Starlink Hampir Ditabrak China, Dampaknya Mengerikan

1 hour ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan antar operator satelit terjadi di orbit Bumi setelah SpaceX mengungkap insiden nyaris tabrakan antara salah satu satelit Starlink dengan wahana antariksa yang diluncurkan China.

Peristiwa tersebut melibatkan roket Kinetica 1 milik CAS Space yang meluncur dari Pusat Peluncuran Satelit Jiuquan, Gurun Gobi, pada Selasa (9/12).

Salah satu satelit yang dibawanya dilaporkan melintas sangat dekat, hanya sekitar 200 meter, dari satelit Starlink-6079 yang berada di ketinggian 560 kilometer.

Wakil Presiden Teknik Starlink SpaceX, Michael Nicolls, menilai insiden tersebut terjadi akibat minimnya koordinasi antaroperator satelit. Ia menegaskan tidak ada upaya dekonfliksi atau pemberitahuan sebelumnya terkait lintasan satelit, sehingga meningkatkan risiko keselamatan operasi di luar angkasa.

"Sepengetahuan kami, tidak ada koordinasi atau upaya dekonfliksi dengan satelit yang sudah beroperasi di luar angkasa, sehingga terjadi pendekatan sangat dekat sejauh 200 meter antara salah satu satelit yang diluncurkan dengan STARLINK-6079 (56120) di ketinggian 560 km," ujar Nicolls melalui X, dikutip dari laman Space, Senin (15/12/2025).

"Sebagian besar risiko operasi di luar angkasa berasal dari kurangnya koordinasi antaroperator satelit, hal ini harus berubah," tegasnya.

Menanggapi pernyataan tersebut, CAS Space menyatakan telah menjalankan prosedur wajib dalam menentukan jendela peluncuran dengan menggunakan sistem pemantauan berbasis darat untuk menghindari tabrakan.

Meski demikian, perusahaan asal Guangzhou itu menyatakan akan melakukan penelusuran lebih lanjut dan berkoordinasi dengan operator satelit terkait.

"Kami akan mengidentifikasi detail kejadian secara akurat dan memberikan bantuan sebagai penyedia layanan peluncuran," ujar CAS Space melalui X pada Jumat malam.

CAS Space juga menekankan bahwa jika insiden itu benar terjadi, waktunya sudah hampir 48 jam setelah pemisahan muatan, saat misi peluncuran secara teknis telah selesai.

Perusahaan menyebut kejadian ini menjadi pengingat pentingnya memperkuat kembali kerja sama antara ekosistem industri antariksa global.

Peluncuran Kinetica 1 sendiri membawa total sembilan satelit, termasuk enam satelit multifungsi China, satu satelit observasi Bumi untuk Uni Emirat Arab, satelit ilmiah untuk Mesir, serta satelit pendidikan milik Nepal. Namun, belum diketahui satelit mana yang terlibat langsung dalam insiden tersebut.

Insiden ini terjadi di tengah kepadatan orbit Bumi yang semakin mengkhawatirkan. Jumlah satelit aktif melonjak tajam dari kurang dari 3.400 unit pada 2020 menjadi sekitar 13.000 unit pada 2025.

SpaceX menjadi pemain dominan dengan hampir 9.300 satelit Starlink yang beroperasi, lebih dari 3.000 di antaranya diluncurkan sepanjang tahun ini.

Meski Starlink dibekali sistem manuver otomatis untuk menghindari tabrakan dan telah melakukan sekitar 145.000 manuver penghindaran dalam enam bulan pertama 2025, SpaceX menilai risiko tetap tinggi jika operator lain tidak berbagi data lintasan.

Para ahli menilai satu tabrakan saja dapat memicu efek berantai puing antariksa atau Sindrom Kessler, yang berpotensi melumpuhkan operasi satelit di orbit tertentu.

(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |