KKP Sebut Garam Rote Ndao Bisa Dipakai Industri, Ini Alasannya

4 hours ago 3

Rote Ndao, CNBC Indonesia - Kawasan Sentra Industri Garam Nasional (K-SIGN) di Rote Ndao dipastikan akan memproduksi garam yang masuk dalam kategori garam industri, karena memiliki tingkat kemurnian NaCl mencapai 97%. Dengan standar tersebut, garam Rote Ndao dinilai layak digunakan untuk kebutuhan industri meski fasilitas pabrik pemurnian belum seluruhnya dibangun.

Direktur Jenderal Pengelolaan Kelautan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Koswara menegaskan target utama K-SIGN sejak awal memang menghasilkan garam industri, bukan sekadar garam konsumsi.

"Garam industri. Kita target standarnya, kita jadi garam industri. Garam industri artinya, si NaCL-nya itu murni. Kemurniannya 97%," kata Koswara kepada wartawan di Kantor Direksi KEET Kawasan Sentra Industri Garam Nasional (K-SIGN), Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (23/12/2025).

Menurut Koswara, kemurnian garam, khususnya untuk industri, tidak semata ditentukan oleh keberadaan pabrik, tetapi ditentukan oleh metode produksi di tambak. Selama prosesnya benar dan tidak tercampur kotoran, kualitas garam sudah bisa memenuhi standar industri.

"Kalau dicuci saja, misalnya sekali, itu sudah murni, sudah bagus," ujarnya.

Ia menjelaskan, contoh garam dengan kemurnian tinggi sudah ada di beberapa daerah lain di Indonesia. Dengan metode produksi yang tepat, garam tambak dapat mencapai NaCl di atas 97%.

"Di Sabu itu kualitas murninya bagus. Dia sudah 97% lebih. Itu sudah masuk kategori garam industri. Di Pantura juga bisa tambak rakyat bisa 97%. Asal dia, cara produksinya sudah benar. Tidak masuk kotoran-kotoran di situ," jelas Koswara.

Koswara menegaskan, kualitas garam justru turun apabila proses produksinya masih dilakukan secara tradisional tanpa pengendalian yang baik.

"Yang menurunkan kualitas garam itu, kemurnian garam itu, biasanya di metode produksinya yang tidak bagus, tradisional," katanya.

Karena itu, K-SIGN dirancang sebagai fasilitas industri garam modern, bukan hanya membangun kolam dan infrastruktur fisik, tetapi memastikan proses produksi mampu menghasilkan garam dengan standar industri sejak awal.

"Jadi kita membangun bukan membuat infrastruktur saja, tapi membuat fasilitas industri yang nanti menghasilkan garam," ujar Koswara.

Untuk tahap awal, produksi garam industri di K-SIGN akan dilakukan langsung dari tambak dengan pengendalian kualitas. Sementara itu, fasilitas lanjutan seperti washing plant hingga refinery tetap disiapkan dalam pengembangan kawasan.

"Untuk jadi garam industri ada proses pembersihan dan pencucian. Kalau kebutuhan fasilitas industrinya, nanti dibuat juga di sini. Gudang, washing plant, bahkan ke depan refinery," jelasnya.

Meski pabrik pemurnian belum dibangun, Koswara menegaskan garam yang dihasilkan tetap masuk kategori industri karena sudah memenuhi ambang kemurnian NaCl.

"Garam industri itu, dari tampak juga, kalau dia bagus, itu sudah 97% lebih. Itu sudah masuk kategori garam industri," tegasnya.

K-SIGN di Rote Ndao menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN) pemerintah untuk mengurangi ketergantungan impor dan memperkuat pasokan garam industri nasional.

Perkembangan pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) Kawasan Sentra Industri Garam Nasional (K-SIGN) di Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (23/12/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)Foto: Perkembangan pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) Kawasan Sentra Industri Garam Nasional (K-SIGN) di Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (23/12/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)
Perkembangan pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) Kawasan Sentra Industri Garam Nasional (K-SIGN) di Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (23/12/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)

(dce)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |