Jakarta, CNBC Indonesia - Perlombaan pembangunan infrastruktur kereta cepat (KC) global menunjukkan satu pemenang yang jelas dan tak terbantahkan.
Data terbaru mengenai total panjang jalur operasional menempatkan Tiongkok pada level yang berbeda, sementara negara-negara Eropa dan Asia lainnya bersaing ketat di belakangnya.
Berdasarkan data yang diolah, berikut adalah peta kekuatan jaringan kereta cepat dunia saat ini:
Fantastis! China Punya 50.000 KM, Dominasi Mutlak Tak Terkejar
Fakta utama dari data ini adalah dominasi absolut Tiongkok. Dengan total jaringan operasional mencapai lebih dari 50.000 kilometer, Tiongkok secara efektif telah 'memenangkan' perlombaan infrastruktur ini.
Angka ini sangat mencengangkan jika dibandingkan dengan rival terdekatnya. Sebagai perbandingan, total gabungan dari sembilan negara peringkat di bawahnya (Spanyol, Jepang, Prancis, Jerman, Turki, Finlandia, Italia, Swedia, dan Korea Selatan) hanya mencapai sekitar 16.409 km.
Ini berarti, jaringan kereta cepat Tiongkok saja tiga kali lebih panjang dibandingkan gabungan 9 negara pesaing utamanya.
Jauh di posisi kedua, Spanyol memantapkan diri sebagai raja kereta cepat Eropa dengan 3.973 km. Spanyol berhasil menyalip pelopor Shinkansen, Jepang, yang kini berada di posisi ketiga dengan 3.081 km. Sementara itu, Prancis, yang terkenal dengan TGV-nya, berada di urutan keempat dengan 2.760 km.
Papan Tengah: Jerman & Korsel Tertinggal, Turki-Finlandia Mengejutkan
Persaingan di papan tengah justru tak kalah menarik. Jerman, sebagai kekuatan ekonomi terbesar Eropa, secara mengejutkan hanya berada di peringkat kelima dengan 1.631 km, terpaut jauh dari Spanyol dan Prancis.
Yang paling menarik perhatian adalah munculnya 'kuda hitam' dalam daftar ini. Turki (1.154 km) dan Finlandia (1.120 km) secara impresif duduk di peringkat keenam dan ketujuh. Kedua negara ini berhasil mengalahkan negara-negara G7 seperti Italia (921 km) dan raksasa teknologi Asia, Korea Selatan (874 km).
Masuknya Turki dan Finlandia di 10 besar menunjukkan bahwa ambisi pembangunan infrastruktur berkecepatan tinggi kini tidak lagi dimonopoli oleh negara-negara ekonomi tradisional.
Sementara itu, Korea Selatan, yang terkenal dengan efisiensi jaringannya, justru berada di posisi buncit 10 besar, sedikit di bawah Swedia (895 km).
Secara keseluruhan, data ini menegaskan Tiongkok sebagai outlier infrastruktur, sementara negara-negara Eropa dan Asia lainnya terus berinvestasi untuk mengejar efisiensi konektivitas.
-
CNBC INDONESIA RESEARCH
(gls/gls)


















































