Ketahanan Pangan Indonesia dan Iran: Tantangan dan Peluang

2 days ago 6

Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNBCIndonesia.com

Indonesia adalah negara dengan populasi terbesar keempat di dunia, dengan jumlah penduduk lebih dari 285 juta jiwa pada tahun 2025. Indonesia telah mengalami pertumbuhan penduduk yang positif sejak tahun 1961. Laju pertumbuhan ini menurun menjadi 2,1% pada tahun 1971 dan 1,25% pada tahun 2020.

Meskipun tingkat pertumbuhan menurun, jumlah total penduduk tetap meningkat secara signifikan. Iran juga dapat dikategorikan sebagai salah satu negara dengan populasi terbesar di kawasan Timur Tengah. Negara-negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan serupa dalam hal ketahanan pangan. Tanpa perluasan lahan, pertumbuhan populasi dapat menjadi ancaman bagi ketahanan pangan.

Ketahanan pangan, yang dianggap sebagai faktor sosial ekonomi yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat, menjamin kesejahteraan rakyat dan berperan penting dalam peningkatan tata kelola pemerintahan. Berdasarkan definisi dari FAO, terdapat empat dimensi dasar dalam konsep ketahanan pangan: ketersediaan, akses, pemanfaatan, dan stabilitas pangan yang memadai, berkualitas, dan bergizi. FAO menekankan pentingnya keempat aspek ini untuk menjamin tersedianya pangan yang cukup bagi seluruh umat manusia kapan pun dan di mana pun.

Keempat komponen ini harus dipenuhi untuk mencapai ketahanan pangan:

  • Ketersediaan pangan berarti pangan ada dan dapat diperoleh, baik dari produksi lokal maupun impor.
  • Akses pangan berarti masyarakat mampu mendapatkan pangan, baik secara ekonomi (harga terjangkau) maupun secara fisik (tersedia di pasar atau lokasi terdekat).
  • Pemanfaatan pangan merujuk pada kemampuan masyarakat dalam mengonsumsi pangan dengan cara yang tepat untuk mendukung kesehatan dan gizi mereka.
  • Stabilitas pangan berkaitan dengan kontinuitas dalam penyediaan dan akses pangan dari waktu ke waktu, tanpa adanya faktor penghambat.

Menurut Kementerian PPN/BAPPENAS tahun 2015 dalam Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi Tahun 2015-2019, Indonesia telah menetapkan lima pilar ketahanan pangan:

1. Peningkatan nilai gizi masyarakat;

2. Peningkatan akses masyarakat terhadap pangan beragam;

3. Peningkatan kualitas dan keamanan pangan;

4. Peningkatan kebiasaan hidup bersih dan sehat;

5. Penguatan kelembagaan pangan dan gizi.

Saya yakin bahwa Iran dan Indonesia, sebagai mitra yang setia, dapat saling membantu untuk mewujudkan visi dan misi ketahanan pangan masing-masing. Iran memiliki banyak potensi dan peluang yang mungkin belum dimanfaatkan karena tekanan politik, seperti:

  • Menjadi eksportir saffron terbesar di dunia;
  • Produsen kaviar terbesar kedua;
  • Peringkat ketiga dunia dalam ekspor pistachio;
  • Termasuk lima besar negara dengan cadangan sumber daya alam terbanyak;
  • Produsen utama kurma, pistachio, madu, kenari, apel, jeruk, dan delima di dunia.

Menurut Kementerian Pertanian Iran, saat ini terdapat 1.700 proyek yang sedang berjalan di bidang pengolahan pertanian dan industri pendukung. Sejak tahun 2024, lebih dari 180 triliun rial telah diinvestasikan di sektor pengolahan dan mekanisasi pertanian. Sebesar 32 triliun rial (sekitar USD 64 juta) telah dialokasikan dalam bentuk pinjaman untuk pembelian mesin pertanian.

Investor swasta menyumbang lebih dari 85% dari total investasi sebesar 140 triliun rial (sekitar USD 280 juta) yang tercatat selama paruh pertama tahun 2024 (Maret hingga September). Kementerian Pertanian Iran aktif dalam seluruh tahapan produksi, mulai dari persiapan lahan hingga panen. Saat ini, lebih dari 5.000 unit pengolahan dan industri pendukung pertanian sedang dikembangkan, dengan progres antara 40% hingga 90%. Investor swasta telah menanamkan lebih dari 3 triliun rial (sekitar USD 6 juta) ke dalam proyek-proyek ini.

Iran memiliki harga produk pertanian yang kompetitif karena akses terhadap bahan baku murah dan tenaga kerja yang efisien. Sebagai koridor transportasi utama, Iran dapat mempercepat ekspor dan impor produk pertanian ke pasar-pasar di Asia Timur, Afrika, dan Amerika Selatan. Koridor Transportasi Internasional Utara-Selatan (INSTC) adalah jaringan multimoda sepanjang 7.200 km yang terdiri dari jalur laut, kereta api, dan jalan raya, menghubungkan India, Iran, Azerbaijan, Rusia, Asia Tengah, dan Eropa.

Letak geografis Iran menjadikannya sebagai hub penting dalam konektivitas global, baik perdagangan maupun transportasi. Kekayaan sumber daya alamnya serta keanekaragaman produk pertanian, mineral, dan energi memberikan keunggulan ekspor yang sangat strategis. Dengan luas wilayah laut sebesar 190.000 km² dan garis pantai sepanjang 5.800 km di utara dan selatan, Iran memiliki potensi luar biasa untuk mengembangkan ekonomi biru. Dalam sektor perikanan, ekspor Iran telah menjangkau 66 negara, dengan volume 1,3 juta ton senilai lebih dari USD 600 juta.

Iran dan Indonesia membutuhkan strategi bersama untuk mencapai tujuan ketahanan pangan. Oleh karena itu, penting untuk mengadopsi pendekatan berbasis pasar, mengatasi hambatan dalam rantai nilai, serta menerapkan praktik pertanian yang berkelanjutan untuk menjamin kelayakan ekonomi jangka panjang. Penyediaan fasilitas bagi pelaku ekspor-impor dan pemangku kepentingan di sektor pertanian untuk mengenali serta mengevaluasi potensi dan kemampuan kedua negara harus menjadi langkah awal dalam mencapai tujuan bersama kita.

Berdasarkan hal tersebut, saya mengundang seluruh pelaku usaha dan pedagang Indonesia untuk mengunjungi serta bertemu langsung dengan mitra mereka dalam ajang Iran Expo 2025. Kegiatan ini dapat menjadi fondasi bersama bagi semua pihak yang terlibat dalam sektor ketahanan pangan untuk menjalankan tanggung jawab kemanusiaan mereka.

Untuk informasi lebih lanjut, silakan kunjungi situs resmi pameran di https://www.iranexpo.co. Perlu diketahui, Iran menyediakan berbagai fasilitas bagi pelaku usaha yang menghadiri acara ini. Saya dengan tulus berharap agar Iran dan Indonesia dapat mengambil langkah yang lebih kuat di bidang ekonomi, dan bahwa hubungan ekonomi yang positif ini akan membuka jalan menuju kemajuan dan pembangunan bagi kedua negara


(sef/sef)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |