Ipda Sumerta Cerita Awal Mula Mengajar Anak-anak Disabilitas di Gianyar

2 hours ago 1

Jakarta -

Ipda Kadek Sumerta menceritakan awal mula dirinya menjadi pembina Yayasan Bhakti Senang Hati yang menaungi warga penyandang disabilitas. Saat itu dia ingin mengenal semua elemen warga karena bertugas sebagai Bhabinkamtibmas.

"Kita harus mengenal warga semua sehingga melakukan sambang dari satu tempat ke tempat yang lain," kata Ipda Sumerta dalam program Hoegeng Corner di detikPagi, Kamis (18/9/2025).

Begitu tiba di yayasan, Sumerta melihat kondisinya seperti tidak berpenghuni. Dia kemudian masuk ke salah satu ruangan tempat anak-anak berkumpul.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi terlihatlah ada satu ruangan yang dipenuhi oleh anak-anak sedang memegang pulpen dan buku tulis, tetapi tidak ada guru yang mengajar karena itu saya mencoba memperkenalkan diri," imbuh Sumerta.

Menurut Sumerta, anak-anak tersebut baru pertama kali melihat polisi berpakaian dinas. Mereka sempat canggung melihat Sumerta datang ke sana.

"Yang mereka rasakan sangat canggung sekali ada rasa ketakutan, kenapa ada polisi di depan mereka. Mungkin lambat laun dengan komunikasi saya pendekatan saya dengan mereka saya memperkenalkan diri ingin juga karena tidak ada volunteer guru yang mengajar di kelas, saya coba saat itu juga coba mengajar," tutur Sumerta.

Akhirnya Sumerta pun dekat dengan anak-anak di yayasan tersebut. Bahkan mereka menginginkan Sumerta untuk datang setiap hari.

Pada 2017, Sumerta masih menjadi Bhabinkamtibmas di Desa Siangan. Saat ini dia menjabat sebagai Kanit Reskrim Polsek Tampaksiring.

Dalam kesempatan sebelumnya, Sumerta menjelaskan yayasan tersebut didirikan oleh Putu Suryati pada sekitar 2015. Untuk biaya operasional sehari-hari, yayasan tidak memiliki donatur tetap.

"Mereka cari sendiri dengan menjual lukisan karena ada beberapa warga yang bisa melukis, menjual kerajinan, terus bantuan-bantuan dari relawan, bantuan dari masyarakat, bantuan dari instansi," imbuh Sumerta dalam wawancara Senin 1 September 2025 lalu.

Yayasan tersebut membina sekitar 90 penyandang disabilitas yang tidak tinggal di asrama. Secara total ada sekitar 110 orang, dengan rincian 90 orang tinggal di luar dan 20 orang menetap di dalam yayasan.

"Yang di asrama hanya mereka masih lajang, yang sudah berkeluarga tidak," ujar Sumerta.

Bagi penyandang disabilitas yang tinggal di luar asrama, Sumerta membina mereka agar dapat mengembangkan peluang kerja melalui komunitas penyedia layanan wisata dengan motor roda tiga. Untuk itu, dia bekerja sama dengan agen-agen perjalanan di sekitar yayasan.

"Setelah saya cek mereka legalitas tidak punya, khususnya SIM. Mereka tidak paham apa yang harus mereka perhatikan khususnya keselamatan di jalan, sepeda motornya seperti apa. Di sana saya bina mereka menyiapkan motor yang layak dan safety, terus untuk SIM saya mencoba mencari informasi syarat kepemilikan SIM untuk mereka yang difabel itu seperti apa, setelah saya tahu saya bina akhirnya dari 98 anggota difabel yang ada di bawah naungan yayasan, 40 sekian sekarang sudah memiliki SIM, memiliki legalitas," ujar Sumerta.

(knv/aud)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |