Harga Batu Bara Tumbang Karena Ledakan Produksi China

7 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Laju kencang harga batu bara akhirnya terhenti. Pelemahan impor China menjadi penyebab utama.

Merujuk Refintiv, harga batu bara pada perdagangan Senin (14/7/2025) ditutup di posisi US$ 113,9 per ton. Harganya ambruk 1,05%. Pelemahan ini memutus rally panjang batu bara yang menguat selama empat hari dengan penguatan 4,9%.

Melemahnya harga batu bara dipicu oleh lonjakan produksi batu bara dan permintaan yang melemah di China. Kondisi ini membuat volume impor batu bara China pada Juni turun ke level terendah dalam hampir dua setengah tahun terakhir.

Data dari Administrasi Umum Kepabeanan yang dikutip oleh Reuters menunjukkan China mengimpor total 33,04 juta ton batu bara pada Juni 2025, turun 26% dibandingkan tahun sebelumnya dan turun 8% dibandingkan Mei 2025.

Data tersebut menunjukkan bahwa impor batu bara China pada Juni 2025 merupakan yang terendah sejak Februari 2023.

Selama paruh pertama tahun ini, impor batu bara turun 11% dibandingkan periode yang sama tahun 2024, menjadi 221,7 juta ton.

Asosiasi industri lokal, China Coal Transportation and Distribution Association, memperkirakan pembelian batu bara China sepanjang tahun 2025 akan turun antara 50 juta hingga 100 juta ton dibandingkan tahun 2024.

Wakil Presiden asosiasi tersebut, Li Xuegang, menyampaikan hal ini dalam konferensi Coaltrans China pada bulan Juni. Jika prediksi ini terbukti benar, maka impor batu bara China pada tahun ini akan turun sebesar 18,4% dibandingkan 2024.

Penurunan permintaan terjadi di tengah krisis properti, melemahnya pertumbuhan industri, dan lonjakan produksi batu bara domestik selama tahun ini.

Produksi batu bara dalam negeri juga melonjak ke rekor tertinggi selama periode Januari hingga Mei, dan total produksi tahunan diperkirakan akan naik sekitar 5%.

Di tengah kelebihan pasokan, China dalam beberapa minggu terakhir mengurangi impor dan meningkatkan ekspor batu bara.

Rekor produksi batu bara domestik dan melemahnya pembangkitan listrik berbasis batu bara di China telah mengurangi permintaan impor batu bara termal di pasar batu bara terbesar dunia. Tren ini mulai terlihat sejak awal tahun, setelah impor batu bara sempat menyentuh lebih dari 500 juta ton pada 2024.

Dengan harga batu bara domestik yang rendah, permintaan yang melemah, dan stok batu bara yang tinggi di pelabuhan, penurunan impor ini tidak mengejutkan. Para analis bahkan sudah memperkirakan sejak awal tahun bahwa tren penurunan impor batu bara akan terus berlanjut dalam beberapa bulan ke depan.

Penurunan impor juga terjadi di Turki. Volume impor batu bara kokas Turki turun 21,1% (yoy) dari volume tahun lalu menjadi 1,94 juta ton selama periode Januari hingga Mei.

Penurunan ini mencerminkan permintaan yang lemah dari sektor industri baja dan pembangkit listrik.

Sebagian besar kebutuhan batu bara Turki dipenuhi batu bara domestic. Namun, mereka juga mengambil impornya dari Australia, Amerika Serikat, dan Rusia (untuk batu bara termal; impor kokus dari Australia/AS).

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |