IHSG Dibuka Menguat Usai Tiga Hari Beruntun Terkapar di Zona Merah

4 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona hijau hari ini, Kamis (15/10/2025). Indeks menguat tipis 0,17% atau naik 13,50 poin ke level 8.064,68 atau berbalik arah dari koreksi dalam pada tiga hari perdagangan terakhir.

Sebanyak 226 saham naik, 80 turun, dan 272 tidak bergerak. Nilai transaksi pagi ini mencapai Rp 296,07miliar, melibatkan 225,07 juta saham dalam 33.836 kali transaksi.

Sesaat setelah dibuka, penguatan indeks tercatat terpangkas dan bahkan sempat masuk ke zona merah. Namun dalam lima menit perdagangan IHSG balik lagi menguat ke zona merah dan terapresiasi lebih dari 0,5%.

Sementara itu, pasar Asia-Pasifik menguat pada perdagangan Kamis (16/10/2025), mengikuti kenaikan di Wall Street yang didorong oleh laporan laba kuat dari sektor perbankan. Namun, sesi perdagangan berlangsung dalam kondisi volatil di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan global.

Indeks acuan Australia ASX/S&P 200 naik tipis 0,16% menjelang rilis data ketenagakerjaan September yang dijadwalkan hari ini. Para ekonom yang disurvei Reuters memperkirakan tingkat pengangguran naik ke 4,3% dari 4,2% pada Agustus.

Dari Jepang, indeks Nikkei 225 melonjak 0,95% sementara Topix menguat 0,8%. Di Korea Selatan, indeks Kospi naik 1,09% dan Kosdaq bertambah 0,2%, menunjukkan sentimen positif di pasar regional.

Lalu kontrak berjangka Hang Seng di Hong Kong diperdagangkan lebih rendah di posisi 25.848 dibandingkan penutupan sebelumnya di 25.910,6. Hal ini mengindikasikan pembukaan pasar yang berpotensi melemah di tengah ketidakpastian global.

Pada perdagangan Rabu waktu AS, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun tipis 17,15 poin atau 0,04% ke level 46.253,31, setelah sempat naik hingga 422,88 poin di awal sesi. Indeks S&P 500 berakhir menguat 0,4% ke 6.671,06, sementara Nasdaq Composite naik 0,7% ke 22.670,08 setelah sempat melonjak 1,4% intraday.

Adapun sejumlah data ekonomi penting dari dalam dan luar negeri tengah menjadi sorotan pasar. Dari Asia, tekanan deflasi China berlanjut dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (CPI) sebesar 0,3% (yoy) pada September 2025, menandakan rapuhnya permintaan domestik di ekonomi terbesar kedua dunia itu.

Sementara di dalam negeri, posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia naik menjadi US$431,9 miliar per Agustus, disertai pelemahan penerimaan pajak yang mendorong pemerintah menimbang penurunan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk menjaga daya beli masyarakat.

Dari sisi korporasi, Danantara mengumumkan efisiensi besar lewat pemangkasan jumlah komisaris BUMN dan penghapusan bonus tahunan, langkah yang diklaim mampu menghemat hingga Rp8,28 triliun per tahun.

Di saat bersamaan, Kementerian Keuangan meluncurkan kanal pengaduan "Lapor Pak Purbaya" untuk memperkuat transparansi fiskal. Sementara dari Amerika Serikat, pasar global menanti rilis data inflasi produsen (PPI) dan penjualan ritel untuk September yang akan menjadi petunjuk arah inflasi dan kebijakan suku bunga The Fed selanjutnya


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Melesat 0,73% Ditopang Kinerja Deretan Saham Ini

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |