Ribuan Warga Pakistan Kagumi Presiden RI, Teriak Tokoh Besar Dunia

1 hour ago 1
Naskah ini bagian dari CNBC Insight, menyajikan ulasan sejarah untuk menjelaskan kondisi masa kini lewat relevansinya di masa lalu.

Jakarta, CNBC Indonesia - Tahun 2025 menandai 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Pakistan. Untuk memperingatinya, pemerintah Pakistan mengundang langsung Presiden Prabowo datang ke negaranya pada Senin (8/12/2025) dan Selasa (9/1/2025). 

Kedatangan ini tentu saja bukan kali pertama seorang Presiden RI ke Pakistan. Jauh sebelum Prabowo, Presiden ke-1 RI, Soekarno, pernah melakukan hal serupa dan disambut secara meriah oleh warga Pakistan yang begitu mengaguminya. 

Kejadiannya terjadi pada 23-25 Juni 1963. Meski bukan kunjungan pertama, karena Soekarno sempat datang pada 1950, kedatangan tahun 1963 itu menjadi yang paling spektakuler.

Menurut koran Merdeka (25 Juni 1963), sesaat setelah pesawat yang membawa Soekarno memasuki wilayah udara Pakistan, beberapa pesawat jet langsung dikerahkan untuk menyambutnya. Ketika proklamator itu turun dari pesawat dan menginjakkan kaki di landasan, ribuan tentara telah berbaris rapi menyambut kedatangannya.

Pada saat yang sama, 21 kali tembakan meriam dilepaskan sebagai penghormatan kenegaraan. Presiden Pakistan Ayub Khan turut hadir menjemput dan kemudian mengajak Soekarno memeriksa barisan militer.

Setelah itu, Soekarno diarak menaiki kereta kuda menuju resepsi kenegaraan. Di sinilah antusiasme publik memuncak.

Dalam pemberitaan Merdeka (26 Juni 1963), ribuan warga Pakistan turun ke jalan sambil meneriakkan "Merdeka" dan "Hidup Bung Karno" dan menganggapnya tokoh besar. Bendera merah putih dikibarkan, gapura-gapura buatan warga berdiri di sepanjang rute, dan arak-arakan membuat jalanan penuh sampai sesak.

Setibanya di lokasi resepsi, kerumunan sudah tak terbendung. Banyak orang bahkan tidak dapat masuk karena tempat sudah meluber.

"Sambutan meriah itu tidak hanya terjadi di dalam lokasi, tetapi juga di luarnya. Di mana banyak penduduk yang mengelukan kedatangan presiden itu," ungkap koran Merdeka (26 Juni 1963).

Kecintaan warga Pakistan pada Soekarno tumbuh dari reputasinya sebagai tokoh antikolonialisme yang teguh. Pada awal 1960-an, dunia sedang dirundung upaya kebangkitan neokolonialisme oleh kekuatan Barat di mana Soekarno berdiri di garis depan menentangnya dengan puncak sikap politiknya melalui Konferensi Asia-Afrika tahun 1955.

Kedekatan kedua bangsa juga berakar dari masa revolusi Indonesia. Kala itu, banyak serdadu Pakistan yang tergabung dalam pasukan Sekutu menolak bertempur melawan rakyat Indonesia karena menganggapnya saudara sesama Muslim. 

Kedatangan Soekarno juga menambah suntikan moral bagi rakyat dan tentara Pakistan yang sedang menghadapi tekanan Inggris dan bersengketa dengan India soal Kashmir. Atas alasan ini, pria kelahiran 1901 itu sangat disanjung. 

"Diplomasi presiden Soekarno yang bijaksana serta kebulatan tekad rakyat Indonesia untuk membebaskan Irian Barat dari perbudakan kolonial menjadi inspirasi bagi rakyat pakistan," tutur Presiden Ayub Khan, dikutip Merdeka (27 Juni 1963).

Soekarno menyambut hangat apresiasi tersebut. Dia menyatakan kebahagiaannya karena perjuangan Indonesia menjadi inspirasi bagi Pakistan, terlebih karena dukungan terhadap kebijakan luar negerinya seperti Conefo. Menurutnya, rakyat Pakistan harus, "terus menerus bergerak secara mental dan moral, bukan hanya secara fisik".

Kelak, dukungan Soekarno terhadap Pakistan sendiri bukan omong kosong semata. Ketika hubungan Pakistan-India meruncing pada 1965, Soekarno menunjukkan dukungannya dengan mengirimkan kapal selam ke Pakistan. Tujuannya supaya India berpikir dua kali untuk melakukan serangan. 

Sayang, kunjungan tahun 1963 menjadi lawatan terakhir Soekarno. Sebab, sejarah mencatat dia lengser dua tahun kemudian. Meski begitu, warisan Soekarno tetap hidup di Pakistan hingga kini. Di salah satu kota, Larkana, warganya mendirikan Sukarno Tower setinggi 10 meter sebagai penghormatan kepada presiden pertama Indonesia itu.

(mfa/șef)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |