Kontrak Baru Mengalir Deras, 4 Raja Konstruksi Siap Tancap Gas di 2026

1 hour ago 1

Susi Setiawati,  CNBC Indonesia

10 December 2025 13:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah emiten konstruksi merilis realisasi nilai kontrak baru hingga paruh akhir 2025 serta guidance atau proyeksi bisnis untuk 2026.

CNBC mengumpulkan data empat emiten konstruksi yaitu PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL), PT PP Construction & Investment Tbk (PTPP), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).

Dari empat emiten itu kondisi-nya yang beragam, dengan sebagian perusahaan berhasil melampaui target sementara lainnya masih harus mengejar ketertinggalan di sisa tahun berjalan.

TOTL menjadi salah satu pemain yang menunjukkan kinerja positif. Hingga pertengahan November 2025, perusahaan telah mengoleksi nilai kontrak baru sebesar Rp5,27 triliun.

Capaian tersebut bukan hanya melampaui kinerja tahun sebelumnya, tetapi juga sudah melewati target internal 2025 yang dipatok di angka Rp5 triliun. Dengan demikian, TOTL memasuki akhir tahun dengan posisi yang relatif lebih solid.

Kondisi berbeda dialami ADHI. Sepanjang 11 bulan pertama 2025, ADHI mencatat perolehan kontrak baru mencapai Rp14,1 triliun. Jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, kinerja ini masih terkontraksi sekitar 7%. Realisasi tersebut baru memenuhi sekitar separuh dari target nilai kontrak baru 2025 yang berada di kisaran Rp25 triliun hingga Rp28 triliun, sehingga perseroan masih memiliki pekerjaan rumah cukup besar untuk mengejar sisa target.

Dua emiten konstruksi besar lainnya, WIKA dan PTPP aru melaporkan kinerja kontrak baru hingga kuartal ketiga 2025. WIKA mencatat nilai kontrak baru sebesar Rp6,19 triliun pada periode 9M25, anjlok sekitar 60% secara tahunan.

Realisasi tersebut baru setara 36% dari target tahunan yang ditetapkan perusahaan di level Rp17 triliun, mencerminkan tekanan signifikan pada pipeline proyek baru WIKA tahun ini.

Sementara itu, PTPP mengantongi kontrak baru sebesar Rp16,88 triliun hingga akhir September 2025. Meski turun 18,8% secara YoY, capaian ini masih relatif lebih baik dibandingkan beberapa pesaingnya karena telah mencapai 59% dari target 2025 sebesar Rp28,5 triliun.

Berikut secara rinci perbandingan nilai kontrak baru dari empat emiten itu :

Membaca Arah Bisnis Emiten Konstruksi 2026

Setelah merilis performa nilai kontrak terbaru, beberapa perusahaan juga telah memberikan gambaran mengenai arah bisnis tahun depan.

TOTL mengambil sikap konservatif dengan mempertahankan target nilai kontrak baru di Rp5 triliun, atau sama dengan target tahun ini. Namun dari sisi pendapatan, manajemen menargetkan pertumbuhan moderat sebesar 2% menjadi Rp3,8 triliun dibandingkan estimasi pendapatan annualized 9M25.

WIKA memilih sikap lebih agresif. Emiten konstruksi pelat merah ini membidik nilai kontrak baru minimal Rp20 triliun pada 2026. Target tersebut berarti kenaikan sekitar 18% dibandingkan target 2025 dan menjadi sinyal bahwa WIKA berupaya memperbaiki momentum setelah tekanan besar tahun ini.

Berbeda dengan WIKA, ADHI justru menyampaikan proyeksi yang lebih berhati-hati. Untuk 2026, perusahaan menetapkan target kontrak baru di Rp23,8 triliun, atau berpotensi lebih rendah 5% hingga 15% dibandingkan target tahun 2025. Penurunan target ini mencerminkan evaluasi realistis atas kondisi pasar konstruksi yang masih menantang.

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |