Krisis Baru Mengancam Dunia, Dampaknya ke Mana-mana

6 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Dunia teknologi tengah memasuki krisis yang berpotensi mengguncang perekonomian global. Kekurangan chip memori, komponen kunci bagi perangkat digital dan kecerdasan buatan (AI), makin parah dan mulai menimbulkan efek berantai ke berbagai sektor. Harga chip melonjak, pasokan menipis, dan raksasa teknologi berebut komponen tersebut.

Situasi ini memicu kekhawatiran bahwa krisis chip memori bisa berkembang menjadi risiko makroekonomi baru, mengingat perannya yang vital mulai dari industri elektronik, pusat data, hingga ambisi besar negara-negara dalam membangun ekosistem AI.

Di Jepang, toko elektronik mulai membatasi pembelian hard-disk drive oleh konsumen. Produsen ponsel pintar di China memperingatkan potensi kenaikan harga perangkat. Sementara itu, raksasa teknologi global seperti Microsoft, Google, dan ByteDance bergerak cepat mengamankan pasokan dari produsen seperti Micron, Samsung Electronics, dan SK Hynix.

Menurut TrendForce, harga berbagai jenis chip memori telah melonjak lebih dari dua kali lipat sejak Februari, memicu perebutan pasokan yang semakin intens di seluruh dunia.

Krisis berkepanjangan ini dinilai dapat menahan laju produktivitas berbasis AI serta menunda proyek infrastruktur digital bernilai ratusan miliar dolar. Dampaknya juga bisa mendorong inflasi, di saat banyak negara tengah berupaya menahan kenaikan harga.

"Kelangkaan memori ini sudah berubah dari isu teknis menjadi risiko makroekonomi," ujar Sanchit Vir Gogia, CEO Greyhound Research, dikutip dari Reuters, Kamis (4/12/2025).

Pembangunan ekosistem AI, lanjutnya, kini berbenturan dengan rantai pasok global yang tidak mampu mengimbangi melonjaknya permintaan.

Investigasi Reuters menunjukkan ironi yang kini terjadi dalam industri chip. Dorongan besar memenuhi kebutuhan chip AI justru membuat pasokan chip memori konvensional untuk ponsel, PC, dan perangkat elektronik rumah tangga menjadi tercekik.

Produsen seperti Samsung dan SK Hynix mengalihkan kapasitas ke high-bandwidth memory (HBM), sementara persediaan DRAM merosot drastis. Data TrendForce mencatat stok DRAM di pemasok kini hanya cukup untuk dua hingga empat minggu, jauh lebih rendah dibandingkan 13 hingga 17 minggu pada akhir 2024.

Kekurangan ini juga berpotensi menahan pembangunan pusat data baru. Seorang eksekutif industri mengatakan kapasitas tambahan memerlukan waktu minimal dua tahun untuk dibangun, sementara produsen enggan memperluas fasilitas terlalu agresif karena takut terjebak kelebihan pasokan jika euforia AI melandai.

SK Hynix bahkan memperkirakan kekurangan memori akan berlangsung hingga akhir 2027. "Kami menerima begitu banyak permintaan pasokan hingga kami khawatir bagaimana bisa memenuhi semuanya. Jika kami gagal memasok, beberapa perusahaan bahkan bisa berhenti beroperasi," kata Chey Tae-won, Chairman SK Group, dalam sebuah forum industri di Seoul

Sementara Samsung mengatakan bahwa pihaknya memantau kondisi pasar namun tidak berkomentar mengenai harga maupun hubungan dengan pelanggan.

(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |