Peta Utang RI Kini Berubah, China Mulai Mundur

2 hours ago 2

Elvan Widyatama,  CNBC Indonesia

15 December 2025 13:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Singapura masih tercatat sebagai pemberi utang terbesar bagi Indonesia. Sementara itu, utang dari Amerika Serikat (AS) kembali meningkat, sedangkan utang dari China justru mencatatkan penurunan.

Hasil rilis Statistik Utang Luar Negeri (SULNI) oleh Bank Indonesia (BI) pada hari ini, Senin (15/12/2025) menunjukkan pada Oktober 2025, utang luar negeri tercatat sebesar US$423,9 miliar atau kembali mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar US$425,6 miliar.

Bila di konversi ke rupiah, nilai ULN Indonesia hingga Oktober 2025 mencapai Rp7.051 triliun (asumsi kurs Rp16.635/US$1). Secara bulanan, penurunan ULN mencerminkan berkurangnya kewajiban eksternal di tengah dinamika arus modal global yang masih volatil.

Secara struktural, Bank Indonesia menegaskan bahwa utang luar negeri (ULN) Indonesia masih berada dalam kondisi yang sehat. Hal ini tercermin dari rasio ULN terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang tercatat sebesar 29,3% pada Oktober 2025, level yang relatif rendah dan masih berada dalam batas aman.

Selain itu, struktur ULN Indonesia juga didominasi oleh utang jangka panjang dengan pangsa mencapai 86,2% dari total ULN, sehingga risiko pembiayaan ulang (refinancing risk) dinilai tetap terkendali di tengah ketidakpastian global.

"Dalam rangka menjaga keberlanjutan struktur ULN tersebut, Bank Indonesia dan Pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam memantau perkembangan utang luar negeri," Tulis Bank Indonesia dalam rilis resminya.

BI juga menegaskan, peran ULN akan terus dioptimalkan untuk menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan, dengan tetap meminimalkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian.

Pemberi Utang Terbesar RI

Singapura masih menjadi pemberi utang terbesar Indonesia hingga Oktober 2025, dengan posisi utang mencapai US$55,61 miliar. Meski tetap mendominasi, nilai tersebut menunjukkan tren penurunan bertahap dibandingkan beberapa tahun sebelumnya, seiring dengan dinamika pembiayaan lintas negara dan aktivitas investasi berbasis pasar.

Di posisi kedua, Amerika Serikat mencatatkan utang sebesar US$26,78 miliar, sementara China berada di urutan ketiga sebagai negara pemberi utang terbesar dengan nilai US$23,33 miliar.

Kedua negara dengan ekonomi terbesar dunia ini masih memegang peranan penting dalam struktur utang luar negeri Indonesia, meskipun arah pergerakannya mulai berbeda dalam beberapa bulan terakhir.

Di luar tiga besar tersebut, Jepang mencatatkan posisi utang sebesar US$19,78 miliar, melanjutkan tren penurunan yang konsisten sejak 2010. Level ini menjadi yang terendah setidaknya dalam 15 tahun terakhir.

Berbeda Arah : Utang RI ke AS Naik, China Terus Turun

Bila melihat dari dua negara dengan ekonomi terbesar dunia, yakni Amerika Serikat (AS) dan China, dinamika utang luar negeri Indonesia menunjukkan arah yang berbeda. Posisi utang Indonesia kepada AS tercatat sebesar US$26,78 miliar pada Oktober 2025, sementara utang kepada China berada di level US$23,33 miliar.

Utang luar negeri Indonesia dari Amerika Serikat kembali mengalami kenaikan sebesar 0,34% dibandingkan September 2025 yang tercatat sebesar US$26,69 miliar.

Meski demikian, secara tren jangka menengah, posisi utang ke AS masih relatif stabil dan berada di bawah level awal 2024 yang sempat mendekati US$29 miliar. Hal ini mengindikasikan bahwa eksposur Indonesia terhadap pembiayaan dari AS cenderung terjaga, seiring dengan dinamika arus modal global dan perubahan preferensi investor.

Sementara itu, utang luar negeri Indonesia kepada China justru mencatatkan penurunan signifikan.

Pada Oktober 2025, utang ke China turun sekitar 0,63% secara bulanan, dari US$23,48 miliar pada September 2025 menjadi US$23,33 miliar. Penurunan ini melanjutkan tren koreksi setelah pada Agustus 2025 utang ke China sempat menyentuh level tertingginya dalam periode 2025.

Selama ini, China banyak menyalurkan pembiayaan untuk proyek-proyek infrastruktur berskala besar di Indonesia, seperti pembangunan jalan tol, pelabuhan, hingga proyek kereta cepat, yang berperan dalam penguatan konektivitas dan logistik nasional.

Sementara itu, Amerika Serikat lebih banyak berkontribusi melalui investasi dan dukungan pembiayaan di sektor bernilai tambah tinggi, terutama teknologi, energi, dan pengembangan industri, baik melalui skema pasar keuangan maupun kerja sama investasi strategis.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(evw/evw)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |