Jakarta, CNBC Indonesia — Produksi kayu di Indonesia untuk beberapa jenis terus menunjukkan perbaikan. Publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) tentang produksi kehutanan nasional memperlihatkan sejumlah fakta menarik. Salah satunya adalah tren peningkatan produksi kayu bulat dalam 10 tahun terakhir.
Melansir BPS, kayu bulat sendiri merupakan kayu hasil penebangan, yang dapat berupa kayu bulat besar, kayu bulat sedang, atau kayu bulat kecil.
Sepanjang tahun 2024, produksi kayu bulat nasional berfluktuasi dari triwulan I hingga triwulan IV. Kayu bulat yang dihasilkan pada triwulan II sempat menurun menjadi 15,18 juta meter kubik, berkurang sebesar 0,49 juta meter kubik dari triwulan I.
Produksi kayu bulat kembali melonjak pada triwulan III, yakni mencapai 17,63 juta meter kubik sebelum akhirnya menurun pada triwulan IV menjadi 16,36 juta meter kubik.
Secara keseluruhan, total produksi kayu bulat Indonesia mencapai 64,84 juta meter kubik pada tahun 2024. Jumlah ini dua kali lipat lebih banyak dari 2015, yang hanya mencapai 38,85 juta meter kubik.
Merujuk Lampiran Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 163/Kpts-II/2003, jenis kayu dapat dikategorikan menjadi empat kelompok besar, yaitu jenis kayu rimba campuran, jenis kayu meranti, jenis kayu eboni, dan jenis kayu indah. Dari keempat kelompok tersebut, terdapat setidaknya 121 jenis kayu.
Jenis kayu yang paling banyak dihasilkan di Indonesia adalah jenis kayu rimba campuran, yakni mencapai 32,03 juta meter kubik pada 2024. Hampir setengah persen dari semua kayu yang diproduksi di Indonesia adalah kayu jenis ini.
Adapun kelompok kayu yang termasuk kayu rimba campuran antara lain sengon, jabon, dan pinus. Jenis kayu ini biasa digunakan sebagai bahan baku furniture.
Jenis kayu lain yang banyak diproduksi adalah akasia, yaitu sebanyak 27,57 juta meter kubik atau setara 42,5% dari total produksi nasional. Besarnya persentase ini salah satunya disebabkan karena beberapa jenis akasia seperti akasia berduri (Acacia nilotica) merupakan tanaman invasif, sehingga dapat tumbuh dan menyebar dengan cepat. Kayu akasia juga memiliki beragam kegunaan, mulai dari bahan baku furniture hingga industri kertas.
Di samping itu, produksi jenis kayu lainnya seperti kayu meranti (6,02%), kayu indah (1,04%), kayu eboni (0,002%), dan jenis lainnya tidak sampai 10%.
Jenis kayu ini sangat premium bahkan harganya jutaan.
Foto: Kementerian Kehutaan
Kayu eboni
Harga kayu Eboni berkisar sekitar Rp7 juta per meter kubik, terutama untuk kualitas terbaik dengan warna hitam merata. Negara-negara seperti Jepang dan Eropa menjadi tujuan utama ekspor kayu ini.
Pohon Eboni tumbuh di daerah tropis dengan curah hujan sedang hingga tinggi. Penanaman Eboni memerlukan waktu yang lama hingga mencapai ukuran panen, dan pengolahannya melibatkan pengeringan serta pemotongan presisi untuk mempertahankan kualitas dan estetika kayu.
Produksi kayu bulat nasional tersebar di berbagai daerah.
Pulau Sumatra menjadi lumbung kayu nasional, dengan total produksi mencapai 42,28 juta meter kubik atau setara 65% dari total produksi nasional. Dari semua kayu yang dihasilkan di Sumatra, 58,5% diantaranya adalah jenis akasia.
Kelompok kayu rimba campuran juga merupakan jenis yang paling banyak diproduksi di Sumatra, yakni mencapai 17 juta meter kubik atau 40,5% dari jumlah keseluruhan. Sementara itu, 1% sisanya berasal dari kelompok kayu meranti, kayu indah, dan jenis lainnya.
Di samping Sumatra, Kalimantan juga menjadi penyumbang kayu bulat terbesar. Sebanyak 13,15% (20,29 juta meter dari 64,84 juta meter kubik) kayu bulat Indonesia dihasilkan di Pulau Kalimantan.
Jenis yang paling banyak diproduksi di Kalimantan adalah kelompok kayu rimba campuran, yaitu sebesar 6,78 juta meter kubik atau sekitar 51% dari jumlah keseluruhan.
Kelompok kayu meranti dan akasia juga menjadi penyumbang terbesar, masing-masingnya sekitar 24,33% dan 20,25% dari total kayu yang diproduksi di Kalimantan.
Pulau Jawa hanya berkontribusi sebesar 11,12% dari total produksi kayu bulat nasional, atau setara 7,21 juta meter kubik. Jenis utama yang dihasilkan di Jawa adalah kelompok kayu rimba campuran, yang produksinya mencapai 89% dari total produksi.
Daerah lain yakni Bali dan Nusa Tenggara, Sulawesi, serta Maluku dan Papua hanya menyumbang sekitar 3,4% dari jumlah kayu bulat nasional. Jenis kayu yang paling banyak dihasilkan di wilayah tersebut juga berasal dari kelompok kayu rimba campuran.
Uniknya, meskipun jenis kayu rimba campuran mendominasi produksi kayu nasional, Pulau Sumatra sebagai penghasil kayu terbesar justru mencatat volume produksi terbesar pada jenis akasia.
Data juga menunjukkan fakta bahwa kayu jenis eboni hanya dihasilkan di Sulawesi, Maluku dan Papua, dan juga Kalimantan. Kayu eboni dikenal karena warna hitam dan tekstur halusnya. Karena karakteristik uniknya ini, kayu eboni banyak digunakan untuk kerajinan dan furniture mewah.
(mae/mae)


















































