Harga Sawit Terjun Bebas ke Terendah 6 Bulan, Salah RI Atau Malaysia?

4 hours ago 1

Amalia Zahira,  CNBC Indonesia

14 December 2025 08:00

Jakarta - CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) terus melemah bahkan menuju level terendah dalam enam bulan.

Melansir data Refinitiv, kontrak berjangka CPO di Bursa Malaysia untuk pengiriman Desember pada Jumat (12/12/2025) ditutup di posisi MYR 4.018 per ton atau jeblok 1,1%. Pelemahan ini memperpanjang derita harga CPO dengan melemah 2,15% selama tiga hari terakhir.

Harga CPO juga jeblok 3,2% dalam sepekan.

Harga CPO pada perdagangan Jumat adalah yang terendah sejak 25 November 2025 (MYR 3.990/ton). Namun, jika ditarik lebih jauh dengan mengecualikan 25 November, maka penutupan Jumat lalu adalah yang terendah sejak awal Juli 2025 atau enam bulan terakhir.

Harga CPO mulai jatuh sejak pertengahan Oktober. Harganya sedikit rebound pada akhir November hingga awal Desember tetapi upaya penguatan gagal menembus kembali level psikologis 4.200.

Penurunan harga CPO dunia tersebut dipicu oleh beberapa faktor, antara lain melemahnya harga minyak nabati global dan penguatan dolar AS.

Penyebab lain adalah kenaikan produksi CPO Malaysia yang diperkirakan menembus lebih dari 20 juta ton pada tahun ini untuk pertama kalinya.

Kenaikan produksi bisa menekan harga karena stok ekspor bisa melimpah.
Sementara itu, Reuters melaporkan pada November, Indonesia menunda sekitar 310.000 ton pengiriman CPO atau setara dengan 12% dari ekspor bulanan normal.
Indonesia adalah produsen terbesar CPO di dunia, di atas Malaysia.

Penundaan ini terjadi karena perusahaan importir dan eksportir sudah memperkirakan adanya penurunan pajak ekspor pada bulan Desember hingga lebih dari US$ 50 per ton. Dengan tarif yang kini lebih rendah, volume yang tertunda tersebut diproyeksikan akan kembali masuk ke pasar pada Desember, berpotensi mendorong lonjakan ekspor bulan ini.

Terkaan para pelaku usaha ini akhirnya terkonfirmasi. Pada awal Desember 2025, Kementerian Perdagangan melakukan penetapan Harga Referensi (HR) CPO untuk periode Desember 2025 turun 3,9% dibandingkan bulan sebelumnya, menjadi US$ 926,14 per metrik ton, atau berkurang US$ 37,61 dari HR November yang sebesar US$ 963,75 per ton.

Seiring dengan penurunan Harga Referensi tersebut, pemerintah juga memangkas Bea Keluar. Pemangkasan Bea Keluar (BK) CPO dari US$ 124 per ton menjadi US$ 74 per ton pada Desember membuat biaya total ekspor turun signifikan. Selain turunnya Bea Keluar, Pungutan Ekspor (PE) CPO juga ditetapkan sebesar 10% dari Harga Referensi atau sekitar US$ 92,61 per metrik ton.

Keringanan beban pajak ekspor ini membuat harga CPO Indonesia memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan CPO Malaysia di tengah harga CPO dunia yang masih bergerak terbatas.

Di saat Indonesia diuntungkan oleh penurunan beban ekspor, Malaysia justru berada dalam posisi sebaliknya. Saat ini, Malaysia justru menghadapi peningkatan biaya inventori dan tekanan ekspor.

Meski begitu, Malaysia masih berharap permintaan ekspor membaik jelang Imlek, ketika China biasanya meningkatkan impor untuk kebutuhan produksi makanan musiman. Namun jika pemulihan permintaan berjalan lebih lambat atau ekspor belum pulih, stok Malaysia berisiko mendekati bahkan menembus kelebihan 3 juta ton, level tinggi yang berpotensi menekan harga.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |