Merger Pelita-Garuda Jadi Sorotan DPR, Ini Respons Danantara

2 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) merespons pendapat para anggota Komisi VI DPR RI yang tidak setuju pada penggabungan maskapai BUMN, PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) dan Pelita Air.

Chief Operating Officer (COO) Danantara Dony Oskaria berpendapat, pihaknya menghargai pendapat tersebut. Namun, dalam peta jalan (road map) BUMN ke depan akan tetap merampingkan perusahaan-perusahaan dengan bisnis sejenis.

"Saya rasa bukan tidak setuju, tentu ada banyak pendapat ya. Kita menghargai setiap pendapat, baik juga dari masyarakat dan lain sebagainya. Tetapi kan memang di dalam roadmap BUMN ke depan, kita tidak mau lagi banyak perusahaan yang tersebar-tersebar di dalam satu industri," ujarnya saat ditemui di gedung DPR RI Jakarta, Rabu (24/9).

Dony yang saat ini juga menjabat sebagai Wakil Menteri BUMN menggantikan Erick Thohir mengatakan, bukan hanya bisnis maskapai, perampingan BUMN juga akan dilakukan pada sektor bisnis lainnya, termasuk penggabungan BUMN karya.

"Nanti tidak hanya di airlines, tetapi kan juga nanti karya akan dimerger juga, insurance company juga begitu. Kan kita banyak punya perusahaan yang sejenis, tetapi skalanya tidak besar-besar," jelasnya.

Nantinya, kata Dony, Pertamina akan berfokus pada bisnis minyak dan gas. Harapannya, melalui penggabungan bisnis sejenis dapat tercipta efisiensi yang berujung pada kinerja perusahaan pelat merah yang sehat.

"Nanti ya industri airlines tentu harus menjadi satu industri airlines. Pertamina nanti menjadi oil and gas company. Jadi itu sebetulnya kan roadmap yang dibangun itu demikian," sebutnya.

Dony menambahkan, pro dan kontra terhadap suatu kebijakan merupakan hal yang wajar. Namun, kritik tersebut dapat dijadikan sebagai persiapan yang lebih baik lagi di dalam proses penyempurnaan dan penyehatan BUMN.

"Tetapi di dalam perjalanannya tentu ada pro and contra, tentu setiap masukannya itu bagus buat kita jadikan sebagai persiapan yang lebih baik lagi di dalam proses penyempurnaan dan penyehatan BUMN," pungkasnya.

Sebelumnya, rencana penggabungan maskapai pelat merah antara PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) dan PT Pelita Air Service milik Pertamina tidak mendapat dukungan dari Komisi VI DPR. Misalnya saja, Anggota Komisi VI Mufti Anam yang menolak terhadap aksi korporasi tersebut.

"Soal Pelita Air yang mau digabungkan dengan Garuda, saya sangat tidak setuju atas hal itu," ujarnya saat rapat kerja antara Komisi VI DPR RI dengan BUMN dibidang transportasi, Senin (22/9).

Anam menjelaskan, dirinya tidak setuju karena pengalamannya menggunakan maskapai Garuda saat bepergian. Ia mendapatkan pengalaman yang kurang menyenangkan lantaran pesawatnya terlambat terbang atau delay.

Pengalaman berbeda saat dirinya bepergian menggunakan Pelita Air yang dianggap pelayanannya sangat baik

"Kami jujur ketika terdesak, ketika sudah tidak percaya lagi ke Garuda, kemarin saya naik Pelita Air. Tepat waktu juga ternyata, dan juga baik, bersih, pelayanan oke, makanan oke," ungkapnya.

Mufti Anam tidak ingin rencana merger kedua maskapai tersebut akan mempengaruhi kinerja operasional Pelita Air yang sudah cukup baik. "Saya tidak mau kemudian Garuda membajak Pelita Air yang sudah bagus jadi maskapai kebanggan kita, kemudian akhirnya rusak gara-gara kena virus budaya kerja di Garuda Indonesia yang amburadul," sebutnya.

Di sisi lain, Mufti menilai, secara kinerja Pelita Air sudah cukup baik dan tidak membebani induknya, PT Pertamina (Persero). Hal ini cukup positif bagi citra maskapai penerbangan milik negara.

"Karena sampai hari ini saya senang ketika setelah saya naik dan saya baca-baca portofolio keuangan ternyata sudah tidak membebani keuangan Pertamina lagi," ucapnya.

Hal senada juga dikatakan oleh anggota Komisi VI DPR lainnya, Kawendra Lukistian yang mengaku meskipun dirinya mendukung arah kebijakan Presiden Prabowo Subianto, Ia tidak ingin kinerja Pelita jadi tergerus setelah merger.

"Kalaupun nantinya Pelita Air masuk ke Garuda, tolong berikan keyakinan kami akan terpengaruh dengan budaya yang kurang oke selama ini, bahwa Garuda berevaluasi jadi lebih baik," pungkasnya.

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) sempat buka suara soal isu merger dengan Pelita Air. Manajemen mengaku benar maskapai pelat merah tersebut berencana untuk merger dengan anak usaha PT Pertamina (Persero) yaitu, Pelita Air.

"Sehubungan dengan informasi terkait rencana merger antara Perseroan dan Pelita Air, dapat kami sampaikan bahwa terkait langkah penjajakan aksi korporasi tersebut saat ini masih dalam tahap diskusi awal dengan pihak-pihak terkait," tulis manajemen melalui keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (9/1).

Perkembangan proses merger sampai dengan saat ini, Perseroan saat ini tengah dalam proses penyusunan kajian awal dan diskusi dengan pihak-pihak terkait, khususnya Kementerian BUMN selaku pemegang saham utama Perseroan, untuk dapat mengoptimalkan berbagai peluang sinergi bisnis guna memperkuat ekosistem bisnis industri transportasi udara di Indonesia sehingga dapat membawa manfaat berkelanjutan bagi masyarakat.

"Progres dari rencana merger ini akan kami sampaikan lebih lanjut sekiranya terdapat perkembangan signifikan berkaitan dengan tahapan maupun realisasi atas rencana strategis tersebut," sebutnya.

Perseroan memandang, aksi korporasi tersebut akan berdampak positif dan akan mendukung penuh rencana merger tersebut, yang tentunya akan dilandasi dengan kajian yang komprehensif dan prudent terhadap outlook bisnis dan kinerja Perseroan.

Manajemen menegaskan, tidak terdapat informasi material yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup Perseroan atau harga saham Perseroan.


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos Danantara: Investasi Tidak akan Ganggu Operasional BUMN

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |