Jakarta, CNBC Indonesia - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah untuk meningkatkan gizi anak sekolah dinilai masih menghadapi tantangan besar. Hasil survei yang dilakukan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Wahana Visi Indonesia (WVI), dan Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI) menemukan satu dari tiga anak pernah menerima makanan basi, rusak, atau berbau dari program tersebut.
Kajian bertajuk "Suara Anak: Mengedepankan Perspektif Anak dalam Program Makan Bergizi Gratis" ini melibatkan 1.624 responden anak berusia 12-18 tahun dari 12 provinsi di Indonesia menggunakan pendekatan child-led research (CLR) yang dipimpin peneliti anak. Sebanyak 35,9% anak melaporkan pernah menerima makanan yang tidak layak konsumsi, sementara 52% mengaku rasa dan kualitas makanan MBG kurang memuaskan.
Selain soal mutu, banyak anak juga mengeluhkan waktu distribusi yang tidak tepat. Di sejumlah daerah, makanan dikirim ke sekolah saat jam pelajaran berlangsung atau setelah jam makan siang. Akibatnya, banyak peserta didik yang sudah kenyang atau makanan menjadi tidak segar ketika tiba di sekolah.
"Anak-anak melaporkan makanan basi, buah berulat, sayur tidak matang, bahkan lauk berbau menyengat. Ada juga yang menyebut wadah makanan berminyak," demikian salah satu temuan peneliti anak yang disampaikan dalam forum tersebut lewat daring, Rabu (12/11/2025).
Chief of Research and Policy CISDI Olivia Herlinda menilai, persoalan ini mencerminkan lemahnya tata kelola dan standar keamanan pangan di lapangan. Ia menyebut, sejak awal 2025, sedikitnya 12.820 kasus keracunan akibat MBG telah dilaporkan di berbagai daerah, dengan puncaknya terjadi pada September hingga Oktober.
"Indonesia mencatat salah satu jumlah kasus keracunan tertinggi di dunia untuk program sejenis. Bahkan dalam 10 bulan berjalan, korban mencapai lebih dari 16 ribu anak," kata Olivia.
KPAI juga menyoroti aspek perlindungan anak dalam pelaksanaan MBG. Wakil Ketua KPAI Jasra Putra menyebut, ada laporan intimidasi terhadap siswa yang mencoba melaporkan makanan tidak layak ke media sosial.
"Kami menilai ini bentuk kekerasan baru terhadap anak. Ketika mereka menyampaikan keluhan, justru mendapat tekanan dari pihak dapur atau pengelola," ujarnya.
KPAI mencatat, sedikitnya 23 provinsi terdampak kasus keracunan makanan MBG, dengan jumlah tertinggi di Jawa Barat (4.858 anak), disusul Jawa Tengah (1.757 anak) dan DIY (1.685 anak). Jasra menegaskan, "Satu kasus saja seharusnya sudah dianggap darurat. Apalagi ribuan anak menjadi korban," katanya.
Selain masalah keamanan pangan, riset ini juga menemukan rendahnya edukasi gizi bagi anak. Sekitar 18,9% responden belum pernah mendapat penyuluhan gizi sama sekali, sementara sebagian besar hanya menerima imbauan lisan tanpa praktik langsung. Padahal, edukasi ini krusial untuk menanamkan kebiasaan makan sehat dan mencegah pemborosan makanan.
Dalam rekomendasinya, Manajer Perlindungan dan Antisipasi Anak WVI Satrio Rahargo mengatakan, para peneliti anak meminta pemerintah memastikan pelibatan anak dalam setiap tahap program MBG, mulai dari perencanaan menu hingga evaluasi. Mereka juga mendorong pemerintah membuka data pelaksanaan MBG secara transparan agar masyarakat bisa ikut mengawasi.
"Tim dapur perlu lebih sering mengajak diskusi atau mendengarkan pendapat siswa," ujarnya. "Anak-anak menilai MBG seharusnya tidak hanya memberi makan, tapi juga menjamin hak anak untuk sehat, aman, dan bebas dari intimidasi," ujarnya menambahkan.
Perwakilan Kemenkes Yuni Zahrainni menjelaskan pihaknya menyiapkan penguatan standar gizi dan keamanan pangan bersama Badan Gizi Nasional. Itu termasuk mendorong percepatan pemenuhan standar higienitas fasilitas pengolah makanan serta pemantauan status gizi lewat penjaringan kesehatan siswa dan survei bersama BGN tahun depan.
CISDI mendorong transparansi data pelaksanaan MBG agar publik dapat ikut mengawasi, serupa dashboard data pada masa COVID-19. Dorongan lain adalah membentuk komite sekolah lintas pihak (sekolah-orang tua-murid-dinas) untuk pengawasan harian dan umpan balik menu, meniru praktik di India/Filipina.

















































