Tujuan Utama AI Ambil Semua Pekerjaan Manusia, Diungkap Penciptanya

3 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Arus PHK massal akibat AI disebut bakal makin deras. Pasalnya, AI dinilai hanya bisa memberikan keuntungan bagi perusahaan-perusahaan besar jika digunakan sebagai pengganti tenaga kerja manusia.

Geoffrey Hinton, ilmuwan peraih Nobel yang sering dipanggil sebagai "godfather of AI" mengungkapkan alasan perusahaan teknologi besar seperti Google, Microsoft, dan Meta rela mengucurkan investasi besar-besaran untuk pengembangan AI.

Menurutnya, investasi yang dihabiskan untuk pengembangan AI mustahil menciptakan keuntungan jika tidak diikuti oleh pengurangan drastis jumlah pekerja manusia.

"Saya pikir, perusahaan besar bertaruh bakal ada pergantian masif manusia oleh AI, karena di situ sumber uang paling besar," katanya dalam wawancara dengan Bloomberg yang dikutip dari Futurism.

Hinton adalah salah seorang pelopor dalam ilmu pembelajaran mesin dan jaringan saraf yang menjadi dasar teknologi AI. Ia menerima hadiah Nobel pada 2024.

Perusahaan yang paling "royal" berinvestasi di bidang AI adalah OpenAI, pencipta ChatGPT. OpenAI telah mengumumkan rencana investasi infrastruktur AI bernilai total US$ 1 triliun. Investasi tersebut digelontorkan meskipun teknologi AI masih sulit membukukan laba. OpenAI sendiri baru bisa mencetak pendapatan US$ 11,5 miliar dalam 3 bulan terakhir.

Dalam wawancara, Hinton diminta untuk menjawab pertanyaan soal investasi OpenAI. Ia ditanya kemungkinan investasi sebesar itu bisa menghasilkan keuntungan tanpa PHK besar-besaran.

"Saya pikir tak mungkin. Menurut saya, untuk menghasilkan uang, Anda harus mengganti pekerja manusia," kata Hinton.

Sejak era feodal, tenaga kerja manusia adalah komponen penting dari perekonomian. Mulai dari pekerja di pertanian, buruh pabrik, hingga pegawai kantor, gaji adalah beban aktivitas industri. Jika manusia bisa digantikan oleh AI, perusahaan tidak lagi harus membayar "beban upah."

Artinya, alasan perusahaan raksasa berebut menciptakan teknologi AI paling canggih adalah membuat tenaga kerja manusia menjadi "tak berguna." 

"Tidak seperti senjata nuklir, yang hanya berguna untuk hal buruk. [AI] bakal berguna untuk kebaikan," katanya. "Namun, siapa yang diuntungkan, tergantung cara kita menata masyarakat."


(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Warga RI Mulai Kecanduan ChatGPT, Ini Bukti dari Penciptanya

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |