Kenali Kanker Saluran Empedu: Jenis, Gejala, hingga Pengobatannya

6 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Kanker saluran empedu merupakan merupakan salah satu jenis kanker yang sangat agresif. Kanker ini merupakan penyakit yang langka dan biasanya dialami oleh orang usia 50 tahun ke atas.

Menurut data GLOBOCAN 2022, di seluruh dunia, ditemukan 627 kasus baru kanker kantong empedu setiap tahunnya dengan angka kematian 432 jiwa. Sementara itu, diperkirakan sekitar 3.570 kasus baru kanker pada saluran empedu (~15% dari kanker hati) diperkirakan terjadi setiap tahunnya.

Dokter Spesialis Hematologi Onkologi Prof. Dr. dr. Ikhwan Rinaldi mengatakan bahwa kanker saluran empedu adalah kondisi di mana terjadi pertumbuhan sel abnormal dan tidak terkendali pada organ empedu.

"Sebagian kasus penyakit kanker saluran empedu biasanya diketahui setelah sel kanker sudah menyebar ke luar saluran empedu sehingga harus segera dikenali untuk mendapat pengobatan yang tepat," kata Prof. Ikhwan saat acara Cancer Talk bersama AstraZeneca Indonesia di Jakarta Selatan, Selasa (8/7/2025).

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa kanker empedu dibagi menjadi dua jenis, yaitu kanker kantong empedu (gallbladder cancer) dan kanker saluran empedu (cholangiocarcinoma).

Pada kanker kantong empedu terjadi pada organ kecil yang menyimpan empedu untuk pencernaan dan menyalurkannya ke organ-organ saluran cerna dan sering kali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Hal itu menyebabkan diagnosis cenderung terlambat, ketika penyakit telah menyebar ke organ lain dan peluang kesembuhan semakin menurun.

Sementara itu, kanker saluran empedu terjadi pada saluran empedu, yaitu tabung-tipis yang menghubungkan hati, kantong empedu, dan usus kecil. Kanker saluran empedu dapat dibagi lagi menjadi tiga jenis berdasarkan lokasinya yakni perihilar (di dekat persimpangan saluran empedu), distal (di dekat usus kecil), dan intrahepatik (di dalam hati), di mana sebanyak 15%-20% penyebab dari kanker hati disebabkan oleh kanker saluran empedu (kolangiokarsinoma) intrahepatik.

Adapun beberapa gejala dan dan faktor risikonya yakni, nyeri di perut bagian kanan atas, penyakit kuning, urin gelap, tinja pucat, mual, penurunan berat badan tanpa sebab, hingga gatal-gatal. Sedangkan, faktor risikonya meliputi batu empedu, infeksi parasit, kelainan saluran empedu, penyakit hati kronis seperti sirosis dan hepatitis, usia lanjut, obesitas, riwayat keluarga, serta paparan bahan kimia tertentu.

"Penting untuk dipahami bahwa memiliki satu atau lebih faktor risiko bukan berarti pasti terkena kanker, namun kewaspadaan dan pemeriksaan rutin sangat disarankan," ujar Prof. Ikhwan.

Pengobatan dan pencegahan
Deteksi dini merupakan kunci. Pemeriksaan seperti USG, CT scan, MRI, dan tes fungsi hati dapat membantu mendeteksi secara akurat sebelum kanker berkembang lebih jauh. Penanganannya pun idealnya melibatkan pendekatan multidisiplin dari hepatolog, onkolog, ahli bedah, patolog, hingga nurse navigator. Hal ini untuk memastikan pasien mendapatkan terapi yang menyeluruh dan terkoordinasi.

Head of Medical Affairs AstraZeneca Indonesia dr. Feddy mengatakan bahwa dalam pengobatan kasus kanker empedu terapi imunoterapi kini menjadi salah satu pilihan pengobatan kanker selain kemoterapi.

Imunoterapi merupakan metode pengobatan dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh pasien untuk melawan sel kanker. Metode ini biasa dilakukan dengan kombinasi bersama kemoterapi pada pasien kanker stadium lanjut.

"Sebagai perusahaan biofarmasi global, AstraZeneca berkomitmen untuk memasuki era inovasi dalam pengobatan terapi kanker yakni imunoterapi. Pengobatan berbasis kombinasi imunoterapi dengan kemoterapi ini telah tersedia dan menunjukkan hasil menjanjikan," kata dr. Feddy dalam kesempatan yang sama.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa metode imunoterapi berfokus dalam meningkatkan kerja sistem imun atau kekebalan tubuh agar lebih kuat dalam melawan dan membunuh sel penyebab kanker saluran empedu.

Berbeda dengan kemoterapi yang memasukkan obat-obat kimia ke dalam tubuh untuk menyerang sel kanker, jika imunoterapi bertujuan menghambat dan menghentikan perkembangan dan penyebaran sel kanker ke organ lain.

"Terapi ini menjadi salah satu opsi yang menjanjikan dalam meningkatkan kelangsungan hidup pasien serta memperkuat sistem imun sekaligus menyerang sel kanker secara langsung," paparnya.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Daftar 6 Makanan yang Paling Disukai Sel Kanker, Hindari!

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |