WHO Peringkatkan Kasus Covid Naik di Asia Tenggara

1 day ago 6

Jakarta, CNBC Indonesia - Virus Covid-19 mulai kembali mengintai sektor kesehatan dunia. Sejak pertengahan Februari 2025, virus SARS-CoV-2 global telah meningkat, dengan tingkat kepositifan tes mencapai 11%. Angka tertinggi sejak Juli 2024.

Peningkatan ini terjadi di negara-negara di kawasan Mediterania Timur, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat. Sejak awal 2025, tren varian SARS-CoV-2 global sedikit bergeser. WHO menyarankan semua negara anggotanya untuk terus menerapkan pendekatan terpadu berbasis risiko dalam mengelola Covid-19.

Berdasarkan data SARS-CoV-2 yang dilaporkan ke Global Influenza Surveillance and Response System (GISRS) dari lokasi surveilans sentinel. Pada 11 Mei 2025, tingkat kepositifan tes adalah 11% di 73 negara, wilayah, dan teritori yang melapor.

Jumlah tersebut sama dengan puncak yang diamati pada Juli 2024 atau 12% dari 99 negara dan menandai peningkatan dari 2% yang dilaporkan oleh 110 negara pada pertengahan Februari 2025.

"Peningkatan tingkat kepositifan tes terutama didorong oleh negara-negara di Wilayah Mediterania Timur, Wilayah Asia Tenggara, dan Wilayah Pasifik Barat," tulis WHO mengutip website resminya, Minggu (1/6).

Negara-negara di Wilayah Afrika, Wilayah Eropa, dan Wilayah Amerika saat ini melaporkan tingkat aktivitas SARS-CoV-2 yang rendah dengan persen kepositifan dari situs pengawasan virologi sentinel atau sistematis yang berkisar antara 2% hingga 3%.

Sebagai bagian dari program pengendalian COVID-19 yang komprehensif, vaksinasi tetap menjadi intervensi utama untuk mencegah penyakit parah dan kematian akibat COVID-19, terutama di antara kelompok-kelompok yang berisiko.

WHO meminta, upaya pencegahan COVID-19 semakin ditanamkan dalam sistem pengawasan dan respons yang lebih luas. Berbagai negara telah bergerak untuk mengoperasikan platform pengawasan penyakit pernapasan terintegrasi - seperti eGISRS dan Coronavirus Network (CoViNet) - yang mencakup pengawasan sentinel, karakterisasi virologi, dan pemantauan air limbah, yang memungkinkan pendeteksian varian SARS-CoV-2 yang bersirkulasi dan memberikan wawasan tentang tren yang lebih luas pada penyakit pernapasan akibat virus.

Jalur klinis yang dikembangkan selama fase akut pandemi COVID-19 sedang disempurnakan dan dipertahankan, mendukung akses ke diagnosis, pengobatan, dan perawatan untuk individu dengan COVID-19 dan kondisi pasca-COVID-19 (COVID panjang).

Upaya vaksinasi tetap menjadi landasan perlindungan bagi kelompok berisiko tinggi, dengan vaksin terbaru yang ditawarkan melalui strategi imunisasi rutin atau yang ditargetkan, sering kali bersamaan dengan vaksin untuk influenza musiman dan respiratory syncytial virus (RSV).

Di luar sektor kesehatan, tekanan sosial dan ekonomi yang lebih luas, seperti inflasi, ketidakstabilan politik, dan krisis kemanusiaan, semakin memperumit upaya untuk mempertahankan manajemen ancaman penyakit COVID-19 dalam skala besar.

WHO dan para mitranya terus mendukung negara-negara dalam menghadapi kenyataan ini dengan mendorong integrasi yang peka terhadap konteks, penentuan prioritas, dan investasi jangka panjang dalam sistem manajemen ancaman penyakit pernapasan.


(mkh/mkh)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Pertama Kali Sejak Covid, PDB Korsel Q1-2025 Terkontraksi 0,1%

Next Article Cerita Luhut Pernah 'Nangis' karena Paracetamol, Kenapa?

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |