Kuda Impor dari Belanja Menjajah Indonesia, Nilainya Bikin Melongo

2 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia- Satu komoditas impor unik yang kini berlari kencang ke Indonesia adalah kuda.

Tak tanggung-tanggung, nilai impornya pada 2025 melonjak tajam hingga empat kali lipat dibanding tahun sebelumnya. Dan yang paling dominan ialah kuda dari Negeri Kincir Angin, Belanda.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), total nilai impor kuda Indonesia (kode HS 01012100 dan HS 01012900) pada 2025 tercatat mencapai US$4,10 juta atau sekitar Rp 68,4 miliar, melonjak drastis dari US$755.773 pada 2024. Lonjakan ini menjadi yang tertinggi dalam tujuh tahun terakhir, menandai kebangkitan segmen pasar hewan premium di Tanah Air.

Dari angka tersebut, Belanda kembali menjadi pemasok utama. Impor kuda dari negara itu menembus US$310.295 pada 2025 atau sekitar Rp 5,2 miliar, dengan tren seperti ini, Belanda memperkuat dominasinya sebagai eksportir kuda utama ke Indonesia selama lebih dari setengah dekade terakhir.

Jika menilik data historis, nilai impor kuda Indonesia sempat berfluktuasi dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2018, nilai impor masih berada di kisaran US$596 ribu, lalu menanjak ke US$1,14 juta pada 2022. Setelah sempat turun pada 2024, impor kembali "menggila" di 2025.

Kenaikan tajam tahun ini mencerminkan dua hal, meningkatnya permintaan kuda untuk kebutuhan olahraga dan rekreasi, serta kembalinya aktivitas kompetisi pasca-pandemi. Arena equestrian di berbagai kota, dari Jakarta, Bogor, hingga Surabaya, mulai hidup kembali dengan populasi kuda impor yang terus bertambah.

Fenomena ini tak lepas dari meningkatnya minat masyarakat terhadap olahraga berkuda, yang kini bertransformasi dari sekadar hobi menjadi gaya hidup. Equestrian club baru bermunculan di berbagai daerah, dengan biaya pelatihan dan pemeliharaan kuda yang mencapai ratusan juta rupiah per tahun.

Kuda impor dari Belanda menjadi incaran karena kualitas dan rekam jejaknya di arena internasional.

Menurut sejumlah pelatih equestrian nasional, kuda asal Belanda dikenal memiliki daya tahan, kecerdasan, dan temperamen yang stabil faktor penting untuk kebutuhan kompetisi.

Dominasi Belanda bukan tanpa alasan. Negara tersebut memiliki sistem breeding yang mapan, dengan sertifikasi ketat untuk bibit unggul. Industri kudanya bahkan terintegrasi dengan sektor pendidikan dan riset genetik, menjadikan setiap ekspor kuda bukan sekadar perdagangan, tapi hasil inovasi bertahun-tahun.

Hal inilah yang membuat Indonesia lebih memilih Belanda dibanding negara lain seperti Australia atau Jerman. Meski biaya pengiriman dan karantina hewan hidup cukup tinggi, reputasi dan performa kuda Belanda dianggap sepadan dengan nilai investasi.

Meski permintaan meningkat, Indonesia belum mampu memproduksi kuda sport dengan kualitas setara. Produksi lokal masih berfokus pada kuda tunggangan umum, wisata, dan upacara tradisional. Ketergantungan terhadap impor pun masih tinggi, terutama untuk keperluan turnamen dan pembibitan.

Padahal, dengan potensi geografis yang luas dan minat pasar yang tumbuh, Indonesia memiliki peluang besar untuk mengembangkan industri breeding sendiri. Namun, tantangannya adalah ketersediaan bibit unggul, fasilitas pelatihan, dan dukungan riset genetik yang hingga kini masih minim.

Impor kuda bukan urusan sederhana. Prosesnya melibatkan karantina, izin dari Kementerian Pertanian, hingga uji kesehatan hewan. Biaya logistik dan tarif masuk yang tinggi membuat harga seekor kuda impor bisa melonjak berlipat. Kondisi ini menjadi salah satu alasan mengapa pasar kuda di Indonesia masih eksklusif di kalangan atas.

CNBC Indonesia Research

(emb/emb)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |