Pertama Sejak Perang Dunia II: Jepang Kirim Jet Tempur Ke Eropa!

3 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia II, Jepang memutuskan mengirim jet tempur ke Eropa. Langkah ini dianggap sebagai sinyal bahwa Negeri Sakura makin berani meninggalkan citra pasif nya dalam militer pascaperang, sekaligus memperkuat posisinya di tengah dinamika keamanan global.

Keputusan ini diumumkan di Tokyo akhir Agustus lalu bertepatan dengan forum keamanan Pacific Future Forum. Pengiriman F15J ke Inggris dan Jerman serta pesawat angkut Kawasaki C2 menegaskan kedekatan Jepang dengan sekutu NATO khususnya Inggris.

"Jepang adalah sekutu keamanan terdekat Inggris di Asia, dan saya tahu Jepang melihat Inggris sebagai mitra terdekat di Eropa," ujar John Healey, Sekretaris Negara Inggris, dikutip dari The Washington Times.

Bagi Jepang, langkah ini bukan sekadar simbolis. Sejak invasi Rusia ke Ukraina, Tokyo semakin khawatir dengan dampak geopolitik di Asia. Hubungan sejarah dengan Moskow yang pernah diwarnai perang berdarah serta ketegangan baru di Indo Pasifik membuat Jepang merasa perlu memperkuat jaringannya di luar Amerika Serikat.

Terakhir kali pasukan Jepang dikerahkan ke Eropa adalah saat Perang Dunia I ketika kapal perang Jepang ikut mengawal konvoi Sekutu. Kini, seabad kemudian Jepang mengirimkan pesawat tempur modernnya untuk misi yang disebut sebagai penguatan hubungan strategis.

"Ini simbol betapa jauh Jepang bergerak dari sikap pasifis pascaperang," kata analis pertahanan di Tokyo.

Pesawat Jet Tempur F-15Foto: REUTERS/Bob Strong/File photo
Pesawat Jet Tempur F-15

Kolaborasi dengan Inggris Jerman dan Italia

Langkah Jepang tidak berdiri sendiri. Negeri Sakura kini ikut dalam Global Combat Air Programme bersama Inggris dan Italia. Proyek ambisius ini menargetkan pembangunan jet tempur generasi keenam yang dijadwalkan meluncur pada 2035.

"Jepang akan memilih F15J atau DJ paling modern yang kompatibel dengan standar NATO," jelas Akhil Kadidal, analis Janee's Information Services.

GCAP menjadi momen pertama sejak 1945 Jepang terlibat dalam proyek industri pertahanan besar dengan mitra non Amerika. Konsorsium Edgewing yang melibatkan BAE Systems dari Inggris, Leonardo dari Italia, dan Japan Aircraft Industrial Enhancement Company memimpin proyek ini.

Dalam kesempatan yang sama, John Healey juga menyinggung hubungan Rusia dengan mitra mitranya. Ia menuding Moskow mendapat dukungan militer dari berbagai pihak.

"Rusia mendapat tentara dari Korea Utara, drone dari Iran, serta teknologi dan komponen senjata dari Cina," tegas Healey.

Komentar itu sejalan dengan kekhawatiran Tokyo bahwa konflik Ukraina bisa memicu dampak langsung di Asia Timur. Jepang yang selama ini lebih banyak mengandalkan Amerika kini memperluas lingkaran sekutunya dengan NATO.

Meski belum jelas berapa lama jet jet Jepang akan berada di Eropa, langkah ini dinilai sebagai sinyal penting perubahan wajah pertahanan Jepang.

Kini, Jepang bukan hanya sekutu utama Amerika, tetapi juga mulai dianggap sebagai pilar penting keamanan global.

Kekuatan Militer Jepang yang Tak Bisa Diremehkan

Di balik pengiriman jet tempur ke Eropa, Jepang sebenarnya sudah lama menyiapkan diri sebagai kekuatan militer yang tak bisa dianggap remeh. Meski konstitusi pascaperang menekankan sikap pasifis.

Namun kenyataannya berdasarkan data dari Global Fire Power 2025, militer Jepang menempati urutan 8 dari 145 dengan kekuatan militer terkuat di dunia, dengan power indeks 0,1839.

Anggaran pertahanan Jepang terus meroket. Pada 2025, belanja militer mencapai sekitar US$57 miliar, termasuk dalam 10 besar dunia. Pemerintah Jepang bahkan menargetkan belanja militer naik dua kali lipat hingga 2% dari PDB pada 2027, sejajar dengan standar NATO.

Di pertahanan laut, Angkatan Laut Jepang memiliki 42 kapal perusak dan 24 kapal selam canggih. Kapal kelas Izumo bahkan sudah dimodifikasi agar bisa mengoperasikan jet siluman F-35B.

Di pertahanan udara, Jepang mengandalkan sekitar 1.443 pesawat, termasuk jet tempur F-15J dan armada F-35A yang terus bertambah dengan target total 147 unit hingga menjadikannya pemilik F-35 terbesar di luar Amerika Serikat.

Sementara di pertahanan darat, pasukan Jepang mengoperasikan ratusan tank modern Type 10 serta memperkuat diri dengan rudal jarak jauh, termasuk Tomahawk buatan AS. Langkah ini menjadi titik balik penting karena Jepang kini mulai mengembangkan kemampuan serangan balik, sesuatu yang dulu tabu bagi negeri yang diikat Pasal 9 Konstitusi.

Bagi Tokyo, semua langkah ini jelas diarahkan untuk menghadapi ancaman nyata di kawasan: ekspansi militer China, provokasi Korea Utara, hingga ketidakpastian akibat perang Ukraina. Dengan posisi geografis yang strategis, Jepang kini tampil bukan sekadar pengikut AS, melainkan salah satu pilar utama stabilitas keamanan global.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(evw/evw)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |