Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan bahwa Kazakhstan akan segera bergabung dengan Abraham Accords, yakni kesepakatan normalisasi hubungan antara Israel dan sejumlah negara mayoritas Muslim. Langkah ini disebut sebagai bagian dari upaya Washington memperluas pengaruh di Asia Tengah.
Dalam unggahan di platform Truth Social, Trump mengatakan dirinya telah berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev.
"Kami akan segera mengumumkan upacara penandatanganan untuk membuatnya resmi. Ada banyak negara lain yang juga ingin bergabung dengan klub strength ini," tulis Trump, seperti dilansir Reuters, Jumat (7/11/2025).
Pemerintah Kazakhstan membenarkan bahwa proses negosiasi untuk bergabung dengan Abraham Accords sedang memasuki tahap akhir.
"Aksesi kami ke Abraham Accords merupakan kelanjutan alami dari kebijakan luar negeri Kazakhstan, yang didasarkan pada dialog, saling menghormati, dan stabilitas regional," kata pernyataan resmi pemerintah Kazakhstan.
Meski Kazakhstan telah memiliki hubungan diplomatik dan ekonomi dengan Israel, langkah ini dinilai memiliki makna politik yang lebih luas. Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyebut keputusan tersebut akan membuka peluang kerja sama ekonomi dan keamanan baru.
"Ini bukan sekadar peningkatan hubungan diplomatik, tapi menciptakan kemitraan yang membawa manfaat ekonomi dan strategis," ujarnya.
Trump sebelumnya bertemu dengan Presiden Tokayev serta empat pemimpin Asia Tengah lainnya, Kirgistan, Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan, di Gedung Putih. Pertemuan itu dinilai sebagai upaya AS menyeimbangkan pengaruh Rusia dan China di kawasan tersebut.
Utusan khusus AS Steve Witkoff mengatakan bahwa dirinya akan kembali ke Washington untuk menghadiri pengumuman resmi, meski belum menyebutkan negara yang dimaksud. Axios kemudian melaporkan bahwa negara tersebut adalah Kazakhstan.
Masuknya Kazakhstan diharapkan dapat menghidupkan kembali Abraham Accords, yang perluasannya sempat tertunda akibat perang Gaza. Sejak perjanjian itu ditandatangani pada 2020, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Maroko telah menjalin hubungan resmi dengan Israel.
Trump juga menyiratkan optimismenya bahwa Arab Saudi akan bergabung di masa mendatang. Namun, Riyadh menegaskan belum akan melangkah tanpa adanya komitmen terhadap pembentukan negara Palestina. Putra Mahkota Mohammed bin Salman dijadwalkan berkunjung ke Gedung Putih pada 18 November.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
Presiden Muslim Ini Mau Ketemu Netanyahu, Normalisasi dengan Israel?


















































