Nvidia Beli Aset Chip AI US$20 Miliar, Cetak Rekor Akuisisi Terbesar

3 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan chip raksasa asal Amerika Serikat, Nvidia, dikabarkan telah menyepakati pembelian aset startup semikonduktor kecerdasan buatan (AI) Groq dengan nilai fantastis sekitar US$20 miliar. Jika terealisasi, transaksi ini merupakan akuisisi terbesar dalam sejarah Nvidia.

Informasi tersebut diungkapkan oleh Alex Davis, CEO Disruptive, perusahaan modal ventura yang memimpin pendanaan terakhir Groq pada September lalu. Davis mengatakan Nvidia akan membayar secara tunai untuk mendapatkan aset Groq, meski tidak mengakuisisi perusahaan secara keseluruhan.

"Groq Cloud akan terus beroperasi tanpa gangguan," ujar Davis kepada CNBC Internasional, Kamis (25/12).

Menurutnya, ini terjadi sangat cepat. Nvidia mendapatkan seluruh aset Groq, meski bisnis cloud Groq tidak termasuk dalam kesepakatan.

Dalam unggahan blog resminya, Groq menyebut perusahaan telah menandatangani perjanjian lisensi non-eksklusif dengan Nvidia untuk teknologi inferensi milik Groq. Namun, kesepakatan tidak diungkapkan secara resmi.

Seiring dengan transaksi tersebut, pendiri sekaligus CEO Groq Jonathan Ross, Presiden Groq Sunny Madra, serta sejumlah eksekutif senior akan bergabung dengan Nvidia untuk membantu pengembangan dan perluasan teknologi yang dilisensikan.

Meski demikian, Groq menegaskan akan tetap beroperasi sebagai perusahaan independen, dengan Chief Financial Officer Simon Edwards ditunjuk sebagai CEO baru. Sementara itu, layanan GroqCloud dipastikan tetap berjalan tanpa gangguan.

Sedangkan CFO Nvidia Colette Kress menolak memberikan komentar terkait detail transaksi tersebut.

Dalam email internal kepada karyawan yang diperoleh CNBC, CEO Nvidia Jensen Huang menyatakan kesepakatan ini akan memperluas kemampuan Nvidia di segmen AI.

"Kami berencana untuk mengintegrasikan prosesor latensi rendah Groq ke dalam arsitektur pabrik AI NVIDIA, memperluas platform untuk melayani inferensi AI dan beban kerja real-time yang lebih luas lagi," tulis Huang.

Ia juga menegaskan Nvidia tidak mengakuisisi Groq sebagai perusahaan, melainkan melisensi kekayaan intelektualnya dan merekrut talenta utamanya. Raksasa teknologi lainnya, termasuk Meta, Google, dan Microsoft, juga telah menghabiskan banyak uang selama beberapa tahun terakhir untuk merekrut talenta AI terbaik melalui berbagai jenis kesepakatan lisensi.

Langkah ini mirip dengan strategi Nvidia sebelumnya. Pada September lalu, Nvidia menggelontorkan lebih dari US$900 juta untuk melisensi teknologi dan merekrut jajaran pimpinan startup AI hardware Enfabrica.

Jika nilai US$20 miliar dikonfirmasi, transaksi ini akan melampaui rekor akuisisi Nvidia sebelumnya, yakni pembelian Mellanox pada 2019 senilai hampir US$7 miliar.

Per akhir Oktober, Nvidia tercatat memiliki kas dan investasi jangka pendek sebesar US$60,6 miliar, melonjak tajam dari US$13,3 miliar pada awal 2023. Kuatnya neraca keuangan ini memberi ruang bagi Nvidia untuk agresif memperluas ekosistem AI.

Groq terakhir kali menggalang dana sebesar US$750 juta tiga bulan lalu dengan valuasi sekitar US$6,9 miliar. Putaran pendanaan tersebut diikuti investor global seperti BlackRock, Neuberger Berman, Samsung, Cisco, Altimeter, hingga 1789 Capital, firma tempat Donald Trump Jr. menjadi mitra.

Startup ini menargetkan pendapatan sekitar US$500 juta pada tahun ini, seiring melonjaknya permintaan chip akselerator AI untuk kebutuhan inferensi model bahasa besar (LLM).

Sebagai informasi, Groq didirikan pada 2016 oleh mantan insinyur Google, termasuk Jonathan Ross, yang juga dikenal sebagai salah satu pencipta Tensor Processing Unit (TPU) milik Google, chip yang kini menjadi alternatif GPU Nvidia untuk beban kerja AI.

Perlu diketahui, Groq bukan satu-satunya startup chip yang mencuri perhatian pasar di tengah ledakan AI. Cerebras Systems, produsen chip AI lainnya, sempat mengajukan IPO pada 2024, namun menarik kembali rencana tersebut pada Oktober setelah berhasil menghimpun pendanaan lebih dari US$1 miliar.

Nvidia sendiri terus memperluas investasinya, mulai dari perusahaan infrastruktur AI Crusoe, pengembang model AI Cohere, hingga cloud AI CoreWeave.

Sebelumnya, pada bulan September lalu, Nvidia sempat menyatakan rencananya untuk menginvestasikan hingga US$100 miliar di OpenAI, dengan perusahaan rintisan ini berkomitmen untuk menggunakan setidaknya 10 gigawatt produk Nvidia. Namun, kedua perusahaan belum mengumumkan kesepakatan resmi.

Pada bulan yang sama, Nvidia mengatakan akan menginvestasikan US$5 miliar di Intel sebagai bagian dari kemitraan.

Dalam pengajuan awal ke SEC, Cerebras mengatakan tidak berniat untuk melakukan penawaran yang diusulkan pada saat ini, tetapi tidak memberikan alasan. Seorang juru bicara mengatakan kepada CNBC pada saat itu bahwa perusahaan masih berharap untuk go public sesegera mungkin.

Cerebras mengajukan IPO pada akhir 2024, karena perusahaan ini bersiap untuk menghadapi Nvidia dalam upaya menciptakan prosesor untuk menjalankan model AI generatif.

(ayh/ayh)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |