Jakarta -
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya diminta memutar haluan anggaran setelah muncul kabar kekurangan Tunjangan Keuangan Daerah (TKD) sekitar Rp 730 miliar untuk tahun 2026.
Wakil Ketua DPRD Surabaya, Bahtiyar Rifai menilai efisiensi menjadi langkah utama yang harus ditempuh, terutama pada kebutuhan rutin.
"Efisien menjadi salah satu jurus. Saya berharap ada optimalisasi aset yang saat ini masih banyak belum bekerja untuk PAD kita," kata Bahtiyar, dalam keterangannya Selasa (14/10/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, banyak aset milik pemkot seperti tanah dan bangunan yang belum termanfaatkan, bahkan sebagian digunakan masyarakat tanpa kontribusi jelas terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Bahtiyar mendorong agar pemkot membuat terobosan baru dengan menghadirkan inovasi platform digital berbasis website, semacam etalase daring aset milik pemerintah kota.
"Seperti orang jualan baju atau handphone di e-commerce. Saya berharap nanti ada website yang menampilkan foto-foto aset, lokasinya di mana, dan berapa harganya. Jadi masyarakat tidak perlu lagi repot mencari-cari," ujarnya.
Selain itu, Politisi dari Partai Gerindra ini mencontohkan, jika warga membutuhkan tanah di wilayah tertentu, cukup membuka website pemkot dan melihat detailnya.
"Tinggal klik saja, bisa tahu luasnya berapa, harganya berapa, kontraknya sudah berjalan atau belum," lanjutnya.
Selain mempermudah masyarakat, Bahtiyar menilai sistem digital ini juga membantu pendataan aset secara otomatis. Data bisa langsung terintegrasi dari tingkat kelurahan hingga kota tanpa perlu membuka berkas manual. Serta mendorong transparansi birokrasi.
"Pendataan aset, difoto, dan juga dilakukan appraisal, sehingga jelas berapa nilai sewanya. Artinya semuanya terbuka, tidak ada permainan, tidak melalui calo," tegasnya.
Bahtiyar juga menekankan pentingnya pelatihan bagi camat dan lurah sebelum sistem ini diterapkan. Menurut Bahtiyar, BPKAD Surabaya perlu menginstruksikan bimbingan teknis (bimtek) terkait cara memfoto, mengunggah, hingga memperbarui data aset.
"Pertama harus membuat web-nya dulu, lalu ada proses update. Misalnya dulu asetnya masih berupa lahan semak, tapi sekarang sudah dibersihkan, ya difoto lagi supaya masyarakat bisa melihat kondisi terkini," kata Bahtiyar.
Lebih lanjut, Bahtiyar berharap langkah ini dapat menghidupkan aset yang selama ini tidur agar bisa kembali produktif dan meningkatkan PAD Kota Surabaya.
(prf/ega)