Ini 7 Negara Paling Kering di Dunia, Nyaris Tak Kenal Hujan

3 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia- Kekeringan ekstrem masih menjadi tantangan serius di berbagai belahan dunia. Berdasarkan data Visual Capitalist 2025, tujuh negara tercatat sebagai yang paling kering di dunia dengan rata-rata curah hujan tahunan di bawah 90 milimeter.

Sebagian besar di antaranya terletak di kawasan Afrika Utara dan Timur Tengah, wilayah yang dikenal memiliki iklim gurun dan tingkat kelembapan sangat rendah.

Mesir menempati peringkat pertama dengan rata-rata hujan hanya 18 milimeter per tahun, menjadikannya negara terkering di planet ini.

Sungai Nil menjadi urat nadi kehidupan bagi 100 juta penduduknya, namun sebagian besar wilayah negeri piramida itu tetap kering, gersang, dan bergantung penuh pada aliran air yang melintasi gurun.

Di peringkat kedua, Libya hanya menerima sekitar 56 milimeter hujan per tahun. Negara ini sebagian besar tertutup oleh Gurun Sahara, di mana langit biru tanpa awan menjadi pemandangan harian. Hujan adalah peristiwa langka - sering kali hanya menyapa pesisir atau pegunungan sempit di wilayah barat laut.

Sementara Arab Saudi menempati posisi ketiga dengan rata-rata 59 milimeter hujan per tahun. Negeri dua tanah suci ini kerap mengalami cuaca ekstrem: suhu yang mendidih di siang hari, disertai badai debu yang menelan horizon. Meski begitu, modernisasi dan teknologi desalinasi air laut membuatnya mampu bertahan di tengah tantangan alam yang keras.

Masih di Timur Tengah, Qatar, Uni Emirat Arab, dan Bahrain menempati peringkat keempat hingga keenam. Ketiganya dikenal sebagai pusat finansial dan energi dunia, namun di sisi lain, mereka adalah negara dengan krisis air kronis. Hujan hanya turun beberapa hari dalam setahun, dan setiap tetesnya dianggap seperti emas cair.

Peringkat ketujuh ditempati oleh Aljazair, dengan rata-rata 89 milimeter hujan per tahun.

Negara ini menyimpan pesisir Mediterania yang subur di utara, dan gurun Sahara yang tak berujung di selatan. Perbedaan ekstrem inilah yang membuat Aljazair menjadi potret nyata ketimpangan alam antara kehijauan dan kekeringan.

Ketujuh negara tersebut memiliki kesamaan geografi yang mencolok, sistem tekanan udara tinggi dan pola sirkulasi atmosfer yang mendorong udara kering turun ke permukaan.

Kondisi ini menghalangi pembentukan awan dan memperkuat fenomena ariditas ekstrem. Tak heran bila sebagian besar wilayah itu nyaris tak mengenal musim hujan.

Negara-negara di kawasan ini kini berlomba mengamankan sumber air alternatif dari desalinasi air laut hingga investasi besar di teknologi pengolahan limbah. "Air adalah minyak baru," kata banyak ekonom, menggambarkan betapa mahalnya setiap liter kehidupan di gurun modern.

Sebagai perbandingan, secara historis, rata-rata curah hujan Indonesia adalah sekitar 2755,15 mm.

CNBC Indonesia Research

(emb/emb)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |