Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan banjir yang melanda sejumlah kawasan sentra sawit di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat tidak mempengaruhi produksi minyak goreng nasional.
Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono menjelaskan, kapasitas produksi minyak kelapa sawit dalam negeri jauh lebih besar dibandingkan kebutuhan konsumsi, termasuk untuk ekspor. Karena itu, gangguan akibat banjir dinilai tidak akan berdampak pada pasokan minyak goreng.
"Saya kira kalau hitungan kami tidak ya (banjir di sentra sawit tidak berpengaruh terhadap produksi minyak goreng), karena produksinya besar ya, jadi yang diekspor lebih besar daripada yang dikonsumsi," ujar Sudaryono saat ditemui di Kantor Kementan, Jakarta, Rabu (10/12/2025).
Ia menjelaskan, setiap eksportir wajib memenuhi kebutuhan pasar domestik sebelum bisa mengirimkan minyak sawit ke luar negeri. Adanya aturan Domestic Market Obligation (DMO) menjadi mekanisme pengaman agar pasokan dalam negeri tetap terjaga.
"Kan ada proses DMO, kemudian kewajiban harus memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri. Saya kira no worry ya, kita itu worry kalau barangnya nggak ada," katanya.
Empat provinsi di Sumatra, yakni Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, dan Riau, dikenal memiliki sumber daya alam yang melimpah, terutama pada sektor perkebunan sawit yang membentang luas dan menjadi salah satu penopang industri minyak goreng nasional.
Data Kementan menunjukkan Riau dan Sumatra Utara masuk dalam lima provinsi dengan lahan perkebunan sawit terbesar di Indonesia. Riau menjadi yang terluas dengan 3,37 juta hektare atau sekitar 37,8% dari total wilayah provinsi tersebut yang mencapai 8,91 juta hektare. Sementara itu, Sumatra Utara memiliki 1,57 juta hektare lahan sawit atau 21,5% dari luas provinsinya yang mencapai 7,29 juta hektare.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat wilayah Sumatra Utara, tepatnya Kabupaten Tapanuli Tengah sebagai wilayah dengan pertumbuhan lahan sawit paling pesat dan juga menjadi salah satu daerah yang paling terdampak banjir pekan lalu. Luas perkebunan sawit di Tapanuli Tengah meningkat drastis dari sekitar 3.640 hektare pada 2021 menjadi 17.080 hektare pada 2024, atau tumbuh 369,2%.
Sementara itu, Aceh dan Sumatra Barat meski memiliki area sawit yang lebih kecil dibandingkan dua provinsi lainnya, tetap menjadi bagian penting dari sentra perkebunan sawit nasional. Luas perkebunan sawit di Aceh mencapai 440.080 hektare, sedangkan Sumatra Barat memiliki 448.820 hektare, masing-masing setara 7,75% dan 10,6% dari total luas wilayah provinsi tersebut.
Foto: Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) dalam acara peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia (Hakordia) di Lapangan Kementan, Jakarta, Rabu (10/12/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)
Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) dalam acara peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia (Hakordia) di Lapangan Kementan, Jakarta, Rabu (10/12/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)
(dce)
[Gambas:Video CNBC]


















































