Satu Tahun InJourney Airports, Mentransformasi Bandara di Indonesia

2 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - InJourney sebagai Holding BUMN Aviasi dan Pariwisata terus berbenah dalam memperkuat industri aviasi dan pariwisata nasional. Salah satunya dengan melakukan transformasi di berbagai bidang.

"Kita (InJourney) dibangun di tahun 2022 itu dengan visi untuk mengintegrasikan ekosistem aviasi dan pariwisata Indonesia yang belum pernah dilakukan. Ini kita integrasikan ekosistemnya dari hulu ke hilir dan ini sebenarnya bisnis model yang belum pernah ada di Indonesia sebelumnya, bahkan di Asia ini belum ada," ujar Direktur Utama InJourney Maya Watono dalam Media Visit Bandara Internasional Soekarno Hatta, Rabu (17/9/2025).

Dia melanjutkan, dalam tiga tahun terakhir InJourney melakukan berbagai transformasi di dunia aviasi dan pariwisata. Salah satu bentuk transformasinya adalah merger antara PT Angkasa Pura I dan Angkasa Pura II menjadi PT Angkasa Pura Indonesia, yang kemudian dikemas dengan branding InJourney Airports.

Aksi merger tersebut sangat penting lantaran InJourney ingin fokus pada aspek pelayanan. Untuk memajukan industri aviasi, peningkatan layanan publik yang ada di bandara menjadi hal yang wajib dilakukan. Dalam hal ini, InJourney tidak hanya fokus pada fasilitas terminal saja, melainkan juga mengembangkan fasilitas ritel komersial sekaligus meningkatkan estetika pada bandara.

Maya menyebut, Bandara International Soekarno-Hatta di Cengkareng, Banten dan Bandara International I Gusti Ngurah Rai di Denpasar, Bali menjadi percontohan bagi InJourney dalam melakukan transformasi, khususnya di pilar bisnis airport dan aviation service. Alasan pemilihan Soekarno-Hatta dan I Gusti Ngurah Rai lantaran 78% trafik penumpang pesawat di Indonesia berasal dari kedua bandara tersebut.

"Kita tahu bahwa yang melewati Cengkareng dan Denpasar ini kan sangat luar biasa, dan very complicated. Kita ada T1, T2, T3, ada Cengkareng dan Denpasar juga dengan berbagai challenging issues," ungkap dia.

Tantangan ini pun perlu diselesaikan InJourney satu per satu. Maya bilang, pihaknya mengutamakan transformasi fundamental pada bandara, ketimbang hanya sekadar melakukan beautifikasi.

Sebagai contoh, kapasitas penumpang di Bandara Soekarno-Hatta awalnya yang hanya tercatat sebesar 26 juta penumpang. Kini, kapasitas bandara tersebut sudah dapat mencapai 55 juta penumpang.

Peningkatan kapasitas ini dilakukan tanpa perlu pembangunan Terminal 4, sehingga Bandara Soekarno Hatta tetap mengandalkan Terminal 1, 2, dan 3 untuk menopang operasionalnya. Lantas, InJourney dapat melakukan efisiensi sebanyak Rp 14 triliun melalui upaya optimalisasi terminal bandara tersebut.

Kini, setiap terminal di Bandara Soekarno-Hatta memiliki perannya masing-masing. Terminal 1 ditujukan untuk maskapai kelas Low Cost Carrier (LCC), sedangkan Terminal 2 akan dikembangkan untuk LCC Internasional. Adapun Terminal 3 diperuntukkan bagi maskapai National Flight Carrier dan penerbangan internasional.

"Jadi kami memiliki roadmap, blueprint ke depan, apa yang harus kita lakukan di bandara itu," jelas Maya.

Khusus untuk Terminal 1, Wakil Direktur Utama InJourney Airports, Achmad Syahir mengatakan, pihaknya sedang berupaya merampungkan pembangunan Terminal 1C yang ditargetkan beroperasi pada November 2025. Dengan adanya proyek ini, maka nantinya kapasitas penumpang di Terminal 1 yang terdiri dari Terminal 1A, 1B, dan 1C akan meningkat dari sebelumnya 3 juta penumpang menjadi 10 juta penumpang.

Bukan hal yang mudah bagi InJourney dalam melaksanakan pembangunan Terminal 1C di Bandara Soekarno-Hatta. Sebab, pembangunan ini dilakukan bersamaan dengan operasional bandara yang tetap berjalan normal.

"Salah satu challenge dari transformasi adalah melakukan perubahan pada saat operasional berjalan. Beda halnya kalau misalnya kosong itu kan lebih mudah dan mungkin secara waktu bisa lebih cepat. Sementara kita melakukan transformasi dari sisi premises maupun proses tapi operasional tetap harus berjalan," terang dia.

Achmad juga menyebut, InJourney membangun Terminal 1C tanpa mengubah struktur bangunan asli Bandara Soekarno-Hatta yang telah ada sejak 1985. Sebagai contoh, lampu di terminal tersebut tidak diganti, melainkan hanya dipoles kembali dengan melibatkan para pengrajin dari Yogyakarta dan Jawa.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Komersial InJourney Airports, Veri Setiady mengatakan, saat ini pihaknya baru mengoperasikan Terminal 1C secara terbatas. Namun, sudah ada beberapa gerai ritel di area terminal, termasuk boarding lounge. Ke depannya, dia bilang, akan shopping arcade dengan menghadirkan banyak brand baru yang masuk ke terminal tersebut.

"Jadi nanti kalau ke Terminal 1C bisa lihat sisi kanan ini kita fokus semua F&B. Jadi nanti ada restoran, ada coffee shop, ada Grab & Go dan lain sebagainya. Nah sebelah kiri kita fokus buat retail semua. Jadi ada retail produk, dari jual apa namanya aksesoris, fashion, produk kecantikan dan lain sebagainya," kata Veri.

Lebih jauh, InJourney berharap, peningkatan kualitas layanan bandara akan memberikan kesan positif bagi para wisatawan yang datang berkunjung ke Indonesia. Perlu diingat, bandara adalah wajah bangsa, mengingat tempat ini yang pertama kali didatangi oleh wisatawan. Bandara juga menjadi tempat terakhir yang dihadiri wisatawan sebelum pulang berekreasi.

"Jadi memang bagaimana kita bisa membangun wajah bangsa ini menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya, itu adalah intinya," kata Maya.

Selain Airport dan Aviation Service, InJourney juga melakukan transformasi di beberapa pilar bisnis lainnya, seperti Tourism Development, Destination Management, Retail, dan Hotel. Sebagai contoh, untuk pilar Tourism Development, InJourney fokus pada pengembangan kawasan wisata yang ada di Mandalika, Labuan Bajo, dan Nusa Dua. Untuk pilar Destination Management, InJourney fokus pada kawasan wisata yang memiliki nilai sejarah dan budaya, antara lain Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Ratu Boko, hingga Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Terkait pilar bisnis hotel, saat ini InJourney mengelola 40 hotel yang berada di seluruh Indonesia. Peluang bertambahnya jumlah hotel yang dikelola InJourney sangat terbuka. Ini mengingat, InJourney sedang melakukan konsolidasi hotel-hotel yang ada di berbagai perusahaan BUMN.

Beralih ke pilar bisnis retail, InJourney mengandalkan PT Sarinah yang bergerak di bidang retail dan perdagangan. Sarinah tidak hanya hadir dalam bentuk megastore di Thamrin, Jakarta Pusat, melainkan juga hadir di berbagai bandara dan destinasi wisata di Tanah Air. Keberadaan Sarinah jelas akan mendukung integrasi antara sektor aviasi dan pariwisata yang sesuai dengan visi InJourney.

"Jadi memang ekosistemnya ini perlu dilihat untuk memberikan pelayanan yang lebih baik, seamless service kepada para penumpang dan destinasi," tandas Maya.


(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article GT World Challenge Asia Siap Digelar, InJourney Bidik Investor

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |