Tentara AS Dibunuh di Negara Arab, Trump Ngamuk-Siapkan Pembalasan

22 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Serangan bersenjata di wilayah timur Suriah yang menewaskan tiga personel Amerika Serikat memicu ancaman pembalasan keras dari Presiden Donald Trump, sekaligus menguji arah baru hubungan Washington dengan pemerintahan sementara Suriah pascatumbangnya Bashar al-Assad.

Presiden Donald Trump berjanji akan memberikan "pembalasan yang sangat serius" terhadap kelompok militan Islamic State (ISIS) setelah seorang pria bersenjata menyerang dan menewaskan dua tentara Angkatan Darat AS serta seorang penerjemah sipil pada Sabtu (13/12/2025). Dalam serangan tersebut, tiga personel militer AS lainnya juga mengalami luka-luka.

"Kami berduka atas kehilangan tiga Patriot Besar Amerika di Suriah, dua tentara, dan satu Penerjemah Sipil. Kami juga mendoakan tiga tentara yang terluka, yang baru saja dipastikan dalam kondisi baik," tulis Trump melalui akun Truth Social miliknya, dikutip Senin (15/12/2025).

Trump menegaskan bahwa serangan tersebut dilakukan oleh ISIS dan menyebut insiden itu terjadi di wilayah Suriah yang sangat berbahaya.

"Ini adalah serangan ISIS terhadap Amerika Serikat dan Suriah, di bagian Suriah yang sangat berbahaya, yang tidak sepenuhnya berada di bawah kendali mereka," tulisnya.

Ia juga menyatakan bahwa Presiden sementara Suriah Ahmad al-Sharaa memiliki reaksi yang sama kerasnya terhadap serangan tersebut.

"Presiden Suriah, Ahmed al-Sharaa, sangat marah dan terganggu oleh serangan ini," tulis Trump. "Akan ada pembalasan yang sangat serius."

Serangan ini terjadi di tengah perubahan besar lanskap politik Suriah setelah jatuhnya Presiden Bashar al-Assad, yang membuka peluang bagi Amerika Serikat dan pemerintahan baru Suriah untuk membangun kembali hubungan. Pemerintah sementara Suriah dan pasukan militernya telah menyatakan komitmen membantu Amerika Serikat memerangi keberadaan ISIS.

Ratusan tentara AS saat ini masih ditempatkan di wilayah timur Suriah sebagai bagian dari koalisi internasional melawan ISIS. Keberadaan mereka berada di tengah situasi transisi keamanan yang rapuh di negara tersebut.

Meski ISIS dinyatakan kalah secara militer di Suriah pada 2019, kelompok itu masih memiliki sel-sel tidur yang mampu melancarkan serangan mematikan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan ISIS masih memiliki antara 5.000 hingga 7.000 petempur yang tersebar di Suriah dan Irak.

Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth pada Sabtu lebih awal mengonfirmasi serangan tersebut, termasuk kematian para personel AS dan tewasnya pelaku serangan. Ia mengatakan pria bersenjata itu telah dibunuh oleh "pasukan mitra".

Dalam unggahan di platform X, Hegseth menegaskan ancaman keras terhadap pihak mana pun yang menyerang warga Amerika.

"Pelaku biadab yang melakukan serangan ini telah dibunuh oleh pasukan mitra. Biarlah diketahui, jika Anda menargetkan orang Amerika-di manapun di dunia-Anda akan menghabiskan sisa hidup Anda yang singkat dan penuh kecemasan dengan mengetahui bahwa Amerika Serikat akan memburu Anda, menemukan Anda, dan membunuh Anda tanpa ampun," tulis Hegseth.

Tiga personel militer AS yang terluka dievakuasi menggunakan helikopter ke garnisun al-Tanf, yang terletak di dekat perbatasan Suriah dengan Irak dan Yordania, untuk mendapatkan perawatan medis.

Amerika Serikat sebelumnya tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Suriah selama pemerintahan Assad. Namun, Gedung Putih belakangan mendorong hubungan yang lebih dekat dengan pemerintahan baru. Bahkan, al-Sharaa sempat diundang ke Washington bulan lalu untuk bertemu dan menggelar pembicaraan dengan Trump.

(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |