Internet di Garis Terdepan RI
mae, CNBC Indonesia
15 December 2025 07:35
Jakarta, CNBC Indonesia - Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.000 lebih pulau dan penduduk yang tersebar jauh di pesisir, lembah, gunung, hingga pulau terluar, internet di Indonesia bukan lagi sekadar fasilitas.
Internet menjelma menjadi infrastruktur strategis yang menentukan arah pembangunan nasional, pembuka jalan kemajuan dan kesetaraan hingga motor penggerak ekonomi.
Dengan topografi wilayah yang sangat beragam, Indonesia menghadapi tantangan geografis yang tak dialami bangsa mana pun. Laut memisahkan, jarak memperlambat, dan topografi ekstrem sering kali memutus aliran pembangunan. Namun dalam 10 tahun terakhir, gelombang baru perubahan datang dari tempat yang tak disangka: jaringan internet.
Transformasi ini pelan tetapi pasti dari satelit di angkasa hingga gelombang serat optik yang merayap di bawah lautan, Indonesia perlahan membangun salah satu infrastruktur digital terbesar di Asia Tenggara.
Internet Tak Lagi Jawa Sentris
Pada masa awal internet, nyaris seluruh denyut digital Indonesia berpusat di Pulau Jawa. Jakarta, Bandung, dan Surabaya menjadi titik pertama backbone jaringan, sementara pulau lain Sumatra, Kalimantan, Sulawesi hanya mencicipi koneksi mahal berbasis satelit VSAT.
Lompatan terbesar terjadi saat pemerintah meluncurkan Proyek Palapa Ring kemudian diperkuat dengan satelit SATRIA-1 dan ribuan akses internet.
Empat "senjata" digunakan pemerintah untuk meningkatkan kualitas jaringan komunikasi dan internet.
1. Palapa Ring
Palapa Ring merupakan jaringan kabel serat optik sepanjang 12.148 kilometer yang terdiri dari kabel optik darat dan bawah laut, serta segmen jaringan radio microwave sebanyak 55 hop.
Mega proyek ini terbagi menjadi tiga bagian yakni Paket barat, Tengah, dan Timur.
Palapa Ring langsung berhadapan dengan posisi strategis Indonesia terhadap ketahanan nasional. Paket Barat, misalnya, telah hadir di Natuna yang langsung berhadapan dengan Laut Cina Selatan.
Nama Palapa Ring mengambil ruh semangat untuk mempersatukan Indonesia sesuai janji Gajah Mada pada Sumpah Palapa-nya.
2. Satelit Indonesia (SATRIA)
Satelit ini dirancang sebagai Broadband Satellite untuk memberikan layanan akses internet cepat. Layanan SATRIA-1 merupakan solusi untuk titik layanan publik pendidikan, kesehatan dan pemerintahan yang belum terjangkau akses internet cepat melalui jaringan kabel serat optik atau Base Transceiver Station (BTS).
SATRIA-1 memungkinkan layanan internet di lokasi remote seperti kantor pemerintahan dan sekolah yang ada di wilayah 3T. SATRIA-1 bisa diterima langsung melalui V-SAT sehingga pembangunan proyeknya bisa lebih cepat dibandingkan dengan pembangunan BTS atau jaringan kabel serat optik. Layanan ini juga bisa mengatasi hambatan geografis seperti daratan, gunung, bukit, dan lembah.
Ribuan pulau di Nusa Tenggara Timur (NTT), Maluku, Papua, dan Papua Barat akhirnya tersentuh infrastruktur yang sebelumnya mustahil hadir tanpa satelit.
3. Pembangunan BTS
Indonesia juga terus menggenjot pembangunan Base Transceiver Station (BTS) demi memperluas akses internet. Hingga kini, Indonesia sudah membangun sekitar 763.000 BTS di seluruh Indonesia, termasuk dari swasta. Pembangunan BTS di wilayah 3T dikembangkan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI).
Hingga Novemebr 2025, BAKTI telah membangun sekitar 7.196 BTS 4G di 172 kabupaten dan 33 provinsi (berdasarkan pemekaran terbaru, data di BAKTI provinsi Papua dan Papua Barat belum dipecah).
Jumlah ini meningkat drastis dibandingkan per Agustus 2024 yang tercatat 5.093 BTS di 25 provinsi yang tersebar di 138 kabupaten/kota.
Pembangunan BTS difokuskan ke Indonesia bagian timur. Kabupaten Sintang mendapatkan jatah pembangunan BTS terbanyak dengan jumlah 206 unit.
Sintang terletak dibagian timur Provinsi Kalimantan Barat, merupakan kabupaten yang dilewati garis khatulistiwa, berbatasan langsung dengan Malaysia (Serawak) di utara dan berdekatan dengan Kalimantan Tengah.
4. Akses Internet
BAKTI menghadirkan akses internet di 29.184 lokasi layanan publik dan menghadirkan sinyal telekomunikasi untuk 6.747 lokasi di desa-desa di berbagai penjuru negeri.
Jumlah akses internet melonjak 10.469 titik dibandingkan per Agustus 2024 yang tercatat 18.715 titik di seluruh Indonesia.
Lokasi akses internet difokuskan pada tempat-tempat yang langsung memberi dampak terhadap kesejahteraan masyarakat, seperti sekolah, rumah sakit dan kantor pemerintahan.
Pembangunan infrastruktur internet terbukti sudah membuahkan hasil.
Data Badan Pusat Statiistik (BPS) menunjukkan semakin banyak yang terjangkau sinyal telepon.
Menurut data Potensi Desa tahun 2024, mayoritas desa/kelurahan di Indonesia telah terjangkau sinyal telepon seluler, yaitu sebanyak 81.159 desa/ kelurahan (baik yang memiliki/tidak memiliki BTS).
Namun demikian, masih terdapat 3.117 desa/kelurahan yang belum memiliki akses terhadap sinyal telepon seluler, dimana sebagian besarnya ada di daerah perdesaan.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan penggunaan internet di Indonesia menunjukkan tren peningkatan dalam periode 2014-2024. Pada 2014, hanya sekitar 17,14% (perdesaan dan perkotaan) penduduk berusia lima tahun ke atas yang pernah mengakses internet. Angka ini meningkat menjadi 72,78% pada 2024.
Peningkatan sangat tajam terjadi di perdesaan.
Penetrasi internet nasional juga kini mencapai 80,66% atau sekitar 229,43 juta jiwa dari seluruh populasi. Cakupan jaringan 4G sudah mencapai 90% sementara cakupan 5G sebesar 26%.
Foto: Komdigi
Penetrasi internet
Di negara kepulauan seperti Indonesia, internet bukan sekadar teknologi, tetapi jembatan yang menghubungkan pulau-pulau, menyatukan masyarakat, dan membuka jalan menuju masa depan yang lebih setara.
Internet menembus laut, menghapus jarak, dan menghadirkan kesempatan yang sama bagi setiap anak bangsa, di pulau besar maupun pulau terpencil. Di sinilah masa depan Indonesia dibangun di atas jaringan yang menyatukan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
(mae/mae)


















































