaman, pusat komando dan kendali akan merespons dengan meluncurkan rudal Tamir untuk mencegatnya.

Namun, sistem ini tidak diatur untuk menembak di luar area yang dilindungi, dan roket yang tidak membahayakan manusia atau bangunan biasanya diabaikan dan dibiarkan jatuh.

Sebuah laporan Congressional Research Service (CRS) tahun 2023 menggambarkan Iron Dome sebagai sistem bergerak anti-roket, anti-mortir, dan anti-artileri yang dapat mencegat peluncuran dari jarak 4 hingga 70 kilometer.

Diperkirakan setidaknya ada 10 baterai yang ditempatkan di seluruh negeri, masing-masing dirancang untuk melindungi area berpenduduk seluas sekitar 155 km². Setiap baterai dilengkapi dengan 3 hingga 4 peluncur dan setiap peluncur memuat hingga 20 rudal Tamir.

Center for Strategic International Studies (CSIS), lembaga kajian Amerika Serikat, memperkirakan bahwa satu baterai Iron Dome menelan biaya lebih dari US$ 100 juta untuk diproduksi atau sekitar Rp 1,63 triliun.

Cara kerja Iron DomeFoto: AFP
Cara kerja Iron Dome

Sejak 2011, Amerika Serikat telah memberikan dana miliaran dolar kepada Israel untuk baterai Iron Dome, rudal pencegat, biaya produksi bersama, dan pemeliharaan umum sejak sistem ini mulai beroperasi.

Sebagian besar dana ini disahkan oleh Kongres AS, di mana mayoritas bipartisan secara konsisten mendukung pendanaan untuk Iron Dome Israel.

Kelemahan Iron Dome

Namun, Iron Dome juga memiliki kelemahan.

Para analis memperingatkan bahwa sistem pertahanan ini dapat mengalami tantangan ketika harus merespons tembakan roket dalam jumlah besar.

Center for European Policy Analysis (CEPA), lembaga kajian AS, menyatakan pada Juni 2021 bahwa sistem ini berpotensi rentan terhadap serangan "saturasi" - serangan yang dirancang untuk membanjiri perisai Iron Dome dengan serangan rudal secara bersamaan dari berbagai arah.

Terlepas dari sukses para pejuang Hamas tahun lalu dan Iran pekan lalu, faktanya, sistem pertahanan Iron Dome tak hanya dimiliki Israel. Iron Dome merujuk pada perisai rudal yang dirancang untuk mencegat roket jarak pendek, serta peluru dan mortir, pada jarak antara 4 km dan 70 km dari peluncur rudal.

Selain Israel, Negara Mana Saja yang Memiliki Iron Dome

Sejumlah negara telah membeli teknologi serupa untuk pertahanan wilayahnya. Sejak Iron Dome sukses beroperasi pada 2011, sejumlah negara lain di Eropa dan Asia telah membeli atau mempertimbangkan pembelian komponen radar atau seluruh Iron Dome untuk melindungi wilayahnya.

Tingginya permintaan terhadap Iron Dome tak lepas dari situasi global yang penuh ancaman. Di sisi lain, Israel dianggap terbukti mampu menghadirkan teknologi keamanan mumpuni.

Pieter Wezeman, peneliti senior di Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), mengatakan banyak negara membutuhkan sistem pertahanan yang dapat memberikan tingkat pertahanan terhadap rudal peluncuran darat, pesawat udara tanpa awak, dan pesawat tempur yang semakin canggih.

Hal ini dipicu adanya perang berkepanjangan di Timur Tengah hingga kini, ketegangan dan penembakan sesekali di Semenanjung Korea, penggunaan rudal terhadap target di Arab Saudi oleh Houthi, dan penggunaan besar-besaran rudal terhadap Ukraina oleh Rusia.

"Israel berada di garis depan dalam teknologi semacam ini dan telah menemukan sejumlah pembeli di seluruh dunia, baru-baru ini termasuk Maroko dan mungkin Uni Emirat Arab, untuk sistem pertahanan udara dan rudalnya," kata Pieter.

Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, Mei 2025, telah mengumumkan rencana ambisius untuk membangun sistem pertahanan rudal bernama "Golden Dome," yang terinspirasi dari sistem Iron Dome milik Israel.

Sistem ini ditargetkan mulai beroperasi dalam waktu tiga tahun ke depan, dengan pendanaan awal sebesar US$25 miliar atau sekitar Rp410 triliun dan potensi total biaya mencapai US$175 miliar atau sekitar Rp2870 triliun.

Trump menyatakan bahwa sistem ini akan menggabungkan teknologi pertahanan yang ada dengan inovasi terbaru dalam strategi pertahanan berlapis.

Golden Dome direncanakan akan mencakup komponen berbasis satelit untuk mendeteksi dan melacak rudal yang masuk, serta sistem pencegat yang mampu menghancurkan ancaman dari udara maupun luar angkasa.

Proyek ini akan dipimpin oleh Jenderal Michael Guetlein dari Angkatan Luar Angkasa AS, dengan dukungan dari perusahaan-perusahaan teknologi seperti SpaceX, Palantir, dan Anduril. Trump menargetkan sistem ini akan beroperasi penuh pada akhir masa jabatannya.

Rudal Iran
Iran memiliki berbagai jenis rudal balistik dan jelajah dengan jangkauan mulai dari ratusan hingga ribuan kilometer. Salah satu yang paling popular adalah hahab-3: jangkauan hingga 2.000 km, mampu menjangkau Israel, pangkalan AS di Timur Tengah.
Terdapat juga Sejjil yakni rudal balistik dua tahap berbahan bakar padat, jangkauan hingga 2.000 km, waktu peluncuran lebih cepat.

Rudal seperti Sejjil menggunakan bahan bakar padat sehingga memungkinkan peluncuran lebih cepat dan mobilitas yang tinggi, sehingga sulit dideteksi lebih awal.

Sebuah rudal yang diluncurkan dari Iran terlihat dari Yerusalem, 14 Juni 2025. (REUTERS/Ammar Awad)Foto: Sebuah rudal yang diluncurkan dari Iran terlihat dari Yerusalem, 14 Juni 2025. (REUTERS/Ammar Awad)
Sebuah rudal yang diluncurkan dari Iran terlihat dari Yerusalem, 14 Juni 2025. (REUTERS/Ammar Awad)

Selain dibekali senjata, Iran juga mengembangkan taktik serangan saturasi: meluncurkan banyak rudal sekaligus dari berbagai arah untuk mencoba "membanjiri" sistem pertahanan lawan seperti Iron Dome atau Patriot, agar tidak semua bisa dicegat.

Iran sudah mampu memproduksi berbagai jenis rudal di dalam negeri, meskipun terkena sanksi internasional. Hal ini membuat mereka relatif mandiri dan sulit ditekan melalui embargo senjata. Selain itu, Iran juga mengembangkan rudal jelajah anti-kapal seperti Noor dan Qader, yang mengancam kapal-kapal AS dan sekutu di Teluk Persia, termasuk potensi menutup Selat Hormuz.

Iran memamerkan sejumlah rudal dan sistem pertahanannya di sebuah museum di Teheran, pada Jumat (15/11) di tengah ketegangan konflik di Timur Tengah. (via REUTERS/Majid Asgaripour)Foto: Iran memamerkan sejumlah rudal dan sistem pertahanannya di sebuah museum di Teheran, pada Jumat (15/11) di tengah ketegangan konflik di Timur Tengah. (via REUTERS/Majid Asgaripour)
Iran memamerkan sejumlah rudal dan sistem pertahanannya di sebuah museum di Teheran, pada Jumat (15/11) di tengah ketegangan konflik di Timur Tengah. (via REUTERS/Majid Asgaripour)

Rudal Iran adalah bagian dari strategi perang asimetris untuk menghadapi lawan yang lebih kuat secara teknologi seperti Israel atau AS. Rudal ini didukung oleh jaringan proxy (Hamas, Hezbollah, Houthi) yang juga memiliki akses ke rudal buatan Iran.

CNBCINDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |