Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah serbuan buah tropis ke pasar ekspor, sirsak si buah asam manis yang juga dikenal sebagai graviola atau guanabana diam-diam mencatat jejak perdagangan yang menarik. Dikenal karena rasa asam-manisnya yang khas dan potensi kesehatannya yang luar biasa, buah ini semakin dilirik pasar global, terutama sebagai bahan baku jus, teh herbal, hingga suplemen antioksidan.
Namun sayangnya performa ekspor sirsak Indonesia dalam enam tahun terakhir menunjukkan pola yang naik-turun dan belum stabil. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekspor sirsak RI pada tahun 2024 sebesar US$54.393 dengan volume pengiriman mencapai 72.145 kilogram. Angka ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang sempat mencapai hampir US$78.998.
Tapi ini bukan karena permintaan lesu, meski nilai ekspornya belum stabil, volume ekspor sirsak RI justru cenderung meningkat sejak 2020, menunjukkan bahwa permintaan pasar tetap ada, terutama untuk produk segar dan semi-olahan. Namun harga jual per kilogram sirsak di pasar ekspor menurun, yang mengindikasikan adanya tantangan di sisi nilai tambah dan kualitas pascapanen.
Tahun 2021 tercatat sebagai tahun tertinggi ekspor dalam enam tahun terakhir, dengan nilai mencapai US$97.515 dan volume pengiriman mencapai 133.417 kilogram. Namun angka ini kemudian anjlok drastis pada 2022, baik dari segi volume maupun nilai, sebelum kembali pulih sebagian pada 2023.
Dari sisi negara tujuan, Malaysia menjadi pembeli paling konsisten sepanjang 2019-2024. Pada tahun 2024, ekspor sirsak Indonesia ke Malaysia mencapai US$24.089, menjadikannya pasar terbesar untuk komoditas ini. Di negara jiran, sirsak tak hanya dikonsumsi sebagai buah segar, tapi juga sebagai bahan dasar minuman kesehatan dan obat tradisional.
Sementara itu, permintaan dari kawasan Timur Tengah seperti Arab Saudi dan Kuwait justru merosot tajam. Arab Saudi yang sempat menyerap lebih dari US$13.000 pada 2019 dan menurun drastis pada 2024. Penurunan ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh ketatnya regulasi impor produk hortikultura segar, serta meningkatnya persaingan dari negara pemasok lain seperti Thailand dan Mesir.
Salah satu alasan utama kenapa sirsak tetap diminati global adalah khasiat kesehatan yang dikaitkan dengannya. Buah ini dikenal mengandung acetogenin, senyawa bioaktif yang disebut-sebut memiliki potensi sebagai anti-kanker, antiradang, dan anti-parasit. Dalam banyak budaya, daun dan buah sirsak dijadikan bahan infus herbal, suplemen detoks, hingga campuran teh kesehatan.
Negara seperti Malaysia dan Singapura, yang memiliki pasar konsumen dengan kesadaran kesehatan tinggi, dan lokasi yang lebih strategis menjadi target ideal untuk komoditas ini.
Sayangnya, masih banyak pengiriman yang bersifat produk mentah tanpa nilai tambah, dan kurangnya integrasi antara petani, pelaku UMKM, dan eksportir membuat rantai pasok cenderung rapuh. Di sisi lain, negara-negara kompetitor sudah mulai mengekspor dalam bentuk puree, teh celup, hingga kapsul herbal.
CNBC Indonesia Research
(emb/emb)