Jakarta, CNBC Indonesia - Kehadiran jaringan internet dan transformasi digital di wilayah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (3T) tak hanya menghilangkan batasan warga dalam mendapatkan informasi. Internet menjadi "modal baru" pembangunan ekonomi yang mendongkrak potensi ekonomi lokal hingga meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Ketika jaringan internet hadir, kehidupan warga 3T berubah pelan-pelan namun pasti.
Anak-anak bisa belajar dari video daring dan mengenal dunia yang lebih luas, pelaku UMKM, nelayan dan petani bisa berjualan lewat ponsel, layanan kesehatan lebih mudah diakses, pariwisata berkembang lebih cepat, dan beragam sumber pertumbuhan ekonomi lahir.
Pembangunan masyarakat digital menjadi bagian sentral dalam mendukung pencapaian Visi Indonesia Emas 2045. Pembangunan ini juga sejalan dengan arah kebijakan Asta Cita, khususnya cita ke-4 tentang penguatan sumber daya manusia, serta cita ke-7 yang berfokus pada penguatan inovasi dan transformasi digital.
Dalam Asta Cita, transformasi digital bukan dipandang sebagai proyek teknologi, melainkan pilar pembangunan nasional yang menyentuh pendidikan, ekonomi, layanan publik, hingga tata kelola pemerintahan.
Kelahiran dan perkembangan jaringan internet serta digitalisasi di wilayah 3T tak lepas dari dukungan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Komdigi) melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI).
Sampai dengan 2025,BAKTI menghadirkan akses internet di 27.858 lokasi layanan publik dan menghadirkan sinyal telekomunikasi untuk 6.747 lokasi di desa-desa di berbagai penjuru negeri.
BAKTI Komdigi juga membangun sekitar 7.196 Base Transceiver Station (BTS) 4G di 172 kabupaten dan 33 provinsi (berdasarkan pemekaran terbaru, data di BAKTI provinsi Papua dan Papua Barat belum dipecah).
Foto: Komdigi
Peta sebaran BTS
Jaringan komunikasi dan internet juga diperkuat melalui Palapa Ring. Jaringan jaringan kabel serat optik sepanjang 12.148 kilometer tersebut kini terbagi menjadi tiga bagian yakni Paket barat, Tengah, dan Timur. "Senjata" lain untuk semakin meningkatkan jaringan komunikasi dan internet adalah satelit SATRIA-1.
Layanan SATRIA-1 merupakan solusi untuk titik layanan publik pendidikan, kesehatan dan pemerintahan yang belum terjangkau akses internet cepat melalui jaringan kabel serat optik ataupun BTS.
SATRIA-1 memungkinkan layanan internet di lokasi remote dan mengatasi hambatan geografis seperti daratan, gunung, bukit, dan lembah.
Foto: dok Kominfo
Peluncuran satelit RI Satria-1
Dampak Pembangunan Jaringan Telekomunikasi untuk Warga 3T Laporan Bank Dunia bertajuk Enabling Digital Development How the Internet Promotes Development menjabarkan bagaimana teknologi informasi dan telekomunikasi (IT) membantu masyarakat Internet mendorong inklusivitas, efisiensi, dan inovasi. Pembangunan internet secara besar-besaran juga ikut menurunkan biaya pencarian dan informasi serta menciptakan pasar baru. "Internet juga mendorong inklusi dalam interaksi sosial dan sistem penyampaian layanan pemerintah. Inklusi biasanya berupa perluasan pasar serta layanan," demikian tulis laporan tersebut.
Foto: Bank Dunia
Dampak internet ke inklusi
Dampak positif pembangunan infrastruktur telekomunikasi terhadap laju ekonomi juga sudah dirasakan Indonesia. Perkembangan cepat internet ikut mengubah cara belanja warga Indonesia, bahkan untuk mereka yang selama ini tidak tersentuh dari teknologi.
Indeks Masyarakat Digital Indonesia (IMDI) yang mengukur tingkat kompetensi dan keterampilan masyarakat dalam memanfaatkan teknologi digital dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan data yang menarik.
Pilar Pemberdayaan mengalami pertumbuhan signifikan ditopang maraknya transaksi e-commerce dan penggunaan layanan keuangan digital.
Foto: Komdigi
Perbandingan Nilai IMDI Nasional Tahun 2023-2025
Transaksi e-commerce telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Hasil IMDI 2025 mencatat hampir setengah responden (48,4%) bertransaksi setidaknya sekali dalam sebulan, sebanyak 17,2% melakukannya setiap minggu, dan 2,1% setiap hari.
Sementara itu, 32,4% hanya bertransaksi ketika ada kebutuhan tertentu atau kurang dari sekali sebulan.
CNBC Indonesia yang berkunjung ke sejumlah wilayah 3T melihat bagaimana perkembangan cepat internet ikut mengubah cara belanja warga Indonesia, bahkan untuk mereka yang selama ini tidak tersentuh dari teknologi.
Dece Desliana Lobo, petani di kelurahan Wadumeddi kecamatan Hawu Mehara di Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur (NTT) tak membayangkan bisa menjual hasil pertanian keluarganya lewat internet.
Tempat tinggalnya berjauh 30 km dari Kota Seba, ibu kota Kabupaten Sabu Raijua dan berjarak sekitar 257 km dari ibu kota NTT, Kupang.
Foto: Maesaroh
Ibu Dece Desliana, petani sorgum
Keluarganya adalah petani sorgum selama puluhan tahun. Jaringan internet dan digitalisasi membuka peluang baginya untuk menjual sorgum lewat Facebook.
Sebagai catatan, sorgum merupakan bahan pangan warisan leluhur NTT yang bisa diolah jadi beragam makanan seperti nasi, bubur, tepung, biskuit, pengganti beras dan mie instan. Penggunaanya bahkan semakin diperluas sebagai bahan bakar.
Dece bercerita jika lahannya masih ditanam secara tradisional, dibajak dengan cangkul dan hanya menggunakan pupuk kendang. Setiap panen, mereka akan menghasilkan lima karung dengan bobot sekitar 250 kg.
Hasil panen akan dikonsumsi pribadi dan dijual.
Foto: maesaroh/CNBC
Menara BTS BAKTI Komdigi di Hawu Mehara
Dece bercerita jika sorgum yang dikirim ke luar daerahnya akan dihargai Rp 20.000 kg karena ada ongkos kirim sementara dia hanya membanderol Rp 10.000 kg jika dijual di daerahnya.
"Dijual ke Kupang, ada juga ke Surabaya, pernah jual 20 kg pernah juga 50 kg," ujarnya, kepada CNBC yang mengunjungi Sabu Raijua, pekan lalu.
Penggunaan internet sebagai media penjualan juga dilakukan Reny Nuskanan. Ibu tiga anak ini sudah berjualan ikan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Oeba, Kota Kupang sejak 2001 Semula dia menggunakan Facebook sebagai media pemasaran tetapi beralih ke TikTok karena memiliki dampak lebih besar.
"Beta live aja tiap hari. Dulu di FB (Facebook) tetapi kurang laku. KL FB kan harus berteman dulu baru lihat live. Kalau TikTok semua orang bisa. Semua orang main TikTok dari seluruh dunia," tutur Reny, kepada CNBC Indonesia.
Keinginan Reny untuk live di medsos tak hanya didorong untuk meningkatkan penjualan tetapi juga niat mulia. Dia menggunakan media sosial untuk memberi informasi harga harian ikan sehingga masyarakat tidak tertipu pedagang.
Berkat live di Tiktok, Reny bisa mendapatkan pesanan dari banyak wilayah, bahkan termasuk luar negeri. Pasalnya, ada beberapa penonton live TikToknya dari luar negeri, termasuk Amerika Serikat. Mereka kemudian memesan ikan untuk saudara di Indonesia.
Foto: Maesaroh/CNBC
Reny Nuskanan
Dalam catatan, Komdigi menjadikan NTT sebagai salah satu fokus pengembangan jaringan internet. Hingga kini, BAKTI sudah membangun 584 menara BTS di NTT. BTS terbanyak dibangun di Sumba Timur.
Jaringan internet juga ikut membantu menaikkan daya tarik wisata NTT, termasuk di Pulau Rote yang merupakan ujung paling timur Indonesia.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan kehadiran jaringan telekomunikasi, termasuk dari BAKTI Komdigi ikut mendongrak laju wisata NTT, salah satunya di Kabupaten Rote Ndao.


















































