Prabowo Sebut RI Bangsa Besar, Tanda-tandanya Ada di Pasar Modal?

2 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia — Presiden Republik Indonesia (RI) Prabowo Subianto dalam beberapa kesempatan dengan lantang menyerukan "Kita bangsa besar". Lantas, seberapa relevan narasi ini jika dilihat dari sudut pandang pasar modal Indonesia?

Memahami pasar modal layaknya buku yang disebut sebagai jendela dunia. Pasalnya, melalui pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), investor asing dapat melihat denyut nadi hingga prospek perekonomian Indonesia.

Sebaliknya, bagi investor domestik, pasar modal juga menyingkap dinamika global. Dari fluktuasi indeks hingga arus dana asing, setiap gerak harga saham menghadirkan cerita tentang bagaimana perubahan suku bunga The Fed, gejolak geopolitik, atau harga komoditas dunia menembus batas negara dan memengaruhi ekonomi dalam negeri.

Di tengah faktor global tersebut, Indonesia tengah mengalami derasnya arus investor asing yang menjauh dari pasar saham negara berkembang (emerging market). Di dalam negeri sendiri, berdasarkan data IDX, investor asing mencatat penjualan bersih atau net foreign sell di seluruh pasar mencapai Rp54,75 triliun sejak awal tahun hingga Kuartal III-2025.

Aksi jual bersih asing ini terpantau sudah berjalan sejak tahun lalu. Sepanjang tahun lalu asing mencatat net sell Rp 28,72 triliun di pasar reguler. 

Meski demikian, dalam laporan riset Macquarie, investor asing mulai berbalik arah menjadi net buy dengan nilai mencapai Rp 12,9 triliun pada Oktober. Dengan perkembangan ini, total arus keluar sepanjang tahun (year-to-date) menyusut menjadi Rp 41,8 triliun. 

Analis pasar modal Macquarie Ari Tjahja menilai momentum ini dapat menjadi titik balik penting bagi pasar domestik setelah periode tekanan likuiditas global. "Emiten-emiten dengan fundamental kuat mulai kembali berkinerja baik, terutama saham-saham konsumer adalah yang menjadi sorotan positif," tulis Ari dalam laporannya, dikutip Rabu (5/11/2025).

Sejalan, Managing Director Head of Sales, Asia Pacific S&P Dow Jones Indices Rick Chau menilai, hengkangnya dana asing dari bursa saham Indonesia banyak dipengaruhi oleh faktor global. Jika sentimen ini teratasi, maka tak menutup kemungkinan investor akan segera kembali ke pasar saham Indonesia.

"Hal itu akan terjadi, karena saat ini ada berbagai peristiwa yang terjadi secara global. Namun, melihat laju pertumbuhan pasar Indonesia saat ini, minat investor masih ada. Jadi potensi masuknya kembali investasi tetap terbuka," kata Rick saat ditemui CNBC Indonesia di Main Hall BEI, Jakarta, Senin, (3/11/2025).

Rick menilai, sejumlah emiten besar di Indonesia saat ini menunjukkan indikator pertumbuhan yang sangat kuat. Ia juga menyoroti adanya sinyal positif, di mana BEI belakangan mencatat banyak IPO baru. Menurutnya, peningkatan jumlah perusahaan yang melantai di bursa akan memudahkan asing menilai potensi nilai pasar Indonesia.

Bangsa yang Besar

Dari sudut pandang keuangan global, Rick meyakini bahwa tahun depan dan tahun-tahun mendatang Indonesia akan menjadi salah satu penggerak ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Pasalnya pasar modal Indonesia telah menunjukkan ketahanan dan pertumbuhan yang semakin kuat, khususnya di kawasan Asia-Pasifik.

"Jika dilihat dari pertumbuhan murni, Indonesia sebagai bagian dari kawasan ASEAN akan menjadi salah satu pemimpin arah pertumbuhan tersebut," tandas Rick.

Salah satu yang menjadi indikator kepercayaan investor kepada ekonomi suatu negara adalah kapitalisasi pasar atau market capitalization. Pasalnya, kapitalisasi pasar mencerminkan nilai gabungan perusahaan-perusahaan publik di negara tersebut.

Pasar modal Indonesia sendiri telah menunjukkan taringnya dengan menduduki peringkat pertama dalam kapitalisasi pasar di bursa Asia Tenggara. Bahkan, Indonesia berhasil melampaui negara-negara lain di regional seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, Singapura, dan Filipina.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi mengungkapkan, nilai kapitalisasi pasar IHSG per 3 Oktober 2025 telah mencapai Rp15.000 triliun, atau sekitar US$897,424 juta (Rp16.714/US$).

"Pertumbuhan ini menunjukkan meningkatnya partisipasi publik sekaligus indikator kepercayaan terhadap industri pasar modal," ujarnya saat konferensi pers di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (7/10/2025).

aseanexchanges.orgSumber: aseanexchanges.org

Tak puas sampai di situ, BEI pun menargetkan kapitalisasi pasar bursa bisa mencapai sekitar Rp20.000 triliun pada 2029. Harapannya, market cap Indonesia bisa mencapai 10% dibandingkan dengan bursa global pada tahun 2029-2030.

"Target kita di 2029 sehingga dampaknya adalah market cap per follows tercatat menjadi sekitar Rp20.000 triliun," kata Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman dalam kesempatan terpisah, di Jakarta, Senin, (11/8/2025).

Untuk mewujudkan target tersebut, BEI akan fokus pada tiga inisiatif utama: pendalaman pasar, perlindungan investor, dan sinergi regional. Program-program ini dirancang untuk memperdalam likuiditas, meningkatkan partisipasi investor domestik maupun asing, serta memperkuat posisi Indonesia di kawasan ASEAN.

Kolaborasi jadi Kunci

Sesuai target di atas, salah satu jurus BEI untuk meningkatkan partisipasi investor asing dilakukan melalui peluncuran indeks yang bekerja sama dengan penyedia indeks terkemuka di dunia yaitu S&P Dow Jones Indices (S&P DJI). Indeks dari perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat ini telah lama menjadi acuan utama investor dunia, sebut saja S&P 500 hingga Dow Jones Industrial Average.

Tak tanggung-tanggung, BEI meluncurkan tiga indeks sekaligus pada seremoni yang dilaksanakan Senin, (3/11/2025) tersebut. Adapun indeks co-branded baru yang diluncurkan meliputi Indeks S&P/IDX Indonesia ESG Tilted, Indeks S&P/IDX Indonesia Shariah High Dividend dan Indeks S&P/IDX Indonesia Dividend Opportunities.

Menurut profil risk/return yang dipaparkan saat peluncuran, indeks baru ini terpantau mencatat performa yang lebih tinggi dari pada beberapa indeks lainnya.

Misalnya saja, bila dihitung berdasarkan hasil return tahunan, volatilitas, dan risk adjusted return, ESG Tilted Index memiliki performa yang relatif sedikit lebih tinggi serta unggul daripada S&P Indonesia Large MidCap, IDX30, hingga LQ45 secara konsisten menggunakan time horizon 1y, 3y, 5y, dan back testing.

Chief Commercial Officer di S&P Dow Jones Indices Robert Ross mengatakan, pihaknya menyambut baik BEI sebagai anggota terbaru di dalam jaringan bursa efeknya internasionalnya.

Dengan menggabungkan kemampuan indeks kelas dunia milik S&P DJI dengan pemahaman domestik yang mendalam dari BEI, indeks co-branded ini bertujuan untuk memberikan tolok ukur yang terpercaya, transparan, dan berbasis aturan bagi investor.

"Seiring dengan kemunculan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi baru dunia, kerja sama ini akan membantu investor dalam menavigasi pasar modal Indonesia yang berkembang pesat dan mengambil keputusan investasi yang lebih tepat," tutur Robert saat peluncurannya.

Sejalan, Presiden Direktur BEI Iman Rachman menilai, kolaborasi dengan S&P Dow Jones Indices ini mencerminkan komitmennya untuk memperkuat ekosistem pasar modal Indonesia melalui inovasi, keberlanjutan, dan konektivitas global.

"Dengan memadukan keahlian pasar domestik BEI dan kemampuan global S&P DJI, BEI berupaya menyediakan tolok ukur berkelas dunia bagi investor, mencerminkan pertumbuhan dinamis serta peluang baru yang terus berkembang di Indonesia," kata Iman.

Dari sisi teknis, Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik menjelaskan, ketiga indeks tersebut dikelola oleh S&P Dow Jones, termasuk penentuan konstituennya. Sementara itu, saham konstituen indeks tersebut dapat diakses oleh pihak pihak yang berlangganan dengan S&P DJI.

Inisiatif ini bertujuan untuk menarik investasi pasif melalui unit reksa dana atau ETF yang disediakan oleh manajer investasi. Saat ini, porsi net asset value (NAV) atau nilai aktiva bersih dari investasi pasif sudah naik dari 1,4% di tahun 2016 ke 20,1% di September 2025.

"Indeks co-branding dengan S&P dikembangkan untuk meningkatkan eksposur investor asing ke pasar Indonesia," tutur Jeffrey saat dihubungi lewat pesan singkat, Selasa, (4/11/2025)

Langkah Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama KSEI, KPEI, dan OJK untuk memperkuat pasar modal ini sejalan dengan visinya untuk berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi nasional.

Bila sukses, langkah ini bisa membawa Indonesia sebagai 'bangsa besar', bukan hanya lewat slogan, tapi lewat pasar modal yang kredibel dan terbuka bagi investor global. Beriringan, pasar modal pun bisa terus menjadi jendela yang menampilkan wajah ekonomi Indonesia di panggung dunia.


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Aliran Dana Asing Deras Keluar, Saham BBCA Turun Takhta

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |