Harga Kelapa Parut Mahal, Pemilik Warung Makan Teriak Minta Tolong

1 day ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga kelapa yang terus tinggi bikin para pemilik warung makan serba salah. Di satu sisi, kebutuhan bahan baku seperti kelapa tidak bisa digantikan. Di sisi lain, mereka tak mungkin sembarangan mengurangi takaran atau menaikkan harga terlalu jauh, karena bisa kehilangan pelanggan.

"Ya gimana? Mau gimana? Mahal atau murah tetap harus beli, orang butuh kok," kata Leti, pemilik rumah makan di kawasan Jakarta Selatan, kepada CNBC Indonesia, Selasa (10/6/2025).

Ia mengaku, meskipun harga kelapa sudah melonjak nyaris dua kali lipat dibanding tahun lalu, takaran santan di masakan tetap harus sama. "Ya nggak mungkin dikurangi takarannya, ntar rasanya berubah. Paling modalnya saja jadi dua kali lipat, untungnya jadi kecil," ujarnya pasrah.

Leti pun berharap agar pemerintah benar-benar turun tangan mengatasi persoalan langka dan mahalnya harga kelapa bulat di pasar lokal. "Katanya kan karena ekspor, ya tolong diatur ekspornya kalau begitu. Kalau nggak nanti kasihan rakyat kecil kayak kita," tambah Leti.

Keluhan serupa datang dari Aro, pemilik rumah makan Padang yang juga mengandalkan kelapa segar untuk kebutuhan dapurnya. Baginya, kelapa bukan sekadar bahan, tapi nyawa dari cita rasa masakan.

"Saya dengar karena diekspor jadi mahal. Kalau ditanya gimana? Bingung juga, karena mau nggak mau tetap harus beli. Masakan Padang tanpa kelapa atau santan kan bukan masakan Padang," ujar Aro.

Sementara itu, berdasarkan pantauan langsung di Pasar Rumput, Jakarta Selatan hari ini, harga kelapa di pasaran belum juga menunjukkan tanda-tanda penurunan. Harga per butir kini stabil tinggi di kisaran Rp15.000 hingga Rp18.000, tergantung ukuran.

Harga kelapa parut di Pasar Kemiri Muka, Depok, Jawa Barat terpantau sudah mulai mengalami penurunan pada Selasa (20/5/2025). (CNBC Indonesia/Chandra Dwi)Foto: Harga kelapa parut di Pasar Kemiri Muka, Depok, Jawa Barat terpantau sudah mulai mengalami penurunan pada Selasa (20/5/2025). (CNBC Indonesia/Chandra Dwi)
Harga kelapa parut di Pasar Kemiri Muka, Depok, Jawa Barat terpantau sudah mulai mengalami penurunan pada Selasa (20/5/2025). (CNBC Indonesia/Chandra Dwi)

Para pedagang mengeluhkan kondisi ini yang sudah berlangsung cukup lama. Biang keroknya masih sama, yakni karena ekspor besar-besaran ke luar negeri, terutama ke China.

"Iya, karena ekspor masih terus berjalan. Kita di sana masih perebutan sama yang buat ekspor," ujar Marni (nama samaran), pedagang kelapa di Pasar Rumput yang mengaku sejak beberapa bulan lalu terus berjibaku dengan pasokan terbatas dan harga tinggi.

Menurut Marni, sejak kelapa naik, harga di tingkat pengepul juga ikut melonjak. "Kelapa ini sekarang pas dia masih di atas mobil saja udah Rp11.000 per butir, belum jasa angkutnya, belum bayar karyawan, belum bayar air dan listrik. Jadi ya paling untung cuma Rp2.000 per butir," ujarnya.

Meski demikian, dia mengaku permintaan dari konsumen masih tetap tinggi, apalagi saat momen seperti Idul Adha kemarin. "Idul Adha kemarin pasti ramai. Hari-hari biasa juga tetap ramai, karena masyarakat memang butuh ya. Mereka walaupun tahu mahal tetap beli. Jadi kalau toko saya sih tetap ramai," kata Marni.

Ia menyebut, kelangkaan dan mahalnya harga kelapa sempat membuat pembeli bertanya-tanya. Namun sekarang, sebagian sudah mulai memahami setelah diberi penjelasan.

"Saya tempelin screenshot (tangkapan layar) dari berita Pak Zulhas (Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan), biar mereka paham. Kalau kondisinya memang dari sananya yang langka dan jadi mahal," ucap dia.

Adapun saat ditanya apakah ada kemungkinan harga turun, Marni mengaku pesimistis terjadi dalam waktu dekat.

"Katanya mereka yang di Lampung sudah teken kontrak ekspor sampai September. Jadi kemungkinan besar tetap akan kirim kelapa ke luar negeri," katanya.

"Tapi saya perhatiin, kalau menjelang Lebaran, mau itu Idul Fitri atau Idul Adha ya, ekspor biasanya disetop dulu. Minta berapa saja dikasih, tapi habis Lebaran kayak sekarang nih dibatasi lagi. Sekarang saya minta 150 cuma dikasih 100. Katanya, 'udah lah bagi-bagi sama yang lain'," imbuh Marni.

Lonjakan harga ini juga dirasakan oleh pedagang lain. Ali (nama samaran), yang juga berjualan kelapa di pasar yang sama, mengeluhkan kondisi yang belum berubah.

"Masih sama kayak kemarin. Saya jual Rp15.000 sampai Rp18.000 per butir. Kalau ekspornya belum diatur, ya kelapa dalam negeri masih akan terus mahal. Kami masih berebut sama yang buat ekspor. Semoga pemerintah nggak cuma janji doang, cepat diatur ekspornya. Kasihan masyarakat, semuanya serba mahal," ujar Ali.


(wur)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Pasokan Kelapa Turun, Pemerintah Siapkan Pungutan Ekspor

Next Article Bukan Lebaran, Pedagang Tunjuk Biang Kerok Harga Kelapa Meroket

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |