Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia terpantau bergerak datar pada awal perdagangan Jumat (10/10/2025) pukul 09.45 WIB, menurut data Refinitiv. Pergerakan harga mencerminkan sikap hati-hati pelaku pasar setelah kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, di tengah fokus baru terhadap potensi surplus pasokan global.
Mengutip Refinitiv pukul 09.45 WIB, harga minyak Brent berada di US$65,27 per barel, nyaris tak berubah dibanding hari sebelumnya di level US$65,22 per barel. Sementara itu, minyak West Texas Intermediate (WTI) berada di US$61,58 per barel, naik tipis dari posisi Kamis (9/10/2025) di US$61,51 per barel.
Pasar kini didominasi oleh kabar bahwa Israel dan Hamas telah menyepakati gencatan senjata, yang menjadi bagian dari inisiatif Presiden AS Donald Trump untuk mengakhiri perang dua tahun di Gaza.
Kesepakatan tersebut mencakup penghentian pertempuran, penarikan sebagian pasukan Israel dari Gaza, serta pembebasan sandera dan tahanan politik sebagai bagian dari pertukaran kemanusiaan. Meski langkah ini menurunkan risiko geopolitik di kawasan Timur Tengah, pelaku pasar kini beralih mencermati arah kebijakan produksi dari OPEC+.
Analis ANZ, Daniel Hynes, mengatakan bahwa kesepakatan Gaza menjadi "langkah besar menuju stabilitas kawasan" dan berpotensi menekan premi risiko minyak yang sempat tinggi selama konflik. "Namun, fokus kini bergeser ke dinamika pasokan global, terutama kebijakan produksi OPEC+ yang bisa menentukan arah harga dalam jangka pendek," ujarnya, dikutip dari Reuters.
Sebelumnya, OPEC+ dikabarkan berencana meningkatkan produksi pada November, namun dalam volume yang lebih kecil dari perkiraan pasar. Langkah itu disebut sebagai kompromi untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan fiskal negara produsen dan stabilitas harga di kisaran US$60-70 per barel.
Di sisi lain, pasar energi juga menghadapi potensi tekanan dari ekonomi Amerika Serikat. Risiko government shutdown yang berlarut dapat menekan permintaan bahan bakar, memperlambat aktivitas industri, dan berimbas pada penurunan konsumsi energi.
CNBC Indonesia
(emb/emb)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article OPEC+ Langsung Genjot Produksi Usai Harga Minyak Mentah Naik