Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja industri perhotelan Indonesia terus menurun sepanjang 2025, ditandai oleh penurunan tingkat hunian kamar (Tingkat Penghunian Kamar/TPK) dan tekanan besar pada pendapatan hotel, terutama akibat turunnya aktivitas pemerintah sebagai salah satu pasar utama.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengatakan, sektor hotel dan restoran mencatat tren negatif pada 2025, dengan rata-rata okupansi hotel turun secara tahunan.
"Kalau kita lihat data dari rata-rata okupansi secara tahunan kita di 2025, itu kurang lebih kisarannya minusnya di sekitar 4%an," kata Maulana kepada CNBC Indonesia, Senin (22/12/2025).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat penghunian kamar hotel berbintang sempat turun dari 48,38% pada Januari 2025 menjadi 47,21% pada Februari 2025, menunjukkan tekanan permintaan kamar hotel di awal tahun.
Selain itu, data BPS untuk periode Juli-September 2025 menunjukkan situasi yang beragam namun tetap di bawah kinerja optimal, seperti tingkat penghunian kamar hotel berbintang di seluruh Indonesia yang sekitar 50,16% pada September 2025, atau lebih rendah dibandingkan beberapa periode sebelumnya.
Maulana menyebut tekanan tidak hanya terlihat di okupansi, tetapi lebih dalam lagi pada sisi pendapatan hotel.
"Dari pendapatan hotel itu sendiri, mereka tergerus dengan minus berkisar antara 60% sampai 70% di tahun 2025 ini, tentu dampaknya karena mereka kehilangan pasar terbesar, yaitu pasar aktivitas dari pemerintah itu sendiri," ujarnya.
Menurutnya, kontribusi kegiatan pemerintah terhadap okupansi dan pendapatan hotel masih besar di banyak daerah di luar Bali dan Jakarta, sehingga penurunan belanja pemerintah langsung berdampak ke industri akomodasi.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]

















































