Pekerjaan Jadi Barang Langka di RI, Ternyata Ini Sebabnya

1 day ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Saat ini pekerjaan menjadi barang yang langka dan paling dicari di Indonesia. Satu fenomena yang menggambarkan bagaimana pekerjaan sangat dicari saat ini terjadi di Bekasi.

Puluhan ribu orang rela mengantri demi ribuan lowongan pekerjaan di Job Fair Bekasi Pasti Kerja 2025 yang digelar Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Bekasi, Jawa Barat di president University Convention Center Jababeka, Cikarang pada Selasa (27/5/2025)

Mengutip CNN, Kapolres Metro Bekasi Kombes Mustofa menyebut pelamar yang datang ke bursa kerja tersebut diperkirakan tembus 25 ribu orang. Kepadatan yang terjadi membuat pelamar berdesak-desakan bahkan sampai ada yang pingsan.

"Dari informasi, memang ada beberapa orang yang pingsan. Tadi kalau penyampaian Pak Bupati, ada 25 ribu lebih (pelamar datang)," ujar Mustofa dikutip, Minggu (1/6/2025).

Sebanyak 25 ribu pelamar tersebut rela mengantre dan berdesak-desakan demi mendapatkan 2.000 lowongan pekerjaan. "Artinya ke depan kita harus membuka bursa lowongan pekerjaan berikutnya dengan kapasitas lebih dari 2.000 lowongan pekerjaan," kata Bupati Bekasi Ade Kuswara Kunang seperti dikutip pada Minggu (1/6/2025).

Fenomena 25.000 Pelamar di Tengah Badai PHK, Sinyal Ekonomi Lesu?

Perhelatan bursa pekerjaan memang selalu ramai dan diminati, tapi kali ini disorot karena saat ini Indonesia dihantam badai PHK. Pabrik besar memutus kerja puluhan ribu orang karena lesunya industri akibat ekonomi penuh ketidakpastian.

Kondisi ekonomi global yang tidak stabil memberikan efek ke ekonomi nasional. Ekonomi Indonesia tumbuh 4,87% year-on-year (yoy) pada kuartal pertama 2025, melambat jika dibandingkan 2024 sebesar 5,03% yoy. Pertumbuhan saat ini juga berada di bawah target dan tren pertumbuhan selama satu dekade terakhir (diluar Covid-19) sebesar 5% yoy.

Parahnya lagi perlambatan ekonomi Indonesia terjadi saat ada momentum Ramadhan, di mana dibagikan Tunjangan Hari Raya (THR) sebagai modal masyarakat merayakan Lebaran bersama keluarga. 

Bulan Ramadhan bisa dikatakan sebagai momentum dalam menggerakkan ekonomi nasional. Adanya THR dapat merangsang belanja masyarakat yang berujung kepada meningkatnya konsumsi rumah tangga, penyumbang terbesar Produk Domestik Bruto yang menjadi alat pengukur pertumbuhan ekonomi.

Sayangnya, THR gagal menjadi ramuan perangsang pertumbuhan ekonomi kali ini. Jika ada momentum Ramadhan saja ekonomi tumbuh di bawah 5%, bagaimana kuartal lain?

Antara pengangguran dan ekonomi punya kaitan erat bagi Indonesia. 50% lebih PDB digerakkan oleh konsumsi rumah tangga,

Jika masyarakatnya tidak ada pekerjaan, maka tidak punya uang. Jika tidak punya uang, lantas mau konsumsi apa?

Pengangguran inilah yang menjadi tantangan berat pemerintah saat ini. Terutama dalam mencapai pertumbuhan ekonomi 8% di tengah gonjang-ganjing ekonomi dunia.

Maju Kena Mundur Kena: Rakyat Nganggur Jadi Miskin atau Kerja Tapi 'Diperas'

Direktur Kebijakan Publik CELIOS Media Wahyudi Askar mengatakan dengan kondisi ekonomi yang lesu dan banyak pengangguran, target pertumbuhan ekonomi 8% akan sulit dicapai.

"Jadi pertumbuhan ekonomi 8% itu juga mungkin akan sulit dicapai. Tapi satu lagi, kita mungkin saja punya pertumbuhan ekonomi 5%, tapi kita memiliki kualitas ekonomi yang buruk. Itu sangat mungkin terjadi," ucap Media.

Media menjelaskan jika ekonomi tumbuh 5%, akan ada risiko muncul pekerjaan yang tidak layak.

"Pekerjaannya itu tidak layak, dibayar murah, tidak punya jaminan ketenagakerjaan, tidak punya perlindungan sosial, bekerja siang dan malam, bahkan tadi Ojek Online, saudara kita yang di jalan ride hailing itu bahkan harus bekerja sampai per hari itu sekitar berapa jam? Setelah seminggu tadi 54 jam kalau tidak salah," ucapnya.

Lebih lanjut, peneliti CELIOS Bara Muhammad Setiadi pun memaparkan masih banyak sektor yang pekerjanya tidak dibayar layak atau sesuai dengan upah minimum.

"Pertanian dan kehutanan ini 88%, jasa lainnya ini 85%, dan penyediaan akomodasi sekitar 81% pegawai di sektor ini dibayar di bawah UMR. Untuk jumlah eksaknya, tadi mohon maaf, tadi ada provinsi angka total jumlah orang yang bekerja di bawah UMR, gaji dan upahnya di bawah UMR itu sekitar 109 juta orang, totalnya 109 juta bukan 61, tapi 109 juta, dan 25 juta di antaranya itu bekerja lebih dari 48 jam, ini ada angkanya," ungkap Bara.

Lowongan Lebih Banyak dari Pelamar tapi Banyak Pengangguran, Ada Apa?

Akan tetapi, sebenarnya ada badai yang lebih besar, yakni jumlah lowongan saat ini lebih banyak ketimbang jumlah pelamar. Mungkin anda bertanya-tanya kenapa fenomena ini buruk. Bukankah bagus jika lowongannya lebih banyak dibandingkan pelamar.

Bara Muhammad mengatakan bahwa tebalnya barier atau hambatan yang membuat para pelamar sulit diterima untuk bekerja.

"Ada diskriminasi persyaratan bagi pelamar kerja, upaya kerja dan kondisi kerja tidak layak juga. Ada juga kemungkinan bahwa terjadi mismatch antara latar belakang pendidikan dan pekerjaan," ucap Bara.

Artinya penyerapan tenaga kerja tidak optimal dan akan semakin menumpuk pengangguran dan akan menghambat semua sisi dalam circular flow.

Produsen tidak mendapatkan sumber daya manusianya. Kemudian manusia tidak menghasilkan pendapatan. Sehingga konsumsi rumah tangga pun surut.

Jika terus berlarut, dampak nyata yang akan terjadi adalah tingkat kemiskinan yang semakin tinggi.

Terlepas dari polemik perbedaan jumlah orang miskin di Indonesia karena perbedaan metodologi, kemiskinan adalah ujung dari semua fenomena pekerja saat ini.

Ketika badai PHK terus berlanjut, kapasitas sumber daya manusia tidak meningkat, dan penyerapan tenaga kerja seret, ekonomi Indonesia bukan tidak mungkin akan jalan di tempat atau mungkin semakin mundur.


(mkh/mkh)

Saksikan video di bawah ini:

Video: RI Dihantam Badai PHK, Jumlah Pengangguran Naik

Next Article WNI Jangan #KaburAjaDulu ke Australia Bulan Ini, Ada Kabar Ga Enak

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |