Susi Setiawati, CNBC Indonesia
25 December 2025 09:15
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara terpantau melanjutkan penguatan selama dua hari beruntun. Secara minor tren, harga batu bara mulai berbalik arah dari bearish menjadi bullish.
Merujuk data Refinitiv, harga batu bara ICE Newcastle untuk kontrak selama dua bulan (NCFmc2) pada penutupan perdagangan Rabu (24/12/2025) naik 2,93% di level US$109 per ton. Kenaikan ini menjadi penguatan harga batu bara selama dua hari beruntun.
Sementara pada perdagangan hari ini Kamis (25/12/2025), harga batu bara di pasar spot tutup efek libur natal.
Sejauh ini, pasar batu bara global masih berada dalam tekanan seiring lemahnya permintaan dan kondisi pasokan yang berlebih. China tetap menjadi faktor penentu utama arah harga, mengingat perannya sebagai konsumen dan importir terbesar dunia. Meski demikian, tekanan jual yang sebelumnya sangat agresif mulai mereda, membuka ruang bagi stabilisasi harga dalam jangka pendek.
Perubahan ini mencerminkan pergeseran psikologi pasar. Pelaku usaha kini bersikap lebih berhati-hati. Penjual tidak lagi terburu-buru melepas stok, sementara pembeli juga belum menunjukkan keberanian untuk masuk dengan volume besar. Pergerakan harga saat ini lebih dipengaruhi oleh keseimbangan stok, permintaan domestik, serta faktor teknikal jangka pendek.
Selain permintaan dari China,India juga masih menjadi indikator utama dinamika pasar batu bara global. Lesunya aktivitas pembelian dari kedua negara tersebut menyebabkan penumpukan inventaris di pelabuhan-pelabuhan utama. Akumulasi stok ini menciptakan tekanan pasokan berlapis yang terus membayangi pasar, meskipun harga mulai menunjukkan tanda-tanda stabilisasi tipis.
Di Eropa, kondisi pasar tidak jauh berbeda. Konsumsi memang meningkat seiring masuknya musim dingin, namun kenaikan tersebut belum cukup kuat untuk menutup pelemahan permintaan di Asia. Pembeli di kawasan ini cenderung selektif dan memilih menunggu arah pasar yang lebih jelas sebelum melakukan pembelian, sehingga tekanan harga masih bertahan.
Secara struktural, tantangan utama pasar bukan berasal dari penurunan produksi, melainkan dari ketidakseimbangan antara pasokan dan daya serap. Stok yang tinggi di berbagai wilayah belum diimbangi pemulihan permintaan yang memadai, membuat upaya menjaga kestabilan harga menjadi semakin sulit.
Laporan SX Coal turut mengonfirmasi kondisi tersebut. Harga batu bara termal global tercatat kembali melemah dalam sepekan terakhir akibat permintaan dari pembeli utama yang tetap lesu. Aktivitas perdagangan juga melambat menjelang libur Natal, sehingga tidak banyak katalis yang mampu menopang harga.
SX Coal mencatat penurunan permintaan dari China dan India berdampak langsung pada peningkatan inventaris di pelabuhan. Di Eropa, meski cuaca dingin mendorong konsumsi, tekanan harga tetap terasa karena pasar global masih dibayangi kelebihan pasokan dan sikap tunggu dari para pembeli.
Memasuki akhir tahun, faktor musiman semakin memperlemah dinamika perdagangan. Likuiditas pasar menipis dan pelaku usaha cenderung mengunci posisi, membuat pergerakan harga relatif lambat dengan volatilitas jangka pendek yang lebih dipengaruhi oleh sentimen teknikal.
Secara keseluruhan, pasar batu bara global masih berada dalam tren pelemahan, meski intensitas tekanan mulai melandai. Momentum bearish tidak lagi sekuat sebelumnya, namun belum ada katalis yang cukup kuat untuk mendorong pemulihan berkelanjutan.
Pasar kini berada dalam fase transisi yang rapuh, di mana stabilisasi harga berpeluang terjadi dalam jangka pendek, sementara arah jangka menengah tetap sangat bergantung pada pemulihan permintaan dari China dan India serta kemampuan pasar menyerap stok yang terlanjur tinggi.
Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)


















































