Mengenal Sesar Lembang: Lokasi hingga Aktivitas Pergerakan

3 hours ago 2

Jakarta -

Sesar Lembang merupakan patahan bumi aktif yang terus bergerak. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan, catatan paleoseismologi menunjukkan bahwa pada sesar ini gempa besar pernah terjadi ratusan tahun lalu dan siklusnya bisa terulang kembali.

Berikut ini serba-serbi informasi tentang Sesar Lembang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa itu Sesar Lembang?

Berdasarkan informasi resmi dari BRIN, Sesar Lembang di Bandung Utara membentang hampir 29 kilometer dari Padalarang hingga Cimenyan, di kaki Gunung Tangkuban Parahu. Jalur ini bukan sekadar garis di peta, melainkan patahan yang aktif.

Gunung Batu yang berada di kilometer 17 menjadi bukti nyata aktivitas Sesar Lembang. Saat gempa, bukit ini bisa naik hingga 40 cm. Hal ini menunjukkan bahwa sesar ini masih aktif.

Penelitian menunjukkan Sesar Lembang bergerak 1,9 - 3,4 milimeter per tahun. Laju ini tampak kecil, tetapi dalam rentang waktu ratusan tahun dapat memicu gempa besar.

Jejak dan Perkiraan Gempa Besar

Kajian paleoseismologi menemukan bahwa gempa besar pernah terjadi di Sesar Lembang yaitu pada abad ke-15, sekitar 60 tahun sebelum Masehi dan sekitar 19.000 tahun lalu. Dengan siklus 170-670 tahun, gempa besar berikutnya diperkirakan bisa terjadi paling lambat tahun 2170. Artinya, rentang waktu ini relatif dekat dengan masa kita.

Sesar Lembang adalah sistem sesar aktif yang perlu terus dipantau. Meski ilmu kebumian belum bisa memastikan kapan gempa besar terjadi, kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat menjadi kunci utama dalam mengurangi risiko bencana.

Jenis-jenis Magnitudo Gempa Bumi

Menurut laman Indonesiabaik, magnitudo adalah ukuran kekuatan gempa bumi yang menggambarkan besarnya energi seismik yang dipancarkan oleh sumber gempa dan merupakan hasil pengamatan seismograf. BMKG Indonesia menggunakan Skala Magnitudo (M) sebagai ukuran kekuatan gempa bumi.

Dulu, ukuran kekuatan gempa yang sering digunakan BMKG adalah Skala Richter (SR). Namun kini, BMKG menggunakan skala magnitudo karena dianggap lebih akurat.

Adapun, skala Modified Mercalli Intensity (MMI) biasa digunakan untuk mengukur guncangan yang dirasakan warga saat terjadi gempa. Satuan ini diciptakan oleh seorang vulkanologis dari Italia yang bernama Giuseppe Mercalli padatahun1902.

Berikut jenis-jenis magnitudo gempa bumi beserta pengertiannya.

Magnitudo 2,5 atau kurang: Biasanya tidak terasa, tetapi dapat direkam dengan seismograf.
Magnitudo 2,5 - 5,4: Sering dirasakan, tetapi hanya menyebabkan kerusakan kecil.
Magnitudo 5,5 - 6,0: Dapat menyebabkan kerusakan ringan pada bangunan dan struktur lainnya.
Magnitudo 6,1 - 6,9: Dapat menyebabkan banyak kerusakan di daerah berpendudukan padat.
Magnitudo 7,0 - 7,9: Gempa bumi besar dengan kerusakan serius.
Magnitudo 8,0 atau lebih besar: Gempa hebat. Dapat menghancurkan komunitas di dekatpusatgempa.

(kny/imk)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |