Penculikan dan pembunuhan kepala cabang (kacab) bank M Ilham Pradipta (37) ternyata bermula dari kartu nama. Kartu nama yang dipilih oleh pelaku membuat Ilham menemui petakanya.
Sebagaimana diketahui, M Ilham Pradipta ditemukan tewas di semak-semak di Serang Baru, Kabupaten Bekasi, pada Kamis (21/8) lalu. Korban ditemukan dengan kondisi wajah, kaki, dan tangan terikat lakban hitam. Sebelumnya, Ilham diculik dari parkiran supermarket di Pasar Rebo, Jakarta Timur, pada Rabu (20/8).
Adapun saat ini sudah 15 orang tersangka sipil diamankan di kasus tersebut. Selain itu, ada dua orang prajurit Kopassus berinisial Kopda FH dan Serka N, yang juga terlibat dan sudah diamankan Pomdam Jaya. Polisi juga masih memburu satu pelaku lainnya berinisial EG.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kasus ini bermula saat para pelaku ini ingin mencuri uang dari rekening dormant atau tak aktif. Dari situ, pelaku mencari pihak bank yang mau diajak bekerja sama.
Terkait kartu nama ini dijelaskan oleh Dirreskrimum Polda Metro Jaya Kombes Wira Satya Triputra, Selasa (16/9/2025). Kombes Wira menjelaskan bahwa salah satu tersangka memilih kartu secara random. Namun siapa sangka, yang dipilih adalah Ilham.
"Ini dipilih secara random karena kebetulan salah satu tersangka ini punya kartu namanya saja awalnya. Jadi tidak ada yang kenal dengan korban," katanya.
Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Abdul Rahim mengatakan aksi para pelaku tersebut bermula saat tersangka C alias Ken hendak memindahkan uang dari rekening dormant ke rekening penampungan.
Namun hal itu harus atas persetujuan kepala cabang. Mereka pun memilih secara acak kepala cabang bank yang mau diajak bekerja sama.
"Sebelum adanya rencana penculikan terhadap korban ini, para pelaku, dalam hal ini K alias C, mengajak DH (Dwi Hartono) untuk melakukan pencarian atau mencari kacab beberapa bank yang bisa dibujuk untuk mau bekerja sama dengan mereka," ujarnya.
Menculik Korban
Namun sudah sebulan lamanya tidak ada kepala cabang bank yang mau diajak bekerja sama. Mereka pun sepakat untuk melakukan penculikan terhadap korban berdasarkan kartu nama yang ada.
"Sehingga pada saat si DH menyetujui melakukan tindakan opsi satu, yaitu melakukan penculikan terhadap korban kacab, si K memberikan ini ada kartu nama dari salah satu kacab. Atas hal tersebut, kartu nama tersebut diserahkan dikirimkan kepada DH," ujarnya.
Kartu nama ini dipilih secara acak. Data korban pun telah didapatkan.
"Bahwa korban ini adalah acak, yang mana acaknya berawal dari tim K ini sebar mencari kacab yang bisa didekati. Namun, tidak bisa didekati, tapi sudah dapat datanya. Atas data tersebutlah yang diberikan kepada DH," imbuhnya.
Dugaan Keluarga
Kuasa hukum keluarga Ilham, Boyamin Saiman, mengatakan ada orang diduga bagian dari komplotan sempat mendatangi kantor Ilham di Cempaka Putih. Saat itu, katanya, orang tersebut mengaku mau mengurus ATM tapi meminta bertemu pimpinan.
"Ada orang mendatangi kantor cabang, Cempaka Putih akan mengurus ATM, tapi nggak membawa KTP. Rekening ditanya nggak tidak punya. Tapi ujung-ujungnya meminta untuk bertemu pimpinan. Kan berarti mau bertemu pimpinan kan, tapi kemudian tidak berhasil," kata Boyamin di Polda Metro Jaya, Rabu (17/9/2025).
Boyamin menyebut korban Ilham dan otak penculikan C alias Ken juga sempat bertemu untuk pengurusan Electronic Data Capture (EDC). Namun, Boyamin tidak merinci kapan pertemuan tersebut terjadi.
"Bahwa adalah almarhum pernah menawari salah satu mungkin C karena dia punya bisnis nawari untuk masang EDC untuk gesek kartu tunai, kartu kredit ATM. Jadi dia punya usaha," ujarnya.
Saat itulah, korban disebut memberikan kartu nama kepada Ken. Kartu nama itulah yang diduga digunakan Ken memilih korban sebagai kacab bank yang diculik dan dipaksa untuk memberi otorisasi agar Ken dkk bisa mencuri dana dari rekening dormant atau nganggur.
"Karena almarhum sudah pernah mendatangi yang bersangkutan untuk memberikan kartu nama dan kalau random kan tidak begitu. (Pemberian kartu nama) untuk menawarkan bisnis untuk rekening dan segala macam dan sudah bertemu sebelumnya si C, sudah ketemu. Makanya kartu namanya disimpan," ujarnya.
(rdp/rdp)