Hadiri Jamuan Pembuka WPF, Menbud Dorong Budaya Jadi Bahasa Perdamaian

3 hours ago 1

Jakarta -

Kementerian Kebudayaan menggelar jamuan makan malam multikultural bertajuk "Harmony in Culture: Embracing Diversity, Celebrating Unity" di Galeri Nasional, kemarin. Kegiatan ini menjadi pembuka rangkaian Forum Perdamaian Dunia ke-9 (The 9th World Peace Forum/WPF) yang berlangsung pada 9-11 November 2025 di Jakarta.

Dalam pidatonya, Menteri Kebudayaan, Fadli Zon menekankan budaya harus menjadi bahasa utama perdamaian. Sebab melalui budaya, nilai-nilai kemanusiaan dapat diterjemahkan menjadi empati dan saling pengertian.

"Tema malam ini, Harmony in Culture: Embracing Diversity, Celebrating Unity, mengingatkan kita bahwa perdamaian harus ditumbuhkan. Ia tidak hadir begitu saja, melainkan tumbuh melalui dialog, saling menghargai, dan keberanian untuk memahami satu sama lain," ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (10/11/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih lanjut, Fadli juga menyoroti tema besar forum dwitahunan tersebut, yakni "Considering Wasatiyyat Islam and Tionghua for Global Collaboration". Tema ini yang menyoroti kontribusi nilai-nilai Wasatiyyat Islam dan filsafat Tionghoa dalam membangun kolaborasi global yang damai dan berkeadilan.

Melalui tema ini, Fadli menekankan pentingnya nilai Wasatiyyat dalam tradisi Islam, yakni tawasuth (moderasi), tawazun (keseimbangan), dan tasamuh (toleransi) sebagai etika hidup yang membentuk karakter bangsa Indonesia. Nilai-nilai ini sejalan dengan falsafah Tionghoa seperti He, Ren, dan Li yang menekankan harmoni, kebajikan, dan penghormatan moral.

"Kesatuan bukan berarti tanpa perbedaan. Justru kebijaksanaan terletak pada kemampuan kita menumbuhkan pengertian di tengah keberagaman," tegasnya.

"Budaya harus menjadi sistem operasi perdamaian, bahasa utama yang menerjemahkan keyakinan menjadi empati dan identitas menjadi saling pengertian," tambah Fadli.

Menutup sambutannya, Fadli berharap agar Forum Perdamaian Dunia dapat memperkuat dialog dan kerja sama lintas bangsa. Melalui jamuan multikultural ini, Kementerian Kebudayaan juga menegaskan bahwa perdamaian tidak hanya dibangun melalui diplomasi dan kebijakan, tetapi juga melalui perjumpaan antarkebudayaan yang menumbuhkan rasa saling memahami.

"Semoga jamuan malam ini menjadi awal persahabatan yang nyata dan berkembang menjadi kolaborasi konkret. Mari kita jadikan budaya sebagai bahasa utama perdamaian di antara kita semua," ungkapnya.

Sementara itu, Ketua WPF sekaligus Chairman CDCC, Din Syamsuddin menyatakan tema Harmony in Culture: Embracing Diversity, Celebrating Unity sejalan dengan visi utama World Peace Forum.

"Perdamaian dunia hanya dapat terwujud jika kita menjadikannya sebagai tanggung jawab bersama, One Humanity, One Destiny, One Responsibility, sebuah tema besar yang selalu menjadi napas forum ini, Satu Kemanusiaan, Satu Takdir, Satu Tanggung Jawab," tegasnya.

Di sisi lain, Pendiri Cheng Ho Multicultural Education Trust, Tan Sri Lee Kim Yew menyampaikan Indonesia merupakan 'jantung Asia' yang memperlihatkan keindahan persatuan dalam keberagaman. "Kebudayaan bukan hanya warisan, tetapi bahasa hidup dari perdamaian, jembatan antara bangsa dan hati manusia," tuturnya.

Sebagai informasi, WPF merupakan ajang bertemunya para pemimpin atau tokoh internasional digagas oleh Center for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) bekerja sama dengan Cheng Ho Multicultural Education Trust (Malaysia), Muhammadiyah, dan Global Fulcrum of Wasatiyyat Islam (GFWI).

Kegiatan utama WPF ke-9 akan digelar di Hotel Grand Sahid Jaya, Kompleks Parlemen MPR/DPR Senayan, dan ditutup di Balai Kota DKI Jakarta. Forum ini diikuti oleh lebih dari 60 tokoh dari 24 negara dan 110 tokoh nasional Indonesia, termasuk pemimpin lintas iman, akademisi, dan aktivis perdamaian.

Jamuan ini dihadiri oleh sejumlah tokoh lintas negara, budaya, dan agama yang menjadi peserta WPF ke-9. Di antara tamu kehormatan yang hadir ialah Ketua WPF sekaligus Chairman CDCC, Din Syamsuddin; Presiden ke-4 Republik Kosovo, Madame Atifete Jahjaga; Pendiri Cheng Ho Multicultural Education Trust, Tan Sri Lee Kim Yew; Penasihat Al-Azhar Mesir, Abbas Shuman dan Nahla Shabri Elsiedy; Duta Besar Mesir untuk Indonesia, Yasser Elshemy; Duta Besar Iran untuk Indonesia, Mohammad Boroujerdi; serta tokoh perdamaian dunia lainnya dari lebih 20 negara.

Turut hadir pula mendampingi Menteri Kebudayaan, di antaranya Inspektur Jenderal Kementerian Kebudayaan, Fryda Lucyana; Direktur Jenderal Diplomasi, Promosi, dan Kerja Sama Kebudayaan, Endah T.D. Retnoastuti; Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi, Restu Gunawan; Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga, Ismunandar; Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi dan Industri, Anindita Kusuma; Staf Ahli Menteri Bidang Hukum dan Kebijakan Kebudayaan, Masyithoh Annisa Ramadhani Alkatiri; dan Staf Khusus Menteri Bidang Diplomasi dan Hubungan Internasional, Annisa Rengganis.


(ega/ega)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |