Pramono Instruksikan 'Pelototi' Akun Medsos Pemicu Tawuran Remaja di Jakarta

4 hours ago 3

Jakarta -

Gubernur Jakarta Pramono Anung menyoroti maraknya akun media sosial yang disebut menjadi wadah koordinasi tawuran remaja. Dia meminta Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik (Diskominfotik) DKI segera melacak akun-akun tersebut.

"Kalau ada akun itu, nanti saya minta Kepala Dinas, Pak Budi, yang berkaitan dengan Kominfo, untuk melacak dan melaporkan akun itu," kata Pramono di Kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (25/9/2025).

Pramono menilai keberadaan akun itu berpotensi dimanfaatkan untuk konten tawuran. Ia mengingatkan fenomena tersebut berbahaya karena bisa mendorong anak-anak sekolah makin terjerumus dalam kekerasan jalanan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena itu pasti tujuannya apa, ya, untuk dibuat konten. Jadi ada yang menciptakan itu untuk konten," ujarnya.

Sebelumnya, Wakil Ketua Panitia Khusus (Pansus) Ranperda Penyelenggaraan Pendidikan DPRD Provinsi DKI Jakarta Elva Farhi Qolbina menyoroti fenomena tawuran pelajar yang makin mengkhawatirkan. Elva menceritakan pengakuan pelajar yang ia temui dalam forum OSIS. Para siswa mengungkap sebagian besar teman sekolah mereka terlibat tawuran.

"Sekitar 30-40 persen siswa di sekolah mereka adalah pelaku tawuran. Bahkan ada unggahan anak-anak berseragam membawa parang dan celurit," ujar Elva dalam keterangan, Kamis (25/9/2025).

Dalam sepekan terakhir, ungkap Elva, puluhan siswa dikeluarkan dari sekolah karena terlibat tawuran. Kondisi itu menunjukkan betapa serius masalah kekerasan pelajar di Jakarta.

Elva juga mengungkap, keberadaan akun Instagram bernama Chaptoen (Chat Tawuran) yang digunakan pelajar untuk mengatur aksi tawuran.

"Akun Chaptoen ini sangat terstruktur. Punya cabang di berbagai wilayah Jakarta. Bahkan melibatkan alumni," jelasnya.

Saat mencoba masuk ke akun tersebut, sambung Elva, akun pribadinya langsung ditutup. Fakta itu menunjukkan sistem komunikasi kelompok pelajar itu sangat rapi. Selain itu, Elva menyoroti fenomena tawuran model 'gladiator' yang kini berkembang di kalangan pelajar.

"Ada anak-anak yang dipaksa berkelahi. Kalau menolak, justru jadi korban pemukulan. Budaya kekerasan ini diwariskan dari alumni ke adik kelasnya," ungkapnya.

(bel/wnv)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |