Jakarta, CNBC Indonesia - Fenomena Brain Rot atau pembusukan otak saat ini tengah ramai menjadi perbincangan di kalangan Generasi Z. Istilah ini secara informal merujuk pada penurunan kapasitas mental akibat konsumsi konten digital secara berlebihan.
Meski bukanlah kondisi medis yang diakui, Brain Rot menjadi metafora untuk menggambarkan kemunduran kognitif yang mungkin terjadi akibat gaya hidup modern yang sangat bergantung pada teknologi.
Kemajuan teknologi telah memungkinkan berbagai platform seperti TikTok, Instagram, YouTube, dan lainnya memanfaatkan algoritma untuk menarik perhatian pengguna.
Senior Research Fellow dari Toronto Metropolitan University, Masoud Kianpour menjelaskan, bagi banyak orang dewasa, adiksi internet atau yang disebut candu digital (digital drugs) oleh para psikolog klinis dapat muncul dari berbagai aktivitas.
Mulai dari belanja digital, bermain game, judi online, hingga konsumsi pornografi. Adapun adiksi ini telah menjadi permasalahan serius terutama setelah adanya kebijakan social distancing selama pandemi COVID-19.
"Kelahiran media sosial di awal abad ini disambut antusias karena memiliki potensi untuk memberdayakan individu, memfasilitasi proses bercerita, dan menghubungkan komunitas," ujarnya dikutip dari The Conversation, Sabtu (29/3/2025).
Gen Z Paling Banyak Akses Internet
Masoud menilai meski membawa banyak manfaat, media sosial juga membawa tantangan serius terhadap hubungan kita dengan fakta dan rasa percaya, dua hal dasar dari demokrasi yang efektif.
"Penyebaran misinformasi dan pembentukan ruang gema (echo chambers) kian menguatkan posisi komunitas yang berlawanan ketika berinteraksi di media sosial. Hasilnya, media sosial menjadi media yang subur akan kebencian dan ekstremisme," tambahnya.
Menurut dia, rata-rata anak muda di Amerika Serikat menghabiskan lebih dari 5 jam di depan layar dan mendapatkan 237 notifikasi, satu notifikasi setiap empat menit.
Sementara itu, mengutip Berlin Situmorang dari greennetwork.id, salah satu daya tarik utama platform ini adalah konten berformat video pendek yang cepat dan menghibur. Konten semacam ini sering kali membuat pengguna tanpa sadar menghabiskan waktu berjam-jam.
Berdasarkan survei We Are Social tahun 2024, rata-rata masyarakat Indonesia menghabiskan 7 jam 38 menit setiap hari untuk mengakses internet, dengan 58,9% di antaranya menggunakan internet sebagai sarana mengisi waktu luang. Pola ini menunjukkan bagaimana akses terhadap informasi dan hiburan digital telah menjadi aktivitas dominan dalam kehidupan sehari-hari.
Pada tahun 2023, Gen Z tercatat sebagai kelompok yang paling banyak mengakses internet. Di saat yang sama, mereka cenderung memiliki kebiasaan doom scrolling, yaitu menjelajah konten tanpa henti hingga menjadi rutinitas yang sulit dihentikan.
Kebiasaan ini semakin mengikat mereka pada arus informasi dan hiburan digital yang terus berkembang.
Brain Rot, Istilah Paling Populer di 2024
Kementerian Kesehatan juga menyoroti terkait kebiasaan terlalu lama menggunakan media sosial. Pasalnya hal ini juga dapat berdampak pada kesehatan otak.
Hal ini lantas menimbulkan pertanyaan, apakah kebiasaan ini benar-benar bisa merusak otak hingga disebut membusuk?
"Kelamaan scroll sosmed seberpengaruh buruk itu kah untuk kesehatan otak kita? Bisa sampai membusuk??," demikian dikutip dari akun Instagram resmi Kemenkes RI.
Istilah Brain Rot populer pada tahun 2024 dan terpilih sebagai Oxford Word of the Year. Brain rot didefinisikan sebagai kemerosotan kondisi mental atau intelektual seseorang, khususnya akibat konsumsi berlebihan terhadap konten daring.
Dilansir dari, Oxford University Press (OUP), para ahli bahasa Oxford mencatat, istilah 'brain rot' semakin populer pada tahun ini, terutama dalam membahas dampak konsumsi berlebihan terhadap konten daring berkualitas rendah, khususnya di media sosial. Penggunaannya meningkat hingga 230% antara tahun 2023 dan 2024.
Presiden Oxford Languages, Casper Grathwohl menyampaikan, istilah brain rot menjadi kekhawatiran tersendiri bagi masyarakat terhadap dampak media sosial, melanjutkan tren kata tahun sebelumnya, 'rizz'.
Ia juga menyoroti generasi muda menunjukkan kesadaran diri yang jenaka tentang dampak negatif media sosial yang mereka konsumsi.
"Saya juga merasa menarik bahwa istilah 'brain rot' justru diadopsi oleh Gen Z dan Gen Alpha, komunitas yang paling aktif dalam menciptakan dan mengonsumsi konten digital yang istilah ini rujuk," ujarnya.
(dce)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Potensi & Daya Saing Industri Kesehatan RI di Pasar Global
Next Article 7 Cara Sehat Minum Kopi, Salah Satunya Jangan di Atas Pukul 14.00